[ Thirteen ] Pain In Love

928 181 46
                                    



Gadis berambut blonde sepinggang itu tersenyum ramah setelah Noah memperkenalkan dirinya pada si pemilik cafe. Jinan membalas senyumannya dengan bibir sedikit bergetar. Hatinya hancur. Tangannya yang memegang tali paper bag mengerat guna untuk menyalurkan perasaan terlukanya. Jantungnya berdetak lebih cepat dan hatinya terasa memanas. Dan Jinan saat ini hanya berusaha terlihat biasa-biasa saja di hadapan Noah juga tunangannya. Meskipun tak sanggup menahan rasa pedih di hatinya, namun dia tetap harus bersikap sewajarnya sebagai teman Noah. Pria itu juga mengenalkan Chaeyeong pada Jennie yang tampak tak senang saat melihat gadis itu. Padahal Chaeyeong bersikap sangat ramah padanya.

"Uncle! Aku punya sesuatu, kemarin Mama membelikan sebuah had—"

"Jennie. Masuklah sebentar bersama Junkyu oppa, sayang." Potong Jinan cepat dengan nada halus. Sedangkan Jennie cemberut di tempatnya berdiri.

"Tapi, Ma. Ini kan—"

Jinan menarik tangan Jennie secepatnya sebelum gadis kecil itu angkat bicara soal hadiah yang akan diberikannya pada Noah. Setelah menyerahkan Jennie pada Junkyu untuk dibawa ke belakang, Jinan pun kembali menghampiri Noah dan Chaeyeong.

"Kau menikmati hidangan kami, Mrs. Park?" Jinan mengulas sebuah senyuman di wajah cantiknya.

Chaeyeong tersenyum ramah lalu mengangguk. "Menu disini tidak mengecewakan, Mrs. Kim. Pelayanannya juga sangat baik. Sepertinya aku akan menjadi pelanggan tetap disini, apalagi cafe ini tepat berseberangan dengan galeri milik Noah oppa." Nada bicara gadis itu terdengar ceria.

"Senang mendengarnya, Mrs. Park. Dan aku juga senang bertemu denganmu. Akhirnya Noah mau mengenalkan dirimu ya setelah menyembunyikanmu cukup lama." Ucap Jinan dengan sedikit sindiran di kalimat terakhir, yang Chaeyeong anggap hanyalah sebuah gurauan. Sementara Noah kini hanya menghela nafas.

"Apakah aku ini terlalu jelek ya sampai Noah oppa menyembunyikanku, Mrs. Kim?" Kelakar Chaeyeong yang dibalas kekehan Jinan.

"Mungkin dia terlalu takut kau menjadi pusat perhatian karena kecantikanmu jika dibawa keluar, Mrs. Park?" Balas Jinan membuat Chaeyeong tertawa senang, sementara dirinya hanya tersenyum.



Palsu.



Noah tahu senyuman itu palsu.



Bibirnya memang tersenyum, namun kedua matanya tidak.



"Kenapa kau menyembunyikannya dariku, Kwon? Aish... Aku merasa tak dianggap sebagai temanmu." Jinan memukul pelan bahu Noah, berpura-pura kesal. Sementara Noah yang sedari tadi menunduk kini mengangkat kepala untuk menatap Jinan. Dengan tatapan lembutnya.

"Maafkan aku..."

Jinan membeku mendengar permintaan maaf itu. Kata 'maaf' yang diucapkan Noah bukan benar-benar ditujukan untuk topik yang mereka bahas saat ini. Jinan sangat tahu jika Noah meminta maaf karena telah melukai perasaannya.

Sesak. Jinan tak sanggup lagi menatap kedua netra kelam itu. Dengan sebuah senyuman yang dibuat agar terlihat setulus mungkin itu, Jinan pun segera berpamitan pada Noah dan Chaeyeong.

"Silahkan lanjutkan acara makan kalian. Aku harus pergi dulu." Ujarnya dengan suara yang dibuat setegar mungkin.

"Baiklah, Mrs. Kim. Lain kali kita berbincang panjang lebar jika ada kesempatan." Sahut Chaeyeong, lagi-lagi dengan nada cerianya.

Jinan mengangguk seraya tersenyum lalu segera berbalik pergi meninggalkan dua sejoli itu. Noah menatap sendu punggung Jinan yang menjauh dengan perasaan terlukanya. Awalnya, dia hanya ingin berniat pamer saja pada Jinan dan ingin membuat ibu muda itu menyesal karena telah menolaknya. Namun, saat melihat tatapan terluka dari kedua netra jernihnya yang sangat dia sukai itu. Membuatnya menyesal karena telah membawa Chaeyeong ke cafe. Tatapan Noah bertemu dengan Lisa yang menatapnya penuh arti dari tempat kasir. Noah merasa jika gadis itu kini tengah menatap penuh kecewa padanya. Mewakili perasaan bos kesayangannya.

The Lost Memory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang