Noah berdiri mematung di tempatnya dengan perasaan yang kacau. Hatinya bergetar hebat saat mendengar Jennie memanggilnya 'papa', sementara kilasan-kilasan memori tak dikenal muncul lagi di kepalanya, membuat dia linglung seketika. Dalam suasana yang masih riuh karena kejadian mengejutkan itu, tiba-tiba sesosok wanita bertubuh mungil muncul dengan sebuah amplop cokelat besar di tangan. Berjalan masuk dari pintu utama dengan suara heels yang mengetuk ke atas lantai. Awalnya tidak ada yang memperhatikan kehadirannya, hingga Noah yang masih berdiri di altar dengan ekspresi yang kosong itu melihatnya dan langsung memanggil namanya.
"dr. Kim?"
Atensi semua orang beralih pada Jisoo yang berdiri dengan tenang di tengah-tengah ruangan, senyuman kecil menghiasi wajah cantiknya dan dia segera merendahkan kepala juga bahunya, menyapa semua orang. Lalu dia berdiri tegak menghadap altar, menatap satu persatu orang-orang yang berada disana. Hingga dia menatap sang pastor yang eskpresinya tampak kebingungan, kemudian wanita itu membungkuk ke arahnya sebelum kembali tegak dan berbicara.
"Pastor, bisakah anda mengizinkan saya untuk mengatakan hal penting disini?"
"Jangan buang-buang waktu!" Suara seorang pria tua dari bangku paling depan menyela dengan marah. Kwon Jiyong dengan tongkat di tangannya sudah memasang ekspresi tak sabar. "Mereka harus segera menyelesaikan janji pernikahan terlebih dahulu. Jangan hiraukan gangguan tadi. Mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan keluarga kami, terutama dengan puteraku. Dan kau, nona. Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini dan hal penting apa yang ingin kau katakan? Tidakkah kau lihat bahwa disini sedang dilaksanakan upacara pernikahan? Bukankah tak sopan jika kau menyela acara sakral in dengan hal-hal lain di luar upacara pernikahan? Jika kau ingin ingin menyampaikan sesuatu, berbicaralah nanti setelah upacara pernikahan ini selesai."
Jisoo mengalihkan pandangannya pada pria tua yang tengah mengeraskan rahang di tempatnya itu. Wanita itu tersenyum tipis dan menghadapkan tubuhnya pada Jiyong. "Tuan Kwon, kenapa anda terlihat begitu ketakutan saat ini? Adakah hal yang membuatmu takut sehingga anda sangat marah dan tampak sangat buru-buru?"
Jiyong melebarkan matanya sambil mengeraskan rahang. "Kau!" Bentaknya sambil memukulkan tongkat kayunya pada lantai, membuat semua orang yang berada di gereja terkesiap. "Dimana sopan santunmu?? Siapa kau sebenarnya?? Apa maksudmu datang ke upacara pernikahan puteraku?? Apa kau berencana menghancurkan pernikahan ini??" Jiyong tersedak karena teriakannya yang berlebihan, membuat para pelayannya maju dan berusaha menenangkannya.
Jisoo masih dengan ekspresi tenangnya. "Kenapa anda semarah ini, Tuan Kwon? Apa yang anda curigai dari saya? Apa yang anda takutkan?" Suaranya tenang namun masih terdengar mengintimidasi. "Apa anda takut bahwa saya datang kesini untuk mengungkapkan identitas asli Tuan Kwon Jeongju dan membuat orang-orang tahu semua kejahatanmu?" Tanpa ampun Jisoo langsung menembakan pertanyaan itu, hingga membuat semua orang terkejut dan riuh.
Jiyong kembali memukulkan tongkatnya, wajahnya memerah marah dan dia menunjuk wajah Jisoo dengan tangannya. "Apa yang kau bicarakan, anak muda?? Katakan, siapa kau sebenarnya?? Siapa yang membayarmu untuk merusak pernikahan puteraku??"
Orang tua Chaeyeong yang sedari tadi hanya diam dengan perasaan bingung luar biasa kini maju, Park Youngbae menghampiri Jiyong untuk menenangkan pria tua itu kemudian kembali menatap Jisoo. "Nona, apa yang sedang kau coba katakan itu? Identitas asli apa dan kejahatan apa yang sedang kau bicarakan? Tidakkah kau merasa bahwa dengan mengatakan hal buruk tentang Tuan Kwon dan keluarganya di depan semua orang seperti ini akan berimbas buruk pada dirimu sendiri?" Suara pria paruh baya itu masih terdengar tenang, bahkan nyaris halus.
Jisoo maju selangkah lebih dekat. "Itulah kenapa aku perlu mengatakannya disini." Lalu dia mengangkat amplop cokelat besar yang sedari tadi dia bawa di tangannya. "Semua jawaban dari pertanyaan anda bisa dijawab disini. Hanya biarkan aku untuk menunjukannya dan mengatakan kebenarannya kepada semua orang. Apakah aku diizinkan berbicara, pastor?" Jisoo menatap pastor meminta persetujuan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...