[ Twelve ] Seoul

914 167 59
                                    



Gimpo International Airport



Jinan dan Jennie sedang berjalan di lobi bandara setelah 15 menit lalu mereka baru turun dari pesawat. Keduanya saling berpegangan mencari sosok yang telah berjanji untuk menjemputnya jika mereka telah tiba di Seoul. Hingga kedua netra Jennie menangkap sosok tak asing kesayangannya yang tengah berjalan dengan pandangan beredar.

"Uncle Bunny!" Seru Jennie membuat yang dipanggil menoleh, tak terkecuali dengan beberapa orang yang tengah berlalu lalang di lobi.

Jiwon berbinar lalu segera berlari kecil ke arah mereka. Jennie melepas tautannya dari sang ibu demi berlari menghambur ke dalam pelukan sang paman yang langsung mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi di udara. Membuat gadis kecil itu tertawa renyah

"Jennie-yaa~ Uncle merindukanmu!" Jiwon membawa tubuh mungil itu ke dalam gendongannya. Lalu mengecupi wajah bulatnya dengan gemas.

"Jennie juga rindu uncle! Sangat!" Lugas Jennie membuat Jiwon tersenyum senang. Lalu dia menoleh ke arah Jinan yang sedari tadi hanya tersenyum melihat interaksi dirinya dan Jennie. "Bagaimana kabarmu?"

Jinan menghampiri kakaknya itu lalu ikut memeluk tubuh jangkungnya yang masih menggendong Jennie. "Kabarku baik, oppa." Sahutnya kemudian melepaskan pelukannya.

"Mana barang-barang kalian? Biar aku yang bawa." Jiwon menoleh ke sekitar Jinan.

"Kau bawa koper saja." Ujar Jinan seraya mendorong koper berukuran besar silvernya ke arah Jiwon. "Jendeuki~ Ayo, turun. Jalanlah sendiri, karena uncle harus membawa koper kita." Tangannya menyentuh punggung Jennie yang langsung menggeleng cepat menjawabnya.

"Jennie-ya.. Kau sudah besar, sayang." Bujuk Jinan seraya mencoba meraih tubuh kecil puterinya itu.

"Aku tidak mau, Ma. Aku mau digendong uncle." Sahut Jennie yang membenamkan wajahnya di bahu Jiwon. Membuat Jinan menghela nafas.

"Jendeuki..."

"Sudahlah, Jinanie. Biarkan seperti ini. Jarang-jarang kami bisa bertemu kan, dia pasti sangat merindukanku." Jiwon tersenyum lalu segera meraih gagang koper. "Ayo, lebih baik kita segera pergi."

"Maafkan aku, oppa. Jennie sungguh merepotkan." Ucap Jinan tak enak hati.

"Jangan begitu. Kau tahu jika aku sangat menyayanginya. Sudahlah, ayo." Jiwon terlebih dahulu mengusak rambut cokelat Jinan sebelum melangkah pergi menuju pintu keluar.

Sesampainya di depan mobil Jiwon, pria itu segera mendudukan Jennie di jok depan sesuai keinginan gadis kecil itu, lalu segera membuka bagasi untuk memasukan koper dan tas jinjing yang dibawa Jinan. Setelahnya mereka pun masuk ke dalam mobil dengan Jinan di jok belakang. Meskipun sebelumnya sempat protes karena koper Jinan sangat berat, karena pakaian takkan sampai seberat itu sampai Jiwon agak kesulitan mengangkatnya.

"Nah, pasang seatbelt-mu dulu, princess." Ujar Jiwon seraya memasangkan seatbelt untuk Jennie. Setelah beres, pria bergigi kelinci itu segera menyalakan mesin mobil. "Kita meluncur ke rumah uncle menemui babyy...!" Serunya mendapat tepuk tangan dan pekikan senang Jennie. Sementara Jinan di belakang hanya terkekeh melihat kedua orang kesayangannya itu.

Hari ini seperti yang telah dijanjikan, jika bayi Jiwon lahir, Jinan akan membawa Jennie ke Seoul untuk menemui keponakannya itu. Dia dan Jennie juga sudah membawa banyak hadiah untuk si bayi dan ibunya. Tak lupa oleh-oleh untuk orangtua angkatnya, orangtua Dongi dan juga mertuanya. Jinan membawa beberapa kotak jeruk dan apel Jeju yang dipetik langsung dari perkebunan buah-buahan miliknya. Perkebunan yang dia beli setahun lalu secara diam-diam dengan uang yang dulu selalu dia tabungkan jika Hanbin memberinya uang saku setiap bulan. Jinan memang mengatur keuangan rumah tangganya, namun itu hanya untuk keperluan rumah tangga. Berbeda lagi dengan uang saku yang selalu diberikan Hanbin. Yang jatah satu bulannya itu bisa cukup untuk membeli satu unit city car termurah. Namun memang dia adalah Kim Jinan. Wanita sederhana yang tak terlalu suka menghamburkan uang untuk hal-hal kurang bermanfaat. Jika tidak disumbangkan, wanita itu akan menyimpannya.

The Lost Memory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang