I can't change who I am, not this time
I won't lie to keep you near me
And in this short life
There's no time to waste on giving up
My love wasn't enough
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Waahh, aku tidak percaya ini Noct! Diantara kita berempat kau duluan yang akan melepas masa lajang. Dan mirisnya malah dengan wanita lain." celetuk Prompto.
Gladiolus terkekeh menatap Noctis yang hanya memandang datar ketiga rekannya secara bergantian. Saat ini mereka sedang berkumpul seperti biasa di salah satu ruangan pribadi Noctis di istana. Ruangan khusus yang memang sengaja dijadikan tempat Noctis dan ketiga sahabatnya untuk nongkrong atau sekedar bersantai.
Hanya Ignis yang nampak sedikit aneh hari ini. Pemuda itu duduk di sudut sofa, memandang kosong ke arah perapian. Ignis tak ubahnya seperti pria yang sedang patah hati.
"Harus kuakui, Iris menangis semalaman karena mendengar berita pernikahanmu dari ayah. Tapi baguslah, aku juga sudah lelah menyuruhnya untuk berhenti mengharapkanmu. Aku bahkan setiap hari mewanti-wanti agar kelak Iris berkencan dengan pemuda seumurannya saja." ujar Gladiolus.
Iris Amicitia merupakan adik perempuan dari Gladiolus. Gadis berusia lima belas tahun itu diketahui telah mengidolakan Noctis sejak ia masih kanak-kanak. Sang kakak menganggap Iris masih terlalu kecil untuk memahami arti dari cinta. Itulah sebabnya Gladiolus selalu menasehati Iris, semata-mata agar kelak gadis itu tidak mengalami patah hati karena cinta monyetnya.
Di sisi lain, Ignis menatap Noctis dengan tatapan yang sedikit aneh. Sudut matanya memicing tak suka. Dan sepertinya lagi-lagi hanya Prompto yang selalu paling peka dalam mengamati keadaan.
"Kuharap kau tidak mempermainkan Lady Claire, Noct. Dia gadis yang sangat baik. Kalau kau hanya bertujuan untuk mempermainkan perasaan Lady Claire dan Lady Lunafreya, sebaiknya kau hentikan saja pernikahan ini."
Ujaran Ignis tersebut mau tak membuat Noctis menoleh kepadanya, menatap tak senang pada pemuda berkacamata itu.
"Apa maksudmu, Ignis? Apa maksudmu berkata seperti itu kepadaku?" tanya Noctis yang mulai terpancing.
Ignis terkekeh, "Hanya karena kau seorang pangeran yang berkuasa, bukan berarti kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Setidaknya pikirkan perasaan dua wanita yang akan tersakiti karena keegoisanmu!"
Noctis dengan sigap menarik kerah kemeja Ignis, giginya bergemeletuk bersiap melayangkan tinju ke wajah Ignis sebelum akhirnya Glad dan Prompto langsung melerai keduanya.
"Khe, lalu apa hakmu mengkritik semua hal yang kulakukan, Ignis?"
Ignis menyeringai, "Tentu saja putra mahkota sepertimu selalu mendapatkan apapun yang kau inginkan tanpa perlu bersusah payah! Itu sungguh tidak adil! Kau bukanlah apa-apa tanpa gelarmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goddess & The Crown Prince
FanfictionTerjebak di sebuah dimensi lain, membuat Haruno Sakura tak mampu lagi membedakan mimpi dan realita. Ia bertemu Noctis Lucis Caelum sang putra mahkota Kerajaan Lucis dalam sosok gadis jelita bernama Claire Izunia. Apakah yang sebenarnya diinginkan pa...