..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lunafreya berdiri tepat di atas tangga pualam menghadap Raja yang kini tengah duduk di atas singgasananya. Nyx Ulric berdiri dalam posisi siaga di tengah-tengah Aula Agung, setia mengawal sang Putri Tenebrae sampai urusannya selesai.
"Sudah lama sekali, Yang Mulia. Ini adalah perjumpaan pertama saya dengan Anda setelah dua belas tahun lamanya." seru Lunafreya.
Sepanjang perjalanan ketika menjadi supir sang putri, Nyx hanya bisa menatapnya dari kaca dasbor mobil. Kali ini pemuda itu akhirnya bisa mendengar suara merdu sang putri yang mendayu-dayu. Suaranya terdengar halus selayaknya nada suara seorang wanita bangsawan.
Senyuman lebar terukir di wajah Regis. Rambut kelabu, kumis, serta jenggotnya yang beruban tak sedikit pun mengurangi wibawanya sebagai seorang raja. Tampaknya Raja Regis telah lama menunggu kadatangan Putri Lunafreya, karena jika tidak, Nyx tidak akan repot-repot diperintahkan untuk mengawal sang putri menghadap Raja secara langsung ke Istana Citadel.
Regis tersenyum simpul. "Yah, kau benar. Sudah begitu lama."
Nyx masih memasang pose siaga di tempatnya. Menatap dengan seksama ketika kedua bangsawan di hadapannya saling berbicara.
"Saya sangat menyesali semua kesalahpahaman yang melibatkan saya dengan Pangeran Noctis. Jika Yang Mulia berkenan untuk memaafkan saya, saya akan sangat berterima kasih." ucap Lunafreya sambil menatap Regis lurus-lurus.
Regis hanya memejamkan kedua matanya lalu mengangguk perlahan. "Tidak ada yang perlu dimaafkan karena kau tidak memiliki kesalahan apapun, Putri Lunafreya. Bagiku yang terpenting adalah, bagaimana kita melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu dan melangkahkan kaki untuk menyongsong masa depan."
Lunafreya mengangguk dalam-dalam. Matanya menyiratkan rasa terima kasihnya untuk Sang Raja. Gadis itu tampak berpikir sejenak, sepertinya tengah memikirkan kata yang tepat untuk diucapkannya.
"Jadi, Pangeran Noctis tidak sedang berada di istana ini, Yang Mulia?" Lunafreya menatap sekelilingnya, Aula Agung tampak begitu lengang. Kursi-kursi anggota dewan Royal Council juga kosong tak berpenghuni.
Regis merilekskan dirinya di atas singgasananya, punggungnya disandarkan ke bantalan merah di belakang dengan tangannya menyampir di kedua pegangan kursi takhta.
"Kau benar, Pangeran Noctis tidak ada di Insomnia saat ini. Pangeran dan istrinya telah berangkat ke Altissia untuk berbulan madu kemarin." jawab Regis. Sang Raja tampak sedikit risau untuk melanjutkan kata-katanya. "Jujur saja, aku terkejut menerima kabar bahwa kau datang kemari bersama Kekaisaran. Tapi kau harus tahu satu hal, aku tidak punya pilihan lain selain menerima kesepakatan damai ini. Aku sudah terlalu lemah untuk berperang dan aku pun tak ingin menumpahkan banyak darah." Regis menggeleng beberapa kali, wajahnya seolah telah kehilangan harapan.
"Aku memiliki sebuah permintaan untukmu, Lunafreya." ucapan Regis kali ini terdengar serius. Sepertinya beliau telah terdesak akan sesuatu. "Kumohon, temuilah Noctis di Altissia karena hanya kau yang bisa membangunkan Astral Leviathan. Sebagai Oracle kau telah dipilih untuk membantu Sang Raja Sejati. Aku akan siapkan pengawalan untukmu."
Putri Tenebrae itu tampak mengiyakan, namun gesturnya menunjukkan kecemasan. "Tapi, Yang Mulia, Anda sendiri tahu jika kemanapun saya pergi Kekaisaran pasti akan selalu membuntuti saya. Kita tidak boleh sampai terlalu menarik perhatian. Oleh karena itu, saya akan pergi ke Altissia seorang diri. Tugas saya adalah menuntun jalan bagi Sang Raja Sejati untuk berkomunikasi dengan para astral. Saya siap dengan segala resikonya, termasuk memberikan nyawa saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goddess & The Crown Prince
ФанфикTerjebak di sebuah dimensi lain, membuat Haruno Sakura tak mampu lagi membedakan mimpi dan realita. Ia bertemu Noctis Lucis Caelum sang putra mahkota Kerajaan Lucis dalam sosok gadis jelita bernama Claire Izunia. Apakah yang sebenarnya diinginkan pa...