Sacrifices

575 79 50
                                    

.

.

.

.

.

.

.

Ignis bertemu Pryna yang tergeletak sekarat. Pryna si anjing putih milik Lunafreya mengeluarkan cahaya keemasan dari sekujur tubuhnya. Tiba-tiba pemandangan berubah latar menjadi sebuah istana. Sesosok pria bersetelan serba hitam nampak duduk di atas singgasana kebesarannya.

"Kekuatan dari para dewa akan segera memurnikan segalanya. Kristal dan pedang dari para raja di masa lalu akan bersatu bersama dengan dirinya."

Pria yang duduk di atas singgasana tadi memunculkan sebilah pedang yang berukuran besar. Pria itu langsung menancapkan pedangnya tepat di hadapannya. Tempat di sekeliling si pria kini dipenuhi cahaya gemerlap seperti kristal yang berpendar kebiruan. Dua belas sosok raksasa berarmor muncul satu per satu.

"Hanya di atas singgasana yang terpilih dia dapat menerimanya dengan bayaran hidupnya sendiri."

Satu per satu sosok raksasa berarmor melakukan penghakiman pada si pria yang duduk di atas singgasana.

"Raja Diraja diberikan kekuatan untuk memusnahkan kebatilan tapi akan selalu ada bayaran mahal pada akhirnya. Banyak yang telah berkorban untuk Sang Raja sehingga dia pun harus berkorban sebagai bayaran atas segalanya."

Pria bersetelan hitam tadi memimpin kedua belas sosok berarmor di dunia yang berlatar serba hitam kebiruan. Menghantam sosok lain di hadapan mereka bersama-sama. Lalu tak lama kemudian, si pria musnah menjadi serpihan kristal.

Setelah mendapatkan penglihatan aneh yang tak dapat ditafsirkannya itu, Ignis merasakan pusing di kepalanya. Ia berlari menuju ke arah Ravus. Ignis melihat pemuda bersurai pirang platina itu hanya berdiri mematung. Terpaku dengan apa yang dilihatnya. Lunafreya tergeletak bersimbah darah di samping Noctis yang juga tak sadarkan diri.

"Tidak." bisik Ravus yang berjalan terseok-seok mendekati adiknya. "Pertama, Lucis sudah mengambil ibuku. Dan sekarang mereka membuat pengorbanan dari adikku."

Ravus menarik Aeterna dari sarung pedangnya dan mengarahkannya pada Noctis.

Traaangg!

Ignis dengan sigap menahan Aeterna dengan belati plunderers miliknya. Kekuatan Ravus begitu besar, Ignis harus berjuang keras untuk menahan agar Ravus tidak melukai Noctis.

"Jangan halangi aku!" hardik Ravus.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Ignis.

"Aku akan melenyapkannya!"

Sebelum Ravus dapat melakukan hal yang lebih jauh lagi, Ignis mendorong Ravus sekuat tenaga. Tubuh mereka berdua berguling ke tanah. Ravus bangkit berdiri lalu menyerang Ignis dengan elemen petirnya.

"Mencoba menghalangiku berarti kau juga harus mati!" ancam Ravus yang masih menyerang Ignis membabi buta.

Ignis kewalahan menghindari setiap serangan Ravus. "Kendalikan dirimu!"

Suara benturan dua besi yang saling beradu kembali terdengar nyaring di udara. Ravus tak menghiraukannya dan tetap menyerang Ignis dengan sengit. Ignis sebenarnya sudah kelelahan karena telah kehilangan banyak tenaga. Berbeda dengan Ravus, pemuda itu memiliki kekuatan tempur yang sudah terlatih di banyak medan perang. Menumbangkan Ignis bukanlah hal yang sulit bagi Ravus.

"Ravus, aku paham perasaanmu. Tapi semua ini bukanlah salah Noctis. Lady Lunafreya telah memenuhi panggilannya." seru Ignis.

Ravus menggeram penuh amarah. "Adikku tidak perlu mati, brengsek!"

Goddess & The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang