.
.
.
.
.
.
.
Noctis bangkit setelah berjongkok di rerumputan pasca perjalanannya menuju Disc of Cauthess, tanpa sengaja ia bahkan membangunkan Titan Sang Archaean. Menyebabkan gempa bumi yang getarannya bahkan terasa sampai ke Lestallum.
"Hanya kepada Sang Raja, suara ini dapat didengar."
Mendengar suara bisikan seorang wanita yang sayup-sayup seolah terbang bersama angin, Noctis segera berlari mengikuti asal suaranya.
"Ikuti kata-katanya melalui jalan yang telah dipilih. Menjembatani langit dan bumi. Badai yang fana namun abadi. Untuk menuju ke cahaya, Sang Raja harus pergi."
Noctis masih mondar-mandir di tengah hamparan padang rumput demi mencari asal suara. Langit mulai berubah gelap dan kilat menyambar dari kejauhan. Ketiga orang temannya masih setia mengikutinya di belakang.
Ignis berkata lirih. "Lady Lunafreya telah melakukan hal yang terbaik agar cincin tidak jatuh ke tangan musuh."
"Ya, kau benar. Yang kita perlukan adalah segera bergegas ke Altissia. Aku kira di sana kita akan segera berjumpa dengan Putri Lunafreya." balas Prompto.
Ignis dan yang lainnya masih berlari mengikuti Noctis yang sudah agak jauh di depan. "Tapi kita membutuhkan kapal feri untuk bisa menyebrang ke sana. Kita tidak mungkin melalui Galdin Quay. Terlalu berbahaya jika bertemu pasukan Niflheim di sana."
"Pelabuhan tersembunyi, hmm? Mungkin aku bisa meminta bantuan Iris untuk mengaturnya. Dia sangat hafal banyak tempat rahasia di Lestallum." sahut Gladiolus.
Noctis segera melompat ke atas punggung Chocobo liar yang berlari di dekatnya. Diikuti Prompto dan yang lainnya ikut menaiki makhluk mirip ayam berukuran besar itu untuk mempersingkat waktu. Rupanya Noctis sedang menuju ke arah sumber badai petir yang ternyata bukanlah badai biasa, melainkan badai ciptaan Astral Ramuh Sang Fulgurian.
"Gentiana itu manusia ya?" tanya Prompto.
"Dia seorang Messenger, tugasnya adalah menyampaikan pesan dari para dewa kepada manusia." jawab Ignis.
"Jadi, Lady Lunafreya adalah partner spesialnya?"
Ignis mengangguk. "Begitulah, Promp."
Noctis dan yang lainnya segera turun dari atas Chocobo dan berlari menerjang gerimis menuju ke celah tebing. Di sana terdapat batu yang menjulang di tengah celah tebing tersebut.
Mengulurkan tangan kirinya, Noctis menyerap kilatan-kilatan petir berwarna keungungan yang keluar dari batu tersebut. Begitu dahsyatnya petir itu sampai Noctis hampir kehilangan kesadarannya.
Tubuhnya terasa terpental. Kilasan tentang bayangan masa lalunya kembali memenuhi Noctis. Kenangan yang terjadi pada belasan tahun silam.
Noctis kecil yang baru berumur delapan tahun nampak bertengger di atas kursi roda. Ia menatap sosok wanita cantik yang duduk di kursi di dekat jendela. Matanya terpejam, kemudian tanpa membuka matanya wanita itu tersenyum ke arah Noctis kecil.
"Ah, pangeran muda sudah pulih dengan baik rupanya." kata wanita itu yang kemudian bangkit berdiri.
"Siapa kau?" tanya Noctis.
"Gentiana, Sang Messenger. Apakah pangeran sudah membaca bukunya?" jawab wanita itu, tanpa sedikitpun ia membuka kedua matanya.
Noctis menatap buku bersampul biru dengan gambar sesosok pria gagah bersayap yang memakai armor, berdiri di depan seorang wanita cantik dengan mahkota di atas kepalanya. Tangan mereka berdua saling menengadah. Sebuah batu kristal berpendar melayang diantara kedua tangan pria dan perempuan bermahkota itu. Di belakang si pria, berdiri seorang Oracle wanita berjubah putih yang membawa trisula. Sampul buku itu bertuliskan "Cosmogony"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goddess & The Crown Prince
FanfictionTerjebak di sebuah dimensi lain, membuat Haruno Sakura tak mampu lagi membedakan mimpi dan realita. Ia bertemu Noctis Lucis Caelum sang putra mahkota Kerajaan Lucis dalam sosok gadis jelita bernama Claire Izunia. Apakah yang sebenarnya diinginkan pa...