Kingsglaive

854 109 30
                                    


Chapter spesial untuk para Kingsglaive yang rela mengorbankan nyawa demi melindungi Raja dan tanah air mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Markas besar Kingsglaive siang itu sudah dipenuhi sekitar sembilan puluh sampai seratus tentara. Beberapa diantara mereka tampak melakukan latihan-latihan kecil untuk pemanasan. Ada yang menyiapkan persediaan senjata dan obat-obatan, ada pula beberapa Glaive yang sibuk mengasah kedua bilah kukri mereka. Nyx Ulric mendapati pemandangan orang-orang saling menepuk bahu, sekedar menyapa atau mengobrol ringan untuk menyokong semangat satu sama lain.

Pemandangan ini begitu tidak biasa baginya yang sehari-hari bekerja shift delapan jam perhari. Berjajar di koridor istana menjaga keamanan Citadel dan Keluarga Kerajaan. Namun, hari ini Nyx Ulric dan rekan-rekannya akan bertempur di luar tembok Insomnia setelah sekian lama.

Libertus Ostium, seorang pria berperawakan tambun menyapa Nyx sembari menepuk bahu pemuda itu keras-keras, "Oh kawan, aku senang melihatmu hari ini. Semoga misi kita sukses dan kuharap kita semua masih bisa bertemu untuk kembali bekerja di istana esok hari."

Nyx tampak mengernyitkan kedua alisnya, "Apa maksudmu, Libertus?"

"Kau harus terbiasa mulai sekarang, Nyx. Kita tidak tahu apakah setelah ini kita bisa kembali hidup-hidup atau pulang tinggal nama, berakhir di dalam kantung-kantung jenazah."

"Aku tidak takut mati, Libertus." jawab Nyx mantap.

"Astaga, kau ini bersemangat sekali. Kalau saja aku bisa memilih, lebih baik aku disuruh berjaga di istana. Makan gaji buta pun tak masalah bagiku." kelakar Libertus yang mengundang senyum tipis di sudut bibir Nyx.

Tak lama kemudia mereka berdua mendengar langkah kaki dari beberapa anggota Glaive sedang mendekat. Luche, Pelna, dan Crowe terlihat berjalan berisisian menuju ke arah Nyx dan Libertus.

"Waktunya sudah tiba teman-teman. Kita akan segera berangkat. Ayo semuanya, segera naik ke dalam mobil van." seru Luche Lazarus, selaku ketua misi dalam operasi kali ini, memberikan instruksi kepada teman-temannya yang lain.

Mereka semua lantas masuk ke dalam van. Di dalam van terdapat dua buah kursi jok kulit berwarna hitam, yang mana di sisi kanan kirinya terdapat jendela kecil dilapisi teralis besi. Nyx duduk di sebelah Crowe dan Libertus sementara Luche duduk bersebelahan dengan Pelna Khara.

Iring-iringan konvoi mobil van yang mengangkut para Glaive mulai berjalan meninggalkan markas. Menelusuri jalan raya, mereka mengarah ke barat laut Tembok Insomnia, tepatnya ke Benteng Cavaugh.

"Baiklah teman-teman, aku akan menjelaskan ulang tentang pembagian regu beserta tugas dari masing-masing regu dalam operasi kita kali ini." ujar Luche, menatap serius keempat ke rekannya.

Crowe dan Libertus tampak mendengus, gadis bersurai coklat dan pria tambun di sebelahnya itu sudah bosan mendengarkan Luche yang terus mengulang-ulang instruksinya sejak kemarin.

Hanya Pelna dan Nyx yang tampaknya  paling antusias diantara mereka.

"Lanjutkan, Luche," komentar Crowe malas.

Goddess & The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang