GALAKSI meletakkan kuas yang baru saja dia gunakan untuk melukis gambar abstrak yang mungkin hanya dia dan Tuhan yang tahu maknanya. Dia menatap lagi hasil lukisannya sendiri, lalu tertawa getir, menertawai nasibnya yang sama sekali tak bisa memberontak untuk masalah yang satu ini.
Papanya sudah membiarkan dia memilih menjadi pelukis yang sama sekali tidak menghasilkan uang banyak dibanding menjalankan bisnis keluarga, dia juga dibiarkan untuk memilih tinggal di apartemen sederhana dibanding di rumah mewah keluarganya. Tapi, untuk yang satu ini, papanya tidak akan membiarkan Galaksi memberontak lagi.
“Gal...” suara itu menginterupsi pikiran kacau Galaksi, pemuda gondrong itu menoleh ke belakang, seorang lelaki yang terlihat sedikit lebih tua darinya, dengan penampilan perlente berdiri di pintu yang menghubungkan ruang tamu apartemen Galaksi dengan ruang lukisnya. Lelaki itu bisa dengan mudah masuk ke apartemen Galaksi karena memang diberi akses bebas oleh pemiliknya. Lelaki itu adalah Titan, kakak pertama Galaksi.
“Ngapain lo ke sini? Kalau lo cuma disuruh papa minta gue pulang sekarang, mending lo pergi!” sahut Galaksi sinis, kemudian pemuda itu kembali fokus menatap lukisan abstraknya.
“Gue tahu lo kecewa sama keputusan papa, Gal. Tapi ini juga demi kebaikan lo. Please, pulang! Sekali ini aja lo nurutin papa.” Titan perlahan berjalan mendekati Galaksi.
“Lo pikir gue bodoh, Kak? Kalian cuma manfaatin gue. Kenapa bukan lo aja sih yang kawin sama cewek itu? kenapa harus gue?”
“Gue nggak bisa, Gal. Gue udah punya tunangan dan nggak mungkin dong kalau Claire yang bakal dijodohin sama cewek itu. Ini demi kebaikan lo, Gal.”
“Demi kebaikan gue lo bilang?” Galaksi menatap tajam kakaknya. Titan menganggku sambil menatap lembut adik bungsunya.
“Dengar ya! Kebaikan gue adalah nggak berurusan dengan kalian.” Setelah mengucapkan sederet kata menyakitkan itu Galaksi kembali menatap lukisannya.
“Astaga, Gal. Lo nggak boleh bilang gitu. Durhaka lo!” Meski sudah dikasari oleh adiknya, Titan tetap bersikap lembut. Menghadapi Galaksi tidak bisa dengan cara kasar. Titan memang sangat menyayangi adiknya itu. Sesungguhnya Titan hanya ingin Galaksi punya pekerjaan yang bagus seperti dirinya dan papa mereka. Galaksi hanya perlu menuruti perintah mereka untuk ikut menjalankan perusahaan dan hidup Galaksi akan tertata. Tidak seperti sekarang ini, menjadi pelukis yang hasilnya tidak seberapa.
Galaksi berdiri, pemuda itu menyambar jaket jeasn-nya dan pergi begitu saja meninggalkan sang kakak. Dia tidak ingin lebih lama mendengarkan ocehan sang kakak yang sangat mirip dengan papanya, selalu menyudutkannya.
Keduanya sama-sama menganggap Galaksi selalu salah di mata mereka dan harus selalu menuruti kata mereka. Jika diminta memilih, dia lebih suka dengan mama dan kakak perempuannya yang selalu menerima apapun keputusannya dibanding Titan dan papanya. Tapi kedua wanita yang amat dicintainya itu tidak mungkin menjadi pembelanya sekarang. Mamanya sudah meninggal dua tahu lalu akibat kanker payudara dan kini Claire sedang menempuh pendidikan di New York. Galaksi sama sekali tidak memeliki tempat berkeluh kesah sekarang, kecuali... kelab malam langganannya.
Pemuda gondrong itu melajukan mogenya lebih cepat, agar cepat sampai ke kelab. Dia sudah tidak sabar ingin mabuk sampai pagi untuk melupakan masalah yang sedang membelitnya. Menikah bukan prioritasnya saat ini, apalagi dengan wanita yang sama sekali tidak dicintai.
Bagi Galaksi, cinta itu hanya omong kosong. Nyatanya dia tidak mendapatkan cinta dari siapapun, bahkan dari keluarganya. Satu-satunya orang yang mencintainya dengan tulus telah pergi meninggalkan Galaksi untuk selama-lamanya, yaitu Barbara--mamanya.
Ditambah lagi Claire--kakak perempuannya memilih jauh darinya dengan menetap di New York, satu-satunya kakak yang mengerti dirinya. Papa dan kakak laki-lakinya tidak pernah mencintai Galaksi, mereka hanya selalu memaksanya untuk menuruti perintah mereka.
Galaksi tidak peduli terhadap cinta. Dia bahkan tidak pernah mengenal cinta dari lawan jenis. Bukannya tidak ada satupun gadis yang tertarik padanya. Yang benar saja? Galaksi tampan, tubuhnya tinggi tegap, rambut gondrong blonde, matanya berwarna biru keabu-abuan, warna mata Galaksi ia dapat dari mamanya yang memang berdarah Kaukasia. Bahkah semua wanita memujanya dari yang muda sampai tua, gadis ataupun janda. Akan tetapi, Galaksi hampir tidak pernah merespon satupun gadis yang berusaha mendekatinya, bukan juga karena dia gay, Galaksi memang belum ingin berhubungan dengan wanita. Belum ada satupun gadis yang benar-benar menyentuh hatinya.
Song: Linkin Park-Iridescent
Gunungkidul, 26 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romantik📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...