MASJID Hassan II adalah masjid terbesar di Afrika dengan menara tertinggi, letaknya di tepi Laut Atlantik, lebih tepatnya di kota Casablanca. Menaranya begitu cantik dengan ornamen khas Andalusia dan ukiran yang indah dengan kombinasi warna cokelat muda dan hijau. Bintang tertegun ketika berada di dalam masjid tersebut. Ia seperti sedang salat langsung di atas laut dan bi bawah langit. Pasalnya, di lantai atas dimana Bintang melaksanakan salat, lantainya terbuat dari kaca sehingga ia bisa langsung melihat hamparan laut.
Malamnya, Bintang memutuskan segera menuju Chefchaouen, kota biru di Maroko. Bintang menyukai warna biru, sehingga dia ingin sekali berkunjung ke kota itu, kota di mana seluruhnya berwarna biru, meski tak seluruhnya berwarna biru, akan tetapi warna itu yang paling dominan. Gadis itu hanya akan singgah di sana selama tiga hari, setelah itu dia akan memutuskan tiggal di El Jadida untuk beberapa waktu.
El Jadida adalah tujuan utamanya, selain kota itu tidak terlalu seterkenal kota-kota di Maroko seperti Rabat, Fez, Marrakech, Casablanca dan Chefchaouen, Bintang akan menemui seseorang di sana. Seseorang yang tentu saja dianggap bisa menyembuhkan lukanya saat ini. Siapa lagi kalau bukan kakak sepupunya, Mario.
“Kak Mario janji kan nggak bakalan bocorin ke siapapun?” tanya Bintang ketika dia akan berangkat ke Maroko, mereka sedang berbicara melalui video call.
“Janji, Bin. Lagian nggak ada yang tau kalau kakak di Maroko. Mama sama papa taunya aku masih di UK,” jawab Mario seraya tersenyum. Lelaki itu sudah menganggap Bintang adik kandungnya sendiri, mungkin karena mereka sama-sama anak tunggal.
“Thanks, Kak.”
“No worries, little girl.” Mario tersenyum tulus, usia mereka terpaut delapan tahun, membuat Mario selalu menganggap Bintang adik kecilnya yang harus selalu dijaga. Dia teramat marah ketika mengetahui pernikahan Bintang batal karena alasan yang gila.
***
Bintang merebahkan tubuh letihnya ketika sampai di hotel yang direservasi di Chefchaouen. Gadis itu segera mencari ponselnya, beruntung sinyal wifi di tempat ini luar biasa kuat. Membuatnya mudah untuk bertukar kabar dengan Mario. Dia memberi tahu kedatangannya di El Jadida tiga hari lagi. Tak disangka, ternyata Mario malah akan menyusulnya ke Chefchaouen. Bintang pun memberi tahu hotel tempatnya menginap.
Beberapa jam kemudian, seseorang menekan bel kamar hotel, gadis itu berlari menuju pintu, dia sudah tahu siapa yang datang dan benar saja, Mario sudah berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana jeans-nya. Kakak sepupunya memang selalu terlihat menawan.

“Kak Mario!” teriak Bintang lalu menghambur memeluk kakak sepupunya. “Lama banget nggak ketemu, makin ganteng aja,” ujar Bintang sambil terkekeh di pelukan Mario. “Tapi sayang, nggak nikah-nikah, mana udah tua lagi. Hahahaha.” Sontak Mario menjitak kepala Bintang dengan keras.Bintang berteriak sambil mendorong tubuh Mario, “aduuuuuh! Sakit tau!”
“Makanya, jangan sembarangan sama orang tua. Single is free, you know?” jawab Mario lalu tanpa permisi masuk ke kamar Bintang. Dengan kesal Bintang menyusul kakak sepupunya yang menyebalkan. Keterlaluan Mario, dia menjitak kepala Bintang terlalu keras, sampai sekarang saja kepala gadis itu masih terasa pening.
“Tapi kasihan Pakdhe sama Budhe, udah pengin nimang cucu.” Bintang menuju lemari pendingin di sudut kamar, mengambilkan soft drink untuk Mario. Gadis itu pun menaruh minuman meja dekat sofa, di mana lelaki itu sedang duduk menyilangkan kaki.
“Kalau cuma pengin cucu aja nanti kakak bikinin. Nggak perlu nikah, kan?” jawab Mario kemudian tertawa keras.
“Ih, Kak Mario mulutnya ya, sembarangan kalau ngomong,” kata Bintang sambil melemparkan bantal sofa ke arah Mario, tapi lelaki itu mampu menangkisnya hingga bantal itu berakhir mengerikan di lantai.
“Bin, makan yuk! Kakak lapar nih, kakak yang teraktir deh. Kakak tau kamu duitnya pas-pasan,” ujar Mario tanpa permisi menarik tangan Bintang. Gadis itupun hanya pasrah menerima perlakuan kakak sepupu satu-satunya.
Bintang sedikit prihatin dengan keadaan kakak sepupunya yang entah mengapa, dia rasa Mario mirip dengan mantan calon suaminya—Romi. Kakak sepupunya itu tidak bisa setia dengan satu perempuan. Bintang tidak pernah mendengar Mario memiliki hubungan serius dengan perempuan manapun, yang dia tahu, Mario selalu berkencan dengan wanita berbeda disetiap malamnya, Bintang tahu itu sejak Mario masih kuliah dulu. Bahkan sampai sekarang Mario masih seperti itu, kendati Mario selalu hidup berpindah negara karena pekerjaannya sebagai koki di kapal pesiar.
***
Keesokan harinya Bintang dan Mario memilih berkeliling Chafchaouen, menjelajah lorong-lorong sempit berwarna biru. Warna biru yang menenangkan dan membuat siapapun yang melihatnya takjub. Bintang begitu semangat menjelajah kota, gadis itu berjalan sambil berjingkrakan dan bernyanyi kecil di lorong bertangga. Sementara Mario hanya mengekor di belakang sambil memotret Bintang dengan kameranya.

“Eh, Kak fotonya jangan diunggah di sosial media, ya! nanti ketahuan kalau aku sama Kak Mario lagi di Maroko,” kata Bintang yang sadar sejak tadi dirinya dipotret oleh Mario.“Kamu pikir kakak ini suka
unggah foto di sosial media, apa?” gerutu Mario sambil mengamati hasil potretannya.Bintang mengangkat kedua alisnya, dia baru sadar kalau kakak sepupunya itu sangat jarang mengunggah foto di sosial media. Di akun Instagramnya saja hanya ada enam foto, padahal pengikutnya puluhan juta. Wajar sih Mario punya pengikut banyak di sosmed, dia adalah koki tampan yang wajahnya sering menghiasi majalah kuliner, bahkan Mario pernah menjadi juri di salah satu ajang memasak di Amerika. Bintang tak menyangka kakak sepupunya sehebat itu.
“Kak Mario, kapan mau pensiun jadi Don Juan, sih? Ingat umur udah tua, tuh!” celetuk Bintang yang sudah berdiri di dekat kakak sepupunya. Mario melepaskan tangannya dari kamera, dia membiarkan kamera itu menggantung di lehernya.
Lelaki bertubuh tinggi itu melanjutkan perjalanan tanpa mempedulikan adik sepupunya yang semakin lama semakin mencereweti urusan pribadinya. Dia paling tidak suka jika masalah yang sangat personal baginya itu dicampuri orang lain, termasuk Bintang sekalipun—orang yang disayanginya.
Bintang akui, kakak sepupunya memiliki fisik yang hampir sempurna. Jika dibandingkan dengan Romi, Mario satu tingkat di atas lelaki itu. Mario mewarisi wajah rupawan ayahnya yang berkebangsaan Perancis. Bintang juga tidak heran banyak perempuan yang menggilai kakak sepupunya. Tapi mau sampai kapan dia terus bermain-main?
“Kak Mario menyebalkan,” umpat gadis itu sambil menghentakkan kaki.
Usai lelah menjelajah kota biru, keduanya memilih makan siang di sebuah kafe yang tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Setelah ini mereka akan kembali ke hotel dan malamnya mereka akan menjelajah kota itu lagi, keesokan harinya mereka baru akan menuju El Jadida. Keduanya memilih mempercepat keberangkatan ke El Jadida dibanding rencana awal.
“Kak Mario libur berapa lama?” tanya Bintang sambil menyuapkan makanannya.
“Dua bulan dan selama itu juga kakak akan menetap di kota ini,” jawab Mario.
“Kenapa nggak pulang ke Indonesia aja? Emang nggak kangen sama Pakdhe dan Budhe?”
Mario tampak menghela nafasnya kasar, “Kakak punya urusan penting di El Jadida, lagian setelah ini kakak akan berlayar ke Karibia.”
Bintang yakin, ada sesuatu yang sedang terjadi dengan kakak sepupunya itu. Tak biasanya Mario bersikap misterius seperti ini. Gadis itu bertekad, setelah ini ia akan mencari ada apa dengan Mario.
Gunungkidul, 02 Mei 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/176766945-288-k286643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romance📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...