SETELAH kekacauan yang baru saja terjadi, Claire membawa Galaksi pergi dari Belle Robe. Bintang dan Claire sepakat akan membuat janji lagi lusa. Guna membahas perancangan gaun pengantin lebih detail lagi.
Bintang memijit pelipisnya. Oh Tuhan! Kejutan apa lagi ini? Hari ini soalah menjadi hari yang penuh kejutab bagi Bintang. Setelah Galaksi datang ke butiknya bersama sang calon istri. Setelah itu, tiba-tiba Shela datang dan mengatakan Galaksi adalah lelaki berengsek yang kabur di hari pernikahannya. Galaksi adalah mempelai prianya. Bahkan Galaksi lebih berengsek dibanding Romi dan Bintang menyesal sempat jatuh hati padanya.
"Aku masih nggak nyangka deh, Mbak. Tadi itu beneran Galaksi Bima Sakti?" cerocos Rosa yang saat ini berdiri di samping Bintang.
"Galaksi Bima Sakti?" gumam Bintang, jujur dia tidak tahu nama lengkap lelaki itu. "Kamu kenal, Ros?"
"Kenal sih nggak, Mbak. Cuma tahu aja, dia itu kan pelukis hebat. Ranahnya udah intetnasional dia, beberapa kali menjuarai kompetisi di Jepang, Roma, Swiss dan mana lagi gitu. Lupa aku, Mbak. Sering juga ngadain pameran di kota-kota di Indonesia. Aku pernah datang ke pameran di di Bandung sama pacar aku, Mbak. Asli, lukisan dia tu keren-keren parah." Rosa bercerita sambil merapikan tumpukan kertas desain yang dibuat Bintang.
"Dia juga sering diundang talk show di tv-tv, pernah masuk infotaintment juga. Gonta-ganti teman kencan dia tuh. Dia juga anak pengusaha sukses--Tedja Lesmana. Tapi yang dia kabur di nikahannya nggak pernah diberitain. Nggak tahu deh," imbuhnya.
"Mbak Bintang nggak apa-apa? Pucet gitu. Mbak, sakit ya?" tanya Rosa ketika mendapati wajah bosnya pucat.
"Oh, nggak, Ros. Um, bentar aku mau ke toilet."
Sesampainya di toilet, Bintang menatap pantulannya di cermin. Galaksi, kini Bintang membenci lelaki pengecut itu. Dia tak ada bedanya dengan Romi. Bahkan Galaksi menghancurkan hatinya lebih parah.
Bintang merogoh ponsel di saku celananya. Gadis itu membuka aplikasi Google dan mengetikkan nama Galaksi Bima Sakti pada kolom pencarian.
***
"Jelasin, Gal! Cewek yang ngamuk sama lo tadi siapa?" Claire menatap adik laki-lakinya yang sedang mengemudi dengan santai. Lelaki itu terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.
"Shela. Cewek yang mau dijodohin sama gue." Galaksi menjawab dengan santainya, bahkan setelah itu dia bersiul.
"Dan lo kabur ke Maroko, terus bikin papa sekarang sakit."
Galaksi mengedikkan bahu sambil tersenyum simpul. Lelaki itu mengumpat karena bertemu dengan kemacetan ibu kota.
"Kenapa sih lo nggak nurutin apa keingunan papa aja? Kan nggak jadi gini."
Lelaki gondrong itu memejamkan mata. Sejak kapan kakak perempuannya tak berpihak padanya?
"Lo juga mau kayak papa dan Kak Titan? Mau mojokin gue? Iya?" ujar Galaksi meski santai tapi terdengar penuh penekanan."Kak, gue nggak mau kawin sama orang yang nggak gue cinta," tegas Galaksi sembari menginjak pedal gas, deretan mobil di belakangnya sudah menekan klakson tak sabaran.
Claire terkekeh. Gadis itu tahu betul adiknya tidak pernah sekalipun mengenal apa itu cinta. Selama ini adiknya selalu berhungan dengan wanita hanya menggunakan nafsu. Otak dan hatinya berada di pangkal paha. Claire sangat mengenal adiknya.
"Sejak kapan lo tahu cinta itu apa? Bukannya lo menjalin hubungan dengan semua wanita pakai nafsu bukan hati," ejek Claire masih sambil tertawa.
Cinta. Ya, Galaksi bahkan hampir gila memikirkannya. Yang lelaki itu tahu, cinta adalah sesuatu yang membuatnya tersenyum ketika mengingat gadis yang dicinta, selalu ingin dekat dan terus menikirkannya tanpa ingin berhenti. Hanya ada satu gadis yang membuatnya seperti itu. Bintang Tavisha si pemilik Belle Robe.
"Jaga mulut lo, Kak. Gue udah tobat. Udah dua bulan lebih gue nggak nidurin perempuan. Ya kalau cuma nyium bibir dikit sih, masih. Itu pun cuma sama satu cewek, yang sampai sekarang bikin gue hampir gila."
Setelah mengucapkan itu, Galaksi tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Gal, lo... jatuh... cinta?" tanya Claire tak percaya, matanya membulat sempurna. Ini mengejutkan.
"Cewek hebat mana yang bikin hati lo luluh, Gal?" Claire mengguncang bahu adiknya. Mendesak adiknya itu untuk menjawab.
Galaksi tak menjawab, lelaki gondrong itu hanya tersenyum, mengingat wajah manis Bintang yang terus menggoda pikirannya tanpa henti. Galaki ingin memeluk gadis itu seerat mungkin dan tak ingin dilepaskan, ingin mencium bibir manis nan lembut itu hingga mereka berdua kehabisan nafas. Bibir itu membuatnya kecanduan.
***
"Woy! Kusut gitu tuh muka. Lo kenapa sih, Bin? Bukannya Belle Robe udah beres dan Romi udah nggak ngejar-ngear lo lagi?"
Selalu begitu. Fara datang tidak pernah diundang dan tiba-tiba memberondong pertanyaan yang membuatnya semakin pusing. Bintang mendongak, menatap sahabatnya itu.
"Wanda nggak ikut?" tanya Bintang mengalihkan pembicaraan.
"Nggak. Jam segini masih praktik dia."
Fara memang datang ke rumah Bintang sendiri malam ini. Biasanya Bintang dan ketiga sahabatnya selalu menghabiskan waktu bersama di malam minggu. Entah itu nongkrong di kafe favorit mereka, nonton film di bioskop atau ngonbrol di rumah seperi sekarang ini.
Wanda sedang bekerja dan Rere menempuh pendidikan S2-nya di Jepang.
"Kangen ih sama Rere, kangen berantem gue. Hahahaha."
"Aku juga. Nggak ada yang rempong lagi."
Kemudian dua gadis itu tertawa.
"Eh, Far, inget nggak sama Mbak Shela? Pelangganku yang pengantin prianya kabur?"
Fara mengangguk.
"Kamu juga ingat nggak? Cowok yang kuceritakan, yang aku ketemu di Maroko?"
Fara mengangguk lagi. Pada akhirnya Bintang memang bercerita mengenai pertemuannya dengan Galaksi pada Fara.
"Mereka orang yang sama," ujar Bintng lalu menunduk. Gadis itu terlihat sangat terluka.
"Aku benci dia, Far. Dia pengecut, dia..."
"Dia mencintaimu!"
Sesorang memotong ucapan Bintang.
Gunungkidul, 14 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Roman d'amour📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...