⭐ HE FOUND A GIRL ⭐

375 40 4
                                    

BEBERAPA minggu setelah malam bersejarah itu, ketika Galaksi hampir merenggut harta paling berharha milik Bintang dan gadis itu berhasil menghentikan Galaksi dengan melontarkan kata 'menikah', hubungan keduanya semakin intens. Bintang kira, dia akan sulit intuk menumbuhkan rasa cinta pada orang lain setelah pengkhianatan yang dilakukan Romi. Atau bahkan dia akan trauma. Tapi nyatanya tidak, kehadiran Galaksi mampu meruntuhkan segala persepsi tersebut.

Hidup Bintang semakin tenang ketika Romi tak lagi mengusiknya. Entah sudah lelah atau mungkin sudah mendapatkan wanita lain. Lelaki seperti Romi tidak akan kehabisan stok wanita. Menurut kabar yang pernah didengarnya dari Fara dan Wanda, kini Romi menjalin hubungan dengan gadis berhijab. Kedua sahabatnya itu perneh memergoki ketika di salah satu restoran mewah di daerah Senayan atau beberapa kali di pusat perbelanjaan.

"Romi udah tobat kayaknya, masa dia pacaran sama cewek berhijab? Udah gitu kelihatan masih muda banget," seloroh Wanda suatu siang ketika mereka sedang berkumpul di restoran milik Fara tanpa Rere yang menempuh studi di Jepang.

"Gue nggak yakin itu pacarnya?" nada suara Fara terdengar meremehkan.

"Terus apa dong? Kita sering mergokin mereka jalan berdua." Wanda bersikukuh dengan pendapatnya. Bintang sendiri hanya diam sebagai pendengar. Karena dia memang belum pernah melihat.

"Gue rasa mereka dijodohin deh. Masa iya Romi pacaran sama cewek seperti itu. Lo nggak merhatiin apa? Muka tu cewek kayak yang tertekan gitu pas jalan sama Romi. Kasihan cewek itu kalau sampai punya suami sebejat itu," cerocos Fara mengeluarkan unek-uneknya. Gadis itu sampai sekarang masih tidak bisa menghilangkan rasa bencinya pada Romeo Amartha, yang telah menyakiti hati sahabatnya.

"Maksud kalian cewek yang itu?" tanya Bintang tiba-tiba. Mata gadis itu terjutu pada sepasang anak manusia yang tengah memasuki restoran.

Seorang lelaki bersetelan jas hitam dan kemaja pink di dalamnya, berjalan angkuh mendekati sebuah meja di sudut ruangan. Diikuti gadis muda berjilbab yang menundukka wajahnya.

Fara dan Wanda mengikuti arah pandang Bintang, membuat keduanya memekik pelan.

"Nah, itu dia yang kita maksud," ujar Wanda sedikit berbisik.

"Kalau dia sih aku kenal. Namanya Juleha Aminawati. Karyawan di salah satu perusahaan real estate gitu. Dia di bagian logistik dan pernah mesan seragam buat karyawan mereka di butik aku," komentar Bintang tanpa mengalihkan tatapannya pada gadis berhijab yang terus menunduk.

"Tapi masa iya sih dia pacaran sama Romi?" Bintang juga ikut ragu. Pasalnya, sejauh yang dia tahu, gadis bernama Juleha Aminawati itu adalah gadis yang cukup religius dan tidak sembarangan memilih pasangan. Apalagi seorang Romeo Amartha.

"Gue setuju, Bin. Kalau dijodohin gue agak percaya deh," timpal Fara.

"Maybe..." bisik Bintang.

***

Bintang masih tidak percaya bahwa gadis yang berdiri di hadapannya ini adalah Juleha. Ya, setahu Bintang, di tempat kerjanya gadis itu akrab di sapa Juleha. Bintang berjalan mendekat, menghampiri Juleha yang tengah menunggu angkot atau taksi di depan restoran milik Fara. Mungkin.

"Juleha, ya?"

Gadis itu sontak menoleh dan memekik. "Waaaah, ini Mbak Bintang, ya? Duuuh lama nggak ketemu. Waktu itu aku lihat berita lho tentang fashion show-nya Belle Robe. Wah, Mbak Bintang semakin keren." Gadis itu menyerocos tanpa henti membuat Bintang tertawa kikuk. Juleha tidak pernah berubah.

"Iya. Makasih, Jul." Bintang tersenyum. "Eh, nungguin apa di sini?" tanya Bintang berniat menyelidiki sesuatu.

Lalu, wajah Juleha berubah muram, bibirnya pun mengerucut sebal.

"Masih kerja di sana, Jul?" tanya Bintang berusaha mencairkan suasana.

"Udah nggak, Mbak. Saya dipecat karena dituduh menggelapkan uang perusahaan," ceritanya terdengar pilu. Bintang nenghibur dengan mengusap bahu gadis itu.

"Terus sekarang kerja di mana?"

"Di Amartha Realty. Ya, kerjaanku lebih bagus sih di sana. Jadi sekretarisnya CEO. Tapi ya beban berat aku tu kerja di sana, Mbak. Punya bos nyebelinnya nggak ketulungan. Main perintah ini-itu seenak jidat. Bahkan ya, Mbak, aku pernah disuruh bersihin apartemen dia, beliin pembalut buat pacarnya, ngikut dia pesta di rumah temannya. Itu kan bukan kerjaan aku. Aku tu sekretaris bukan asisten pribadi. Ngeselin ngg..."

"Oh, jadi kamu ngomongin saya di belakang, ya Juleha Aminawati?" suara berat itu menghentikan curhatan Juleha pada Bintang. Gadis itu mematung.

"P-pak R-Romi, s-saya cum-cuma..."

"Kenapa sekarang gagu? Tadi perasaan lancar banget pas ngomongin saya?"

"Ng, a-anu itu ta-tadi..."

"Kamu pulang sendiri!" ujar Romi tegas, kemudian lelaki itu pergi begitu saja, bahkan tidak menyapa Bintang. Padahal Romi menyadari kehadiran mantan calon istrinya itu.

"Tuh, kan! Mbak Bintang lihat sendiri bos aku suka semena-mena ninggalin aku. Padahal tadi dia yang ngajak. Aku juga heran, restoran atau kafe dekat kantor banyak, kenapa milih restoran sejauh ini. Sama aku pula, kerjaanku kan masih banyak. Kalau gini ceritanya aku bakalan lembur lagi kayak biasanya."

"Dia sering nyuruh kamu lembur?"

"Iya dan dia sering ngasih pekerjaan yang aneh-aneh. Kayak yang kubilang tadi, Mbak."

Bintang tersenyum mendengar penuturan Juleha. Ya Tuhan! He found a girl. Bintang bisa memprediksi bahwa Romi memiliki perasaan pada gadis muda di dekatnya ini. Bintang bersyukur Romi bisa melupakannya. Dia hanya berharap lelaki itu tidak mempermainkan gadis sebaik Juleha.

"JULEHA AMINAWATI! MAU SAMPAI KAPAN KAMU DI SITU? AYO BALIK KE KANTOR!" teriakan Romi dari dalam sedan hitam yang entah sejak kapan berhenti di depan gadis itu.

"Tuh, senaknya lagi kan. Bukannya tadi nyuruh aku pulang sendiri," bisik Juleha sebal.

"CEPAT SEBELUM SAYA BERUBAH PIKIRAN!"

"I-iya, Pak. Daaah, Mbak Bintang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati, Jul."

Gunungkidul, 09 Juni 2019

FALLING STAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang