⭐ REPLAY MAROCCO ⭐

324 36 5
                                    

DUA anak manusia itu kini sedang berdiri di depan salah satu ruangan di dalam rumah sakit. Melalui kaca pada pintu, mereka melihat seorang pria paruh baya terbaring di sana dan ada seorang gadis yang sedang menunggui, yang Bintang ketahui adalah Claire.

Gadis itu tidak tahu mengapa Galaksi mengajaknya kemari. Siapa pria yang terbaring di sana?

"Dia papa gue. Alasan gue pulang mendadak waktu itu karena papa kena serangan jantung."

Ya Tuhan! Bintang menutup mulutnya tak percaya. Mendadak tubuhnya gemetar mendengar pernyataan Galaksi. Belum sempat gadis itu menormalkan degup jantungnya yang menggila dan kepalanya yang mendadak ikut pusing, tiba-tiba pintu terbuka, menampakkan Claire dengan wajah letihnya. Meski begitu, Bintang akui, Claire masih terlihat cantik.

"Gal..." Claire langsung menghambur meneluk Galaksi.

"Sebaiknya lo pulang, biar gue yang gantiin Kak Titan buat jagain papa." Galaksi mengusap kepla Claire penuh sayang. Membuat dada Bintang mendadak sesak melihatnya.

"Tapi, Gal, lo kan semalem udah." Claire lalu mengurai pelukannya dengan Galaksi.

"Lagian gue nggak ngerti sama Kak Titan. Kenapa lebih mentingin kerjaan coba?" gerutu Claire.

Galaksi terkekeh menanggapinya. "Lo tahu, Kak. Dia duplikat papa, siapa juga yang bakalan ngurus kantor kalau papa sakit, hmm?"

Kak? Astaga! Bintang tak salah dengar, bukan? Galaksi memanggil Claire dengan sebutan itu.

"Loh, Mbak Bintang?" pekik Claire saat menyadari kehadiran orang lain selain dia dan adiknya.

"Kok bisa di sini? Sama Galaksi lagi?"

"Um... Saya..."

"Atau keluarga Mbak ada yang sakit juga? Atau Mbak..."

"Dia pacar gue, Kak," celetuk lelaki gondrong itu.

Otomatis Bintang membulatkan matanya. Bagaimana mungkin lelaki itu mengklaimnya secara sepihak seperti ini. Di depan Claire pula. Astaga!

"Oh, jadi, Mbak Bintang adalah perempuan yang ditemui adik saya di Maroko?"

Adik? Astaga! Apa maksudnya?

Sepulangnya dari Belle Robe Galaksi memang menceritakan semuanya pada sang kakak. Tidak ada sedikitpun yang ditutup-tutupi, termasuk ketika dia pertama kali mencium Bintang dan dia merasa itu juga ciuman pertama gadis itu. Galaksi memang lebih nyaman mencurahakan isi hatinya pada Claire dibanding Titan atau siapapun.

"Gal, papa udah sadar dan beliau nanyain lo. Makanya tadi gue mau keluar dan nelpun lo. Eh, lo udah di sini." Claire mengusap punggung adiknya.

"Oh ya?"

"Gih masuk! Kakak panggil dokter dulu."

Tanpa menanggapi lagi, Galaksi melangkah masuk sambil menarik tangan Bintang. Gadis itu hanya menurut saja tanpa perlawanan. Sejujurnya dia masih belum sepenuhnya tahu apa yang sedang terjadi. Sebenarnya apa hubungan Galaksi dan Claire? Bukankah tadi siang mereka berdua datang ke Belle Robe untuk membuat baju pengantin.

"Pa..." sapa Galaksi dengan suara lembut.

Bitang tidak sedar sejak kapan Galaksi melepaskan tangannya dan lelaki itu sudah duduk di sebelah ranjang papanya.

"Pa, maafin Gal udah bikin papa sakit. Gal senang papa udah siuman. Gal janji akan selalu ada di dekat papa."

Sebelumnya Bintang tidak pernah mendengar Galaksi berbicara dengan intonasi selembut itu.

Tedja Lesmana memejamkan matanya lalu mengangguk sangat pelan. Tiba-tiba air mata lelaki itu mengalir. Dia bahagia putra bungsunya ada di sampingnya ketika membuka mata.

Digenggamnya erat tangan sang papa oleh Galaksi. Lelaki itu sungguh terluka menyaksikan papanya terbaring lemah karena dirinya. Ya, mungkin. Tedja Lesmana terlalu memikirkan dirinya hingga jatuh sakit.

"Papa nggak akan memaksamu lagi," kata Tedja dengan suara yang begitu rendah dan lemah. Nyaris tak terdengar.

Tak diduga, Galaksi menundukkan kepala dan mencium punggung tangan papanya. Hati Bintang menghangat menyaksikan adegan anak dan ayah itu. Bintang juga melihat air mata Tedja terus mengalir.

"Sekali lagi maafin Gal, Pa. Gal cuma pengin buat papa bangga dengan cara Gal sendiri."

Bintang hanya diam di belakang Galaksi, gadis itu berdiri sambil memaninkan jemarinya. Dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan ayah dan anak itu, tapi Bintang tahu ini bukan masalah sepele. Apa ini ada kaitannya dengan tindakan kabur lelaki itu ke Maroko?

"Gal, gadis ini siapa?" suara Tedja masih lemah namun Bintang bisa mendengarnya. Gadis itu sedikit mendongak lalu mengangguk sambil tersenyum pada Tedja.

"S-saya, B-Bintang, Om."

"Dia pacarnya Gal, Pa."

Jantung Bintang berdegup kencang mendengarnya. Gadis itu mencuri padang ke arah Tedja, dia hanya ingin tahu ekspresi ayah Galaksi tersebut. Di luar dugaan, Tedja tersenyum lebar.

"Pacarmu cantik. Pintar juga kamu, Nak.

***

Entah mengapa Galaksi sangat ingin membawa Bintang ke apartemennya. But wait! Bukan ingin berbuat macam-macam pada gadis itu, tapi...

"Ini apa, Gal?" tanya Bintang saat Galaksi membawanya ke sebuah ruangan yang sangat berantakan, lebih mirip gudang.

"Galeri lukis gue, tapi dihancurin papa pas gue kabur ke Maroko."

"Dihancurin?"

"Papa nggak suka gue jadi pelukis," tutur Galaksi sambil memungut sisa-sasa kavas dan bingkai yang hancur di lantai.

"Katanya sih, nggak punya masa depan bagus. Papa mau gue ikut ngurus perusahaan. Tapi gue nggak mau. Melukis adalah hidup gue."

Tiba-tiba mata Bintang menatap sebuah lukisan yang masih utuh terpajang di salah satu sudut ruangan. Lukisan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik, dari wajahnya Bintang tahu itu lukisan seorang wanita Kuakasia. Kulit putih dengan bercak-bercak cokelat di area hidung dan pipi, bibir tipis hidung mancung dan bola mata berwarna biru, serta rambut berwarna cokelat yang disanggul.

Perlahan Bintang mendekati lukisan itu, mengamatinya lalu mengusapnya pelan, karena permukaannya dipenuhi debu.

"Itu mama," ujar Galaksi yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Bintang.

Ibunya Galaksi. Sekarang Bintang tahu dari mana wajah, rambut dan warna mata Galaksi berasal. Ternyata ibunya orang Kaukasia. Jika dilihat-lihat wanita dalam lukisan itu mirip Galaksi, tapi lebih mirip dengan Claire, hanya saja rambut Claire berwarna hitam.

"Mama meninggal beberapa tahun lalu karena kanker payudara," jelas Galaksi dengan suara pelan, namun terdengar menyakitkan.

Ya Tuhan, Gal. Ternyata banyak yang tak kuketahui tentangmu.

"Cuma mama dan Claire yang dukung gue. Papa dan kakak laki-laki gue, Titan, mereka ngotot minta gue buat ikut urus perusahaan. Tapi itu bukan passion gue."

Bintang diam, gadis itu membiarkan Galaksi mengeluarkan semua keluh kesahnya malam ini. Dia bersedia menjadi pendengar setia, meski harus semalam suntuk. Lagipula, dia ingin tahu semua tentang Galaksi.

Galaksi memutar tubuh Bintang perlahan agar menghadapnya. Disentuhnya wajah gadis itu. Ada perasaan bahagia yang meluap-luap kala dia bisa menyentuh lagi gadis yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

Dan kejadian beberapa Minggu lalu di Maroko terulang lagi. Bintang tidak menolak sama sekali, karena sejujurnya gadis itu juga merindukan Galaksi. Dia tak peduli bahwa Galaksi adalah lelaki pengecut yang membuat Shela kecewa. Dia hanya ingin menikmati ini, dia terlalu rindu dan menginginkan Galaksi berada di dekatnya.

Gunungkidul, 16 Mei 2019

FALLING STAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang