Extra Part 1

562 31 11
                                    


"WHAT the..."

Galaksi tak jadi mengumpat ketika ia mendapat pelototan dari sang istri yang sedang duduk bersila di atas ranjang.

"Udah kubilang nggak boleh mengumpat, Gal," sembur Bintang sambil melemparkan tatapan tajam pada lelaki yang baru dinikahinya tiga bulan lalu itu.

Galaksi tak menggubris kemarahan sang istri. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar seraya menatap sebuah gaun berwarna merah muda yang menggantung di hadapannya. Kini lelaki itu sedang berada di depan meja rias istrinya.

Tetapannya begitu tajam, seolah hendak merobek-robek gaun yang akan mengekspos bahu dan dada si pemakai, apalagi panjangnya lima senti di ataa lutut.

"Ya lo bikin gue kesel, Bin," umpatnya lagi, kini sambil menacak-acak rambut pirang gondrongnya yang digerai.

Meski sudah menjadi suami-istri, sapaan lo-gue masih saja dipakainya. Tidak ada panggilan sayang atau romatis yang lelaki itu berikan pada sang istri. Sejak awalpun Bintang juga tahu, suaminya tidak pandai romantis-romantisan. Tapi Bintang menyukainya, karena perempuan itu tidak suka diperlakukan romantis. Jadi, mereka berdua memang pasangan tercocok abad ini.

"Ini kan anak kamu juga yang minta," rajuk Bintang sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Saat ini Bintang memang sedang hamil 7 minggu.

"Ya kira-kira dong kalau mau ngidam. Yang rada keren dikit. Jalan-jalan ke Maroko kek, mengenang awal pertemuan kita. Atau kalau nggak makan sate depan kantor pos itu. Atau..." geram Galaksi.

"Kamu kira ngidam bisa milih-milih hal yang enak dan asyik-asyik?" balas Bintang sambil mengangkat dagunya- menantang sang suami.

"Ya kalau gitu, jangan gaun itu juga kali, Bin."

"Oh, jadi kalau gaun yang lain nggak apa-apa?" Bintang mengedipkan sebelah matanya.

"NGGAK!" bantah Galaksi tegas yang langsung membuat Bintang mengerucutkan bibirnya.

Bintang beranjak dari ranjang. Perempuan itu berjalan mendekati sang suami sambil terus mengelus-elus perutnya dengan lembut. Begitu sampai di hadapan Galaksi, Bintang meraih tangan Galaksi dan menuntun tangan lelaki itu untuk ikut mengelus perutnya.

"Kamu mau anak kita nanti ileran kalau ngidamku nggak diturutin?" tanya Bintang dengan tatapan memohon. Namun Galaksi tetap saja acuh.

"Teori dari mana tuh?" ketusnya.

"Iiiih... Jadi kamu nggak tau soal itu. Nih ya, Galaksi Sayang, kalau orang ngidam nggak diturutin tuh nanti anaknya bakalan ileran."

Kali ini Galaksi tergelak sambil menarik tangannya dari genggaman sang istri. "Mitos tuh. Lo percaya aja lagi," Galaksi masih tergelak ketika jemari lentik Bintang menampar pipi suaminya.

"ADUH! Kok lo nampar gue, sih?" lelaki itu mengelus pipinya yang terasa perih.

Semenjak dinyatakan hamil, mendadak sifat Bintang berunah menjadi manja dan suka semena-mena terhadapnya. Ini bukan pertama kali dia mendapat tamparan dari sang istri. Tiap kali dia membuat istrinya jengkel, pasti tamparan, pukulan bahkan cubitan akan selalu didapatnya.

KDRT!

"Habisnya kamu bikin aku kesel. Ini kan anak kamu juga. Kita bikinnya berdua, aku nggak mungkin bikin sendiri, kan? Jadi ya kamu harus nurutin apa maunya dia."

"Kamu tau kan anaknya Mbak Maya, kakaknya Wanda? Itu dia ileran lho gara-gara waktu ngidam, Mbak Maya minta suaminya buat joget dangdut di lampu merah tapi nggak diturutin," cerita Bintang.

FALLING STAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang