“Kau Galaksi Bima Sakti kan? Pelukis asal Indonesia yang menjuarai kompetisi lukis tingkat internasional di Jepang dua tahun yang lalu?” Yossef berkomentar ketika Galaksi dan teman yang lain sedang menyantap makan siang di kantin kecil milik Paintable--termasuk Yossef. Baru seminggu bekerja di Paintable cabang El Jadida, Galaksi sudah memiliki teman-teman yang welcome kepadanya. Di ruangan itu ada Galaksi dan ketempat karyawan lain—Yossef, Simo, Kamal dan Pierre.
Tiga yang lain hanya diam menunggu jawaban Galaksi sambil menyantap makanan mereka, sementara Galaksi sendiri lumayan terkejut mendengar pertanyaan Yossef.
“Sejak awal melihatmu aku sudah mengira itu kau. Ternyata benar. Kau tau? Aku adalah salah satu penggemarmu.” Mata Yossef berbinar ketika mengucapkan itu, Galaksi sendiri tak bisa menutupi keterkejutannya.
Galaksi masih tidak bisa berkomentar apapun karena Yossef terus berceloteh mengenainya.
“Lukisanmu saat itu sangat menakjubkan. Aku juga menyukai aliran futurisme. Kau melukis betapa porak-porandanya Palestina ketika Israel menyerang namun kau menghadirkan seorang pria bersorban yang seolah datang menjadi penegak kebenaran. Menurutku itu sangat luar biasa. Kau pantas menjadi pemenang.”
Entah mengapa perasaan Galaksi menghangat ketika ada seseorang yang dengan terang-terangan memuji bakatnya. Di Indonesia, Galaksi memang seorang pelukis muda yang sudah punya nama, lelaki itu juga pernah menjuarai kompetisi lukis di Paris dan Madrid selain di Jepang. Galaksi juga pernah menggelar pameran di beberapa kota besar di Indonesia.
Tapi rasanya itu semua percuma saja ketika orang yang ingin dibuat bangga olehnya sedikitpun tak menghargai usahanya. Justru ingin menhancurkan mimpi besar Galaksi. Siapa lagi kalau bukan Tedja Lesmana dan Titan. Satu-satunya orang di dunia ini yang tersisa yang mendukung Galaksi sepunuh hati hanya Claire. Bahkan Denis pun pernah menyarankan agar Galaksi berhenti melukis dan bergabung dengan perusahaan ayahnya. Realistis saja, menjadi CEO di perusahan sebesar Lesmana Corp. lebih menghasilkan dibanding menjadi pelukis. Ah, sahabat macam apa Denis. Galaksi selalu menggeram kesal ketika mengingat ucapan Denis itu.
“Kau baik-baik saja, Galaksi?” tiba-tiba Kamal agak panik melihat wajah Galaksi yang memucat.
“Oh. Ya. aku baik-baik saja. Aku hanya agak terharu ada yang tahu tentangku dan memujiku seperti itu.” Galaksi tersenyum, namun senyum itu mengisyaratkan bahwa dia sedang terluka. Lelaki itu ingin sekali saja mendengar pujian keluar dari bibir Tedja Lesmana, orang yang sebenarnya dicintai setengah mati. Andai lelaki itu tidak mati-matian pula menghadang mimpi besar Galaksi. Tidak bisakah lelaki itu membiarkan Galaksi membuktikan dirinya bisa dibanggakan dengan caranya sendiri?
Galaksi tahu, menentang orangtua adalah hal yang tidak terpuji. Tapi dia juga tak bisa membiarkan mimpi besarnya dipatahkan oleh siapapun, meskipun oleh papanya sendiri. lelaki itu hanya ingin gila karena mimpinya dan lupa bagaimana caranya berhenti untuk berusaha. Galaksi ingin menjadi kebanggaan siapapun dengan caranya sendiri.
Andai Tedja Lesmana tahu, dia adalah alasan Galaksi mati-matian memperjuangkan mimpinya untuk menjadi pelukis besar, membuat lelaki itu bangga. Tapi nyatanya, ketika Galaksi nyaris menggenggam mimpinya, Tedja Lesmana hendak menghancurkan. Meminta Galaksi menghentikan pekerjaan yang dianggap lelaki itu bodoh.
“Apa yang kau pikirkan menjadi pelukis, Gal? Kau tahu, itu pekerjaan bodoh dan buang-buang waktu. Lebih baik kau bergabung dengan perusahaan papa. Seperti Titan, kakakmu.” Tedja Lesmana mendatangi apartemen kecil milik putra bungsunya. Lelaki itu tidak akan pernah menyerah membujuk Galaksi.
![](https://img.wattpad.com/cover/176766945-288-k286643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romance📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...