GALAKSI melepaskan ciuman pada gadis yang amat dirindukannya. Ini ketiga kalinya terhitung sejak mereka berada di Maroko. Lelaki itu tersentak ketika justru melihat air mata mempasahi pipi gadisnya.
"Gal..." suara lembut menyentuh indra pendengaran Galaksi, membuatnya menunduk agar lebih leluasa memandangi wajah gadisnya.
"Ada apa, hmmm?"
"Kenapa kamu bilang ke Mbak Claire dan papamu kalau kita pacaran? Padahal kita hanya dua orang yang baru saja saling mengenal," tutur Bintang lalu memalingkan wajah. Gadis itu sungguh tidak sanggup bertatapan dengan Galaksi.
Sebenarnya dia ingin marah, karena malam ini Galaksi menciumnya tanpa izin lagi. Tapi rasa rindu lebih menguasai dirinya. Ini gila! Dia begitu merindukan Galaksi dan bibir hangat lelaki itu mampu membuatnya terbius. Gadis itu tidak sanggup menahan gejolak dalam hatinya sehingga dia menitikan air mata.
"Kita sudah bukan remaja lagi, Sayang. Apa perlu gue nembak lo 'Bintang, mau nggak jadi pacar gue?', gue tahu kita saling menginginkan. Nggak perlu ada kalimat itu untuk membuat kita saling memiliki."
Lelaki itu menangkup wajah Bintang dan mencium kening gadis itu. Membuat Bintang memejamkan matanya.
Galaksi menyentuh dagu Bintang dan memaksa untuk menatapnya. "Katakan, Bin! Kalau lo cinta sama gue!"
Bintang memejamkan mata lagi. Gadis itu sungguh belum paham mengenai perasaannya pada Galaksi. Dia belum benar-benar sembuh dari luka yang ditoreghkan oleh Romi. Tapi bukan berarti dia belum bisa melupakan mantan calon suaminya itu. Hanya saja dia takut dikecewakan lagi.
"Aku nggak tahu, Gal."
Senyum samar terukir di bibir Galaksi. Lelaki itu menarik tubuh kecil Bintang agar lebih dekat dengannya. Tangan kanannya digunakan untuk melingkari pinggang gadis itu dan tangan yang lain digunakan untuk menyentuh pipi gadis itu.
"Apa yang membuatmu ragu, Sayang?"
"Aku membencimu."
Galaksi mengerutkan keningnya. "Kenapa?"
"Kamu pengecut. Kenapa kamu meninggalkan Mbak Shela? Seharusnya sejak awal bilang kalau nggak setuju dengan perjodohan itu. Bukan malah..."
"Gue nggak setuju sejak awal, tapi mereka semua ngotot. Bahkan mereka mempersiapkan pernikahan itu tanpa sepengetahuan gue. Papa memanfaatkan gue untuk kepentingan bisnisnya dengan orangtua Shela."
"Malam sebelum pernikahan itu, gue marah dan kecewa sama papa dan Kak Titan. Gue pergi ke kelab malam guna melampiaskan emosi gue dengan alkohol dan..."
Bintang menunggu Galaksi melanjutkan ucapannya.
"Dan gue lihat lo ada di sana. Sejak saat itu, wajah gadis yang diguyur alkohol oleh seorang lelaki mabuk itu mengganggu pikiran gue. Bahkan sampai di Maroko pun wajah itu terus membayangi gue. Hingga akhirnya gue lihat lo di restoran siang itu. Gue kira gue udah gila, membayangkan lo sejauh itu. Tapi ternyata itu nyata. Lo benar-benar ada di sana."
Bintang memutar memori ketika dia pertama kali datang ke kelab malam bersama ketiga sahabatnya dan berujung insiden dia diguyur alkohol oleh lelaki mabuk saat itu. Dia tidak sadar bahwa ada Galaksi di sana. Gadis itu tertawa dalam hati. Ini gila. Apa benar kata Fara waktu itu, bahwa siapa tahu mereka akan bertemu jodoh di kelab malam itu. Apa dia dan Galaksi salah satunya?
Sepontan Bintang memeluk Galaksi begitu erat, gadis itu melampiaskan perasaan yang tak bisa diungkapkannya. Bahwa sebenarnya dia juga menginginkan lelaki itu, untuk selalu ada di dekatnya.
Galaksi mengetahui perlakuan gadisnya, dia merespon dengan mengusap rambut gadis itu dengan lembut. Galaksi tahu, Bintang kesulitan mengungkapkan isi hatinya. Gadis itu entah terlalu pemalu atau gengsi. Yang jelas Galaksi bahagia, Bintang memiliki perasaan yang sama besar dengannya.
***
Pelukan itu berakhir dengan Galaksi yang membopong tubuh kecil Bintang ke kamarnya. Dia tidak tahu bagaimana caranya gadis itu bisa tertidur dalam pelukannya dalam posisi berdiri?
Galaksi membaringkan gadis itu di ranjangnya. Meski tidak ditempati cukup lama, seisi apartemen lelaki itu sangat bersih. Orang suruhan sahabatnya--Denis, selalu membersihkan apartemen itu secara rutin.
Wajah damai gadis itu ketika tidur benar-benar menghipnotis Galaksi, membuatnya tanpa sadar ikut naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di samping gadis itu. Tak lama kemudian Galaksi jatuh terlelap.
Sungguh, tidak ada yang bisa membuatnya lebih bahagia dibanding ini, tidur di samping gadis yang dicintainya, meski tak melakukan apapun. Bukan berarti gadis itu tak membangkitkan gairahnya sama sekali, justru sejak tadi dia menahan mati-matian. Sungguh, Bintang berbeda dengan semua wanita yang pernah ditidurinya. Gadis itu spesial, maka dia akan memperlakukannya dengan spesial juga.
Paginya, Bintang bangun dengan terkejut. Di sampingnya ada Galaksi yang tertidur. Gadis itu lega karena mereka berdua masih memakai pakaian lengkap seperti yang semalam dikenakan. Bintang juga tidak merasakan sesuatu yang aneh dari tubuhnya. Itu artinya mereka tidak melakukan yang melampaui batas.
"Hei, udah bangun? Tenang aja, kita nggak ngapa-ngapain kok, Bin."
Bintang luar biasa lega ketika mendengar Galaksi mengucapkan kalimat itu.
Satu jam setelahnya, ketika Bintang sampai di rumah, dia harus berbohong pada kedua orangtuanya bahwa dia menginap di Belle Robe karena ada pekerjaan yang urgent. Dia tidak mungkin berkata bahwa semalam menginap di apartemen lelaki bernama Galaksi meski mereka tidak melakukan apa-apa. Beruntung kedua orangtua gadis itu percaya.
Beberapa hari setelah mereka tidur berasama, dalam arti yang sesungguhnya. Galaksi rutin mengunjungi Belle Robe di jam makan siang. Mengajak kekasihnya makan siang bersama.
Kedatangan lelaki tampan bernama Galaksi selalu mengundang perhatian karyawan Belle Robe. Lelaki itu diketahui sebagai kekasih baru bos mereka.
"Beruntung banget deh Mbak Bintang itu. Pacarnya ganteng-ganteng. Setelah dikhianati Pak Romi, eh dapet Mas Galaksi yang lebih ganteng," celetuk Mia. Saat ini gadis berdarah Sunda itu sedang mengobrol dengan beberapa temannya di lorong yang menghubungkan toilet dan mushola, masih di dalam Belle Robe.
Kebiasaan mereka memang seperti itu. Menggosip di jam istirahat.
"Heem ih. Padahal Mbak Bintang nggak cantik dibanding ketiga sahabatnya," timpal Nana.
"Tapi dia baik, suka ngasih bonus lagi," Jeni ikut berkomentar sambil nyengir kuda.
"Iya tuh bener," celetuk dua orang yang lain, Santi dan Nuri.
"Ehmmm..."
Deheman seseorang yang keluar dari toilet mengejutkan kelima gadis itu.
"Lagi ngegosipin bos ya? Gue boleh ikutan nggak? Seru deh kayaknya." Setelah mengucapkan sederet kalimat menohok, orang itu pun pergi.
Seketika wajah kelima gadis itu pucat pasi. Ya Tuhan, tamat riwayat mereka. Mereka masih ingin mengais rezeki di butik ini.
"Mampus kalian!" gumam Nana sambil memandangi punggung orang tadi yang kian menjauh.
"Yeeee, lo juga, Markonah!" ujar Mia sambil menoyor kepala Nana pelan.
"Lagian lo juga sih, Mi. Pakai mancing-mancing segala. Kan mulut gue nggak bisa direm," gerutu Nana lagi.
"Kalau kita dipecat gimana? Adek gue masih kecil-kecil dan butuh biaya sekolah," keluh Jeni dramatis.
"Perasaan tadi lagi makan siang deh, berdua di ruangannya. Kok, tiba-tiba ada di sini aja sih?" Nur yang sejak tadi hanya diam kini ikut berkomentar.
"Udah deh. Mbak Bintang nggak bakal sejahat itu sama kita." Santi mencoba menenangkan keempat temannya.
"Semoga deh!" seru empat yang lain bersamaan.
Gunungkidul, 17 Mei 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/176766945-288-k286643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romance📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...