TIDAK ada yang membuat gadis itu lebih hancur dibanding ini. Ya Tuhan! Apa dosaku, bisik Bintang. Air matanya tak bisa berhenti mengalir meski Romi sudah berusaha menenangkannya.
Saat ini keduanya sedang berada di dalam pesawat untuk pulang ke Indonesia. Beberapa jam yang lalu, Rosa mengabari bahwa terjadi kebakaran di Belle Robe, akibat konsleting listrik. Tidak terjadi kerusakan yang cukup parah, hanya saja ada lumayan banyak baju, bahan dan alat yang ikut terbakar. Termasuk beberapa item pakaian yang akan digunakan untuk pagelaran.
"Bin, tenang, oke!" Romi mengusap punggung Bintang. Gadis itu menoleh sambil mengusap air matanya kasar.
"Belle Robe adalah segalanya buatku, Rom. Kamu ngerti nggak sih?" jawab Bintang dengan suara agak tinggi hingga mengundang perhatian penumpang lain.
"Aku ngerti. Tapi please, jangan nangis lagi. Tenangin diri kamu! Aku udah nyuruh orang buat beresin semuanya."
Perlahan Romi menarik Bintang ke dalam pelukannya. Gadis itu tak melawan sama sekali. Biar saja, Bintang tak peduli bahwa Romi adalah lelaki yang telah melukainya. Dia hanya butuh ketenangan saat ini.
Tak lama kemudian Bintang terlelap. Perlahan Romi mengusap rambut gadis itu. Dia menyesal telah menyakiti gadis itu.
***
Bintang terduduk lemas ketika dia dan Romi sudah sampai di depan Belle Robe yang kini terlihat sangat mengenaskan. Gedung dua lantai itu separuhnya hangus terbakar dan dipasang police line.
Tadi, mereka berdua tiba di bandara sekitar pukul tujuh malam. Gadis itu meminta Romi untuk langsung ke Belle Robe. Gadis itu ingin melihat kondisi butiknya secara langsung dan ternyata benar-benar mengejutkan.
Bintang memijat keningnya, air matanya sudah mengering. Ini lebih menyakitkan dibanding melihat Romi berkhianat di hari pernikahan mereka. Ya Tuhan!
"Bin, aku udah nyuruh orang buat renovasi dan polisi juga lagi ngusut kasus ini. Kamu tenang ya!" Romi jongkok di samping kanan gadis itu. Romi mengusap bahu Bintang lembut.
"Sekarang kita cari makan yuk! Kamu belum makan apapun sejak kemarin. Aku khawa..."
"Aku mau pulang aja, Rom."
Romi menghela nafas. "Baiklah."
Tiga puluh menit kemudian, taksi yang ditumpangi Romi dan Bintang sudah berhenti di depan rumah berpagar besi dengan cat biru muda. Di depan pintu rumah itu berdiri sepasang suami istri paruh baya. Mereka adalah Hardi dan Maryam--orangtua Bintang.
Bintang segera turun dan berlari ke arah orangtuanya. Bintang memeluk mereka begitu erat sembari menangis. Tak jauh dari sana, Romi memperhatikan adegan itu, lelaki itu masih agak canggung bertemu dengan orangtua Bintang setelah dia menghancurkan hati putri semata wayang mereka.
"Yah, Bun, maafin Bintang. Mungkin ini karena Bintang kualat sana ayah dan bunda, Bintang kabur dari rumah, jadinya Belle Robe yang kena imbasnya." Isak tangis gadis itu semakin kencang.
"Sssstttt... Jangan bilang gitu, Sayang. Kamu baik-baik aja kami seneng banget." Maryam mengusap rambut putrinya penuh sayang.
"Kita masuk, hmmm? Bunda tahu kamu lelah. Bunda sudah siapkan makan malam untukku."
Maryam menuntun putrinya masuk ke dalam. Sementara itu, Hadri menatap tajam Romi yang masih berdiri di samping taksi. Lelaki ini yang menjadi biangnya masalah.
"Terima kasih sudah mengantar putri saya, ujar Hardi datar. Lelaki paruh baya itu pun bergegas masuk dan menutup pintu, tanpa menawari Romi untuk mampir terlebih dahulu, untuk sekedar meminum teh sebagai tanda terima kasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/176766945-288-k286643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romance📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...