OH Tuhan, Bintang mengumpat dalam hati. Dia ingin marah kepada tiga sahabatnya, tapi percuma saja. Gadis itu sudah terlanjur diseret ke tempat terkutuk ini. Ini kali pertama mereka datang ke kelab. Kata Fara, dia dapat undangan ulangtahun dari salah satu kawannya saat di Australia dulu.
“Far, lo nggak salah ngajak cari jodoh di sini?” omel Rere usai mereka menyerahkan KTP pada petugas kelab yang berjaga di lobi.
“Ya elaaaah, kan gue udah bilang kalau ada undangan ultah dari temen gue. Ya kalau misal nanti kita dapet jodoh di sini ya, why not?” Fara berjalan lebih cepat, memimpin di depan ketiga sahabatnya.
“Ogah ah gue. Masa dapat jodoh di tempat beginian. Pasti di sini cowoknya bangke semua,” Rere membersamai Fara, sementara di belakang mereka ada Bintang dan Wanda yang memilih tak bersuara. Keduanya hanya mematuhi ajakan Fara tanpa protes. Meski hati Bintang memberontak.
“Lo suuzan deh, kali aja kan ada cowok baik dan alim di sini.” Fara berhenti dan menatap Rere sambil menoyor pelan kepala Rere. Membuat gadis berpotomgan bob itu kembali mendengus.
“Ngawur lo! Mana ada cowok alim datang ke kelab.”
“Adalah, Re. Kalau cowok alim lagi khilaf. Hahaha.” Fara tertawa kemudian berjalan lagi, membuat Rere terlihat kesal. Selalu saja ada perdebatan kecil di antara keduanya.
***
“Aduh tempat terkutuk apaan sih ini? Alergi deh gue,” gerutu Rere sambil batuk-batuk karena mencium bau alkohol yang menyengat ditambah dengan asap rokok dimana-mana. Sementara itu, musik EDM berdentum dengan keras, membuat Rere menutup telinganya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menutupi mulutnya yang terus berbatuk.
“Balik yuk!” Wanda mengguncang-guncang kecil bahu kedua sahabatnya—Rere dan Bintang. “Mas Ardan udah telpun terus nih. Aku takut ketahuan kalau lagi di kelab. Bisa dipecat jadi tunangan aku nanti,” takut Wanda sambil menatap layar ponselnya, sejak tadi memang sang tunangan terus menghubunginya.
“Kita di sini cuma nemenin si Fara reunian sama gengnya yang dari Aussie, tuh lihat!” kesal Rere sembari menunjuk Fara dan teman-temannya yang sedang ketawa-ketiwi di sebuah sofa yang berada di pojok ruangan.
“Ah, tahu gitu gue ikutan mama pengajian di kompleks deh. Kan bisa ketemu Mas Yusuf di sana.”
Wanda menoyor pundak Rere, “Yeeee, kamu pengajian cuma pengen ketemu cowok doang?”
“Seenggaknya kan gue nyari jodoh di tempat yang baik. Nah kalau di sini?”
Sedangkan Bintang hanya fokus pada layar ponselnya dengan kening berkerut. Sejak tadi dia sibuk meladeni beberapa pelanggannya yang komplain. Padahal ini sudah larut malam, tapi para pelanggan terus menerornya bagai tentara Israel yang hendak memporak-porandakan bangsa Palestina. Benar-benar kacau, bahkan ada lima items produknya yang bermasalah. Dari mulai salah model hingga ada ujung lengan yang belum terjahit. Sial! Akhir-akhir ini Bintang terus mendapat komplain seperti ini. Kupingnya sudah panas oleh omelan para pelanggan, tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi risikonya sebagai penjahit.
“Huaaaaaaaaah.....” Bintang berteriak frustasi sambil merentangkan kedua tangannya.
PYUR!
“What the...”
Sontak Bintang menoleh ke kanan. Ada seorang lelaki yang wajahnya terguyur wine karena ulah Bintang. Gadis itu mengigit bibir bawahnya ketakutan, pasalnya lelaki itu mengintimidasinya dengan tatapan membunuh. Kemudian Bintang turun dari kursi tinggi itu dan menangkupkan tangan di depan dadanya, mencoba minta maaf. Tapi lelaki itu tetap saja menatap Bintang tajam, seperti ingin memakan gadis itu hidup-hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romance📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...