“AKU nggak nyangka ternyata kamu pinter ngelukis,” komentar Bintang ketika Galaksi baru saja menyelesaikan sebuah lukisan gadis itu berlatar pemandangan Pantai Sidi Bouzid. Mereka benar-benar menepati janji untuk pergi ke pantai itu keesokan harinya. Gadis itu tersenyum ceria mengamati hasil lukisan Galaksi.
“Seharusnya kita nggak ke sini sekarang. Pantai ini kan terkenal dengan matahari terbenamnya yang indah.” Pandangan Galaksi tertuju ke depan, memandang air laut yang damai, ombaknya tak terlalu besar, membuat hati lelaki itu ikut tenteram.
Saat ini mereka sedang duduk di bibir pantai. Pasir putihnya yang lembut, semakin membuat lelaki itu merasa sedang berada di salah satu surga milik Tuhan. Apalagi pantai itu tidak terlalu ramai. Galaksi tidak terlalu menyukai keraiaman.
Keramaian? Kelab? Ah iya, Galaksi hanya menyukai keramain di kelab malam. Keramaian yang dia rasa tidak mengganggunya. Galaksi merindukan kelab malam dan White Russian Coktail buatan Bastian. Andai tidak ada perjodohan gila itu, dia tak akan mengasingkan diri seperti ini sekarang.
“Apa masih sakit?”
Galaksi menoleh ke samping ketika mendengar pertanyaan itu, dia mendapati Bintang sedang menatapnya. Mata bulat indah milik gadis itu kini meredup, tak seceria tadi ketika melihat hasil lukisan Galaksi. Apa gadis itu mengkhawatirkan Galaksi?
“Udah nggak sih. Sepupu lo emang gila,” kata Galaksi sembari tertawa.
Lelaki itu merasa lega semalam, usai Mario menghajarnya secara tiba-tiba, Bintang datang bersama Mario untuk meminta maaf atas kesalah-pahaman yang terjadi dan menjelaskan hubungan mereka yang sebenarnya. Ternyata mereka hanya saudara sepupu. Hal itu membuat hati Galaksi bersorak bahagia, walau bibirnya masih sakit. Pukulan Mario tidak bisa diremehkan. Mungkin lelaki itu menguasai ilmu bela diri dengan baik.
Galaksi benar-benar merasakan beban di punggungnya seolah lenyap ketika mengetahui hubungan Bintang dan Mario yang sebenarnya. Meski Mario nyaris tak menunjukkan rasa suka padanya, bagi Galaksi itu bukan masalah besar.
“Maaf ya. Kak Mario memang terlalu protektif sama aku. Dia nggak mau kalau aku di...” gadis itu membungkam mulutnya dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang lukisan yang dibuat Galaksi tadi. Dia nyaris membongkar aibnya sendiri. Ah ya, menurut gadis itu, Romi dan kisah cintanya yang berantakan adalah sebuah aib.
“Di apa?”
“Kamu taulah, gimana seorang kakak kalau tau adik perempuannya deket sama cowok asing. Aku sama dia udah seperti saudara kandung, karena kita sama-sama anak tunggal.”
“Tapi gue kan nggak mau jahat sama lo.”
“Aku tau kamu orang baik. Tapi, Kak Mario emang gitu orangnya.”
Galaksi diam, dia tahu bagaimana rasanya memiliki saudara perempuan, karena dia punya Claire. Tapi selama ini Galaksi tak peduli Claire mau dekat dengan siapapun, gadis itu bisa menjaga dirinya sendiri. Claire gadis yang tangguh dan mandiri. Selama ini gadis itu tak pernah memiliki masalah serius dengan lawan jenis.
Galaksi jadi berpikir, apakah di sana Claire baik-baik saja? Apa ada lelaki yang berusaha menggodanya? Oh sial, kenapa hal itu tak pernah terpikir olehnya. Claire di sana sendirian dan jauh dari keluarga. Bahkan menanyakan kabar pada kakak perempuannya itu pun jarang. Tiba-tiba dia merasa menjadi saudara laki-laki yang tak bertanggungjawab. Apa setelah ini dia harus menghubungi Claire? Tapi Galaksi tak ingin siapapun tahu keberadaannya, termasuk Claire.
“Gal, kamu baik-baik aja?” tanya Bintang ketika mendapati wajah Galaksi berubah gelisah.
“Gue nggak apa-apa kok,” jawabnya cepat. Bintang mengangguk, gadis itu tak terlalu mempedulikan perubahan sikap Galaksi. Dia hanya tidak ingin Galaksi menganggapnya sebagai gadis membosankan yang selalu ingin tahu masalah orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING STAR (Completed)
Romance📌 Cover made with Canva [Completed] Bintang Tavisha sejak dulu tidak pernah membiarkan hatinya jatuh pada lelaki lain. Baginya, Romi adalah lelaki yang pantas ia cintai. Meski perangai lelaki itu tak cukup baik di mata publik. Semua menjadi nyata k...