⭐WEDDING GOWN ⭐

328 38 2
                                    

"OGAH gue, Kak." sentak Galaksi. Lelaki itu mulai risih karena kakak perempuannya sejak tadi terus merengek minta ditemani fitting gaun pengantin. Sementara Galaksi sendiri lelah, dua hari dua malam dia tidak tidur karena menunggu papanya yang dirawat di rumah sakit.

Semenjak papanya sakit, Galaksi memilih tinggal di rumah papanya.

Alasan Galaksi pulang mendadak waktu itu karena dia membaca email dari Denis bahwa papanya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Lalu kini, sudah hampir dua minggu, keadaan Tedja Lesaman belum juga membaik. Claire terpaksa mengambil cuti kuliah demi menunggui papanya. Begitu juga Titan, anak suluh Tedja Lesmana itu meninggalkan pekerjaannya di Surabaya juga demi ayahnya. Tintan, Claire dan Galaksi secara bergantian menunggui papanya di rumah sakit. Sekarang giliran Titan.

"Please!" Claire terus memohon dengan puppy eyes andalannya.

"Yang mau kawin kan kalian berdua. Kenapa gue? Gue capek tau nggak, ngantuk!" Galaksi menutup wajahnya dengan batal sofa, lelaki itu sedang berbaring di sofa ruang tamu rumah papanya.

"Satu setengah jam lagi pesawat gue berangkat. Ada perjalanan bisnis ke Bali," celetuk Ikbal--calon suami Claire.

Galaksi dan Ikbal baru saling kenal beberapa hari ini. Itu pun karena Ikbal tiba-tiba datang ke rumah sakit dan melamar Claire pada Tedja Lesmana. Galaksi tak tahu sejak kapan Claire dan Ikbal menjalin hubungan, yang jelas keduanya terlihat saling mecintai.

Yang Galaksi tahu, Ikbal adalah pengusaha sukses seperti papanya dan Titan. Pantas saja ayahnya langsung menerima lamaran lelaki itu. Dan sekarang Ikbal sudah terlihat rapi dengan kemeja linen berwarna abu-abu dan celana jeans. Ransel hitam sudah bertengger di bahunya.

"Ya fitting-nya kalau lo udah balik aja. Gampang, kan?" gumam Galaksi kurang jelas karena wajahnya terututup bantal.

"Mepet banget waktunya dong. Pernikahan kami sebulan lagi. Ayolah, Gal!" Claire masih tak menyerah. Membujuk Galaksi bukan hal yang mudah.

"Lagian kan postur tubuh lo sama Mas Ikbal sama persis. Jadi sama ajalah."

Galaksi menggeram. Dia benar-benar lelah, mengantuk dan butuh istirahat.

"Tolonglah, Gal. Ini demi papa kalian juga. Papa Tedja minta kami segera menikah."

Galaksi merubah posisi menjadi tengkurap, menutup kedua telinganya dengan bantal.

"Padahal hari ini Belle Robe buka setengah hari doang," gumam Claire.

"Apa lo bilang, Kak?" Spontan Galaksi terbangun dari tidur ayamnya, melempar bantal yang tadi digunakan untuk menutup telinga. Kini lelaki itu duduk menghadap Claire.

"Tutup setengah hari," jawab Claire.

"Nggak. Tadi nama butiknya apaan?" desak Galaksi.

"Belle Robe."

"Oke! Gue mau temenin lo, Kak. Bentar, gue mandi dulu." Tanpa menunggu respon Claire, Galaksi berlari menaiki tangga, menuju kamar pribadinya di rumah ini.

Ikbal menatap Claire tak mengerti dengan sikap aneh Galaksi, Claire hanya mengedikkan bahu.

"Ya udah deh. Aku berangkat ya, Cla." Ikbal memeluk calon istrinya dan mencium pucuk kepala wanita itu singkat.

"Hati-hati, Mas."

Lima belas menit kemudian Galaksi selesai. Lelaki itu tampak lebih segar dan rapi. Galaksi memakai kaos polo berwarna putih dan celana jeans hitam. Rambut gondrongnya diikat satu.

"Yuk!"

Claire masih bingung dengan sikap adikknya. Meski begitu, wanita itu bergegas menyambar tas tangannya mengukuti Galaksi yang sudah lebih dulu keluar.

***

Di sinilah Galaksi sekarang. Di sebuah butik bernama Belle Robe. Seorang gadis berdiri di hadapannya. Gadis yang sangat dirindukannya. Galaksi pikir gadis itu masih di Maroko, tapi ternyata dugaannya salah.

"Maaf. Ada yang bisa saya bantu?" suara lembut gadis itu menyadarkan Galaksi. Kini gadis itu menata Claire, setelah beberapa detik menatapnya. Anehnya, gadis itu bersikap seolah tak mengenal Galaksi.

"Saya Claire. Um, saya dapat rekomendasi dari teman tentang butik ini. Kami ingin membuat baju pengantin."

Pupil mata Bintang membesar. Dia rasa, dia tidak salah melihat. Lelaki ini adalah Galaksi yang ditemuinya di Maroko, lelaki yang mencuri ciuman pertamanya, lelaki yang mengaku menyukainya namun tiba-tiba menghilang. Oh, jadi ini alasan penting yang harus diurusnya. Pernikahan!

Bintang menarik nafas dan membuangnya perlahan, menghilangkan nyeri di dadanya. Dia dibuat kecewa lagi.

"Ooh... Mari!" gadis itu mengarahkan tamunya untuk duduk di sofa berwarna maroon di sudut ruangan.

"Silakan duduk!"

"Terima kasih," sahut Claire. Sementara Galaksi diam.

"Ingin gaun yang seperti apa, Mbak? Tapi maaf, nggak ada gaun ataupun jas yang ready. Kita harus buat baru. Soalnya kami habis dapat musibah, butik kebakaran dan koleksi kami sebagian besar ikut terbakar."

"Oh ya Tuhan! Saya turut prihatin, Mbak." Dengan tulus Claire mengucapan itu, sedangkan Galaksi terbelalak kaget.

Bintang tersenyum simpul.

Setelah hampir satu jam berdiskusi, Claire memilih model ballgown berwarna putih tulang. Berbahan brokat dipadukan dengan tile. Claire memang menginginkan model yang sederhana, karena gadis itu mengutamakan kesakralan acara pernikahan. Sedangkan mempelai prianya memakai tuxedo berwarna hitam.

"Kalau gitu kita ukur sekarang aja, Mbak." Bintang mengajak Claire dan Galaksi untuk masuk ke ruangannya.

Bintang pun menguruk tubuh Claire dan Galaksi dengan dibantu Rosa. Rosa bertugas mencatat di organizer milik Bintang. Setelah selesai mengukur Claire, kini giliran Galaksi.

Bintang menatap lelaki itu, pandangan mereka bertemu. Jantung Bintang berdebar lebih kencang dibanding sebelumnya. Meski begitu, dia harus bersikap profesional.

"Apa kabar, Bintang?" bisik Galaksi ketika tangan Bintang melingkari tubuh lelaki itu, mengukur lingkar dada lelaki itu.

Bintang terdiam, gadis itu mendongak menatap wajah Galaksi. Dia tersenyum tipis.

"Kayak yang kamu lihat. Aku baik kok," balas Bintang sambil lalu.

"Maaf, waktu itu gue nggak bilang kalau gue pul..."

"Selamat, Gal. Semoga kalian jadi keluarga yang bahagia."

Galaksi terkejut mendengar ucapan gadis di depannya. Lelaki itu menahan tawa. Jadi, Bintang sangka, dia dan Claire adalah sepasang kekasih yang akan menikah. Ya Tuhan! Ini akan menjadi hal yang menyenangkan. Galaksi akan menjahili Bintang. Gadis itu terlihat sangat kecewa. Matanya tidak bisa berbohong dan Galaksi paham itu.

"Hai Bintang, Sila bilang kamu lagi di ruangan. Aku langsung aja kesin... GALAKSI!"

Tiga pasang mata di ruangan itu tertuju pada satu titik di pintu masuk ruangan Bintang. Seorang gadis berdiri di sana dengan tatapan tajam mengarah pada Galaksi. Galaksi sendiri juga terkejut dengan kedatangan gadis itu. Sementara Claire dan Bintang menatap tak mengerti.

"Mbak kenal?" tanya Bintang akhirnya pada gadis itu.

Mata gadis itu kian mengobarkan amarah. Kedua tangannya pun terkepal di sisi tubuh rampingnya. Rahang gadis itu pun terlihat mengeras dan wajahnya memerah karena amarah yang siap meledak.

"Asal kamu tahu, Bin. Dia lelaki berengsek yang kabur di hari pernikahanku," jawab Gadis itu kemudian berjalan cepat menghampiri Galaksi. Lantas menampar wajah tampan lelaki itu sekuat yang dia bisa.

Gunungkidul, 12 Mei 2019

FALLING STAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang