Kebahagiaan Ke-Enam

12 3 0
                                    

"Sesayang apa kamu sama Keisha?" tanya Bella.

Fian tersentak mendengar pertanyaan random yang dilontarkan oleh Bella.

"Aku nggak tahu," jawab Fian sambil mengedikan bahunya. "Yang aku tahu, aku nggak pengin kehilangan dia lagi."

Bella mengernyit dengan pilihan kata yang Fian gunakan. "Lagi?" tanyanya.

Fian mengangguk. "Kami pernah berpisah," jawabnya dengan mata menerawang langit malam yang membentang di atas mereka. "Karena perselingkuhan orangtua kami. Pria yang pernah aku anggap sebagai ayah kandungku selingkuh dengan mamanya Keisha. Ayah pergi ninggalin bunda. Ayah juga pergi bawa Bagas. Mereka pergi tanpa mengucapkan salam."

Bella menelan salivanya yang sekarang terasa pahit. Sekarang ia mengerti kenapa mata gelap itu selalu terlihat sayu. Kenapa mata pria itu selalu terlihat menerawang. Dan kenapa ia selalu menemukan pria itu sedang melamun di kelasnya. Ada luka kehancuran yang selama ini ia pendam, dan Bella semakin tak tega jika ia harus memberitahu bahwa Keisha hanyalah teman khayalan bagi pria itu.

Fian menoleh untuk menatap Bella, matanya terlihat sangat teduh terlebih di bawah sinar bulan yang sedang meredup karena mulai tertutupi awan hitam. "Terima takdir kamu, Bel, setidaknya kamu dilahirkan dengan cara yang diberkati oleh Tuhanmu, nggak kayak aku," ucap Fian kembali menerawang langit malam, kemudian mengumbar senyum hambar.

"Fian...." gumam Bella.

Fian menoleh dan mendapati mata nanar Bella yang tengah menatapnya. Fian membalas tatapan nanar itu dengan senyum manisnya, kemudian mengacak rambut Bella. "Aku senang ternyata kamu adik perempuanku."

Mata Bella mulai berair, Fian menaruh kepala gadis itu di pundaknya. Tak apa, ia membiarkan malam ini menjadi malam penuh luka untuk adiknya, setelah matahari terbit di esok hari ia akan pastikan senyum cantik telah melengkung sempurna di wajah manis adiknya.

Fian menepuk-nepuk lembut kepala adiknya. "Nggak papa, kamu boleh nangis semalaman ini, aku temani. Tapi besok kamu harus bisa lebih baik dari sekarang."

🌗

Putri Aulia Fauziah

17 April 2020

Sebuah Batas HalusinasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang