Ketakutan Ke-Tiga

20 5 20
                                    

"Temani aku ke perpus, yok!" ajak Keisha di jam istirahat. Ia mengulurkan tangan kepada Fian.

Fian tersenyum lalu menerima uluran tangan Keisha.

Suasana perpustakaan sedang sangat ramai, ada segerombolan murid yang mengobrol dengan suara sangat keras.

"Berisik amat, ya!" gerutu Keisha dengan murutnya yang sudah mengerucut.

Fian tersenyum gemas melihat wajah geram Keisha. Ia mengambil sebuah headset dari kantong celananya, lalu memasangkan satu headset di telinga kanan Keisha, dengan headset yang lain tertancap di telinga kirinya.

Baby I'm falling head over heels

Looking for ways to let you know just how I feel

Lagu berjudul It's You itu mengalun tenang di telinga keduanya, Keisha yang ikut bersenandung, dan Fian yang menatapi wajah Keisha dengan sangat tenang.

I'm falling too fast, deeply in love

Finding the magic in the colors of you

Fian selalu membawa headset ke mana pun. Dunia terlalu berisik untuk orang yang tinggal terlelap dalam kesunyian seperti Fian.

You're the right time at the right moment

You're the sunlight

Keeps my heart going know when I'm with you

Can't keep myself from falling

Right time at the right moment, it's you.

Fian menyentuh tangan Keisha agar gadis itu menatapnya. "Minta kertas."

Volume lagu itu memang tidak full. Fian kasihan dengan telinga Keisha kalau lagunya diputar dengan volume yang full.

Keisha merobek kertas pada pertengahan bukunya, kemudian memberikannya pada Fian. Biasanya Fian selalu membawa buku setiap kali datang ke perpustakaan, tapi kali ini tak sempat, karena Keisha mengajaknya dengan tiba-tiba. Jadi, dia hanya membutuhkan kertas. Cukup kertas. Karena pena selalu ada di saku seragamnya.

Ketika dunia terasa ramai, aku mencarimu

Kamu bukan keheningan, pun bukan kesunyian

Kamu adalah ketenangan, tempat dunia sunyiku bernaung

Keceriaanmu bagai mentari yang menghangatkan jiwa

Tawamu bagai irama yang bersenandung ria

Puan, izinkan aku bersemayanm dalam keramaian duniamu.

Fian menyelipkan puisi yang ia tulis di dalam buku cetak yang akan Keisha pinjam. Lalu kembali memandangi sahabat kecilnya yang sekarang sudah menjelma menjadi gadis cantik yang ia cintai.

🌓

Fian sudah kembali ke kelasnya karena bel masuk sudah berkumandang, Fian sedang membaca buku yang tadi sempat ia pinjam di perpustakaan. Guru belum memasuki ruang kelasnya sehingga keadaan kelas masih sangat bising, jadi Fian menancapkan headset di telinganya untuk mengusir semua kebisingan itu.

Bella membalik badannya, ia memandangi Fian yang kian lama kian jauh darinya. "Fian?" panggil Bella. Dan tentu, suara Bella akan kalah dengan kebisingan kelas serta musik yang berputar di speaker headset Fian

Bella menghela napas berat, ia menggoyangkan lengan Fian agar pria itu tersadar dengan panggilannya. "Fian!" panggilnya lagi.

Fian tersadar, lalu ia medongakan wajahnya sambil melepaskan headset dari telinganya. "Kenapa, Bel?"

Sebuah Batas HalusinasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang