Bab 22: Perpisahan dengan Putri Kerajaan

532 36 0
                                    


Reno terkejut melihat semua yang dihadapannya menghilang, bagaikan halusinasi, saat ini Reno berdiri disebuah tanah kosong.

Bangunan aneh dan unik itu hilang begitu saja.

Reno kembali sadar, Ia kemudian berjalan meninggalkan kota, kembali kedalam istana. Didalam ruangan kamarnya ia menemukan secarik kertas bertuliskan:

"Ren, temui aku ditaman bunga kerajaan malam ini – Sri Adista "

Melihat tulisan dalam secarik kertas itu, Reno tersenyum lalu melipatnya dengan hati - hati kemudian menaruhnya kedalam kantung macan.

#Taman Bunga kerajaan

Reno berjalan ditengah rembulan yang terang menyinari kegelapan.

Suara kumbang malam terdengar ditengah hutan kerajaan yang saling bersautan dengan suara burung hantu membuat suasana disekitar taman bunga ini tampak menenangkan.

Walau malam, taman bunga ini tetap terlihat menawan, pencahayaan obor – obor api disekitar taman bunga membuat siapapun yang melihat taman bunga ini akan langsung terpesona.

Tampak seorang gadis mengenakan gaun hijau bernuansa elegan duduk diantara air mancur.

Didekat air mancur ada sebongkah batu besar.

Batu ini sengaja dibuat rata, sehingga siapapun yang datang untuk menikmati pemandangan taman bunga dapat duduk diatas pondasi batu ini.

Gadis cantik itu berdiri sendiri menghadap air mancur.

Reno yang baru saja datang tampak tersenyum melihat pandangan dihadapannya, terkesima dengan keanggunan gadis bernama Adista yang saat ini berdiri membelakangi sang pemuda.

Adista nampak mempesona walaupun tampak dari belakang, tubuhnya langsing, kulitnya yang putih terpancar sangat indah membuat siapapun yang melihat bentuk tubuh adista akan bergetar.

"Sri Adista" Reno memanggil pelan.

Keadaan disekitar taman bunga cukup sepi, hanya Reno dan Adista yang saat ini tampak mengisi keindahan taman bunga.

Mendengar panggilan suara menyebut namanya, entah mengapa, seluruh tubuh Adista tiba - tiba saja bergetar, jantungnya berdegup keras.

"Badum, badum, badum, badum"

Suara detak jantung yang berdegup cepat terdengar jelas ditelinga Adis.

Entah mengapa, Adis sendiri tidak tahu, pertemuan dirinya dengan Reno kali ini membuat seluruh tubuhnya gemetar dan lemas.

Gugup, ya Adis saat ini gugup, tangannya sangat dingin, seluruh tubuhnya tidak bisa menahan diri dari kegugupan.

Adista dengan kuat hati membalikan badannya kearah datangnya suara.

Reno sontak terkesima ketika Adis menunjukan mukanya.

Malam ini, Adis sungguh mempesona.

Adis langsung menunduk malu ketika matanya bertatapan dengan mata pemuda dihadapannya. Mukanya mulai memerah, tubuhnya panas.

"Ada apa denganku? Adis, adis, tolong sadar, sadar, sighhhhhhhhhhh" Adis bergumam dalam hati.

"Reno...................................................." Sambil menunduk, Adis tetap berusaha membalas panggilan Reno.

Reno yang masih terkesima dengan kecantikan Adis sadar bahwa selama dua bulan tidak berjumpa dengan Adis wajah gadis polos dihadapannya semakin cantik saja.

"Tidak melihat wajahmu dari dekat selama dua bulan, kamu tampak semakin cantik saja Adis" Reno menggoda.

Mendengar godaan Reno, Adista hanya bisa menunduk malu, bibirnya yang mungil mulai ia gigit, gugup, wajahnya tampak kembali memerah.

Adista tampak sedang memegang gelang kulit berwarna coklat.

Gelang itu ia genggam dengan kedua tangannya.

Tidak lama kemudian Adista membuka genggaman tangannya lalu menyodorkan gelang kulit itu kehadapan Reno "Reno, ini, gelang untukmu"

"Adis............................................" Reno kemudian melihat gelang pemberian Adis yang masih berada ditangan Adista.

"Aku buat gelang ini khusus untukmu" Adis berbicara lembut kepada Reno.

"Gelang kenangan, supaya kamu ingat aku"

Reno tersenyum dengan ucapan Adis yang sangat polos itu.

"Mudah – mudahan gelang ini bisa membawa keajaiban" Ucap Adis sambil menatap wajah Reno dengan terkesima.

Adis kemudian melanjutkan "Semoga gelang ini bisa terus menjagamu dan selalu mengingatkan Reno kepada.................................."

Reno terdiam lalu bertanya "Mengingatkan apa Adis?"

"Mengingatkan...................ada seorang putri menunggu kedatanganmu kembali, aku akan selalu menunggumu untuk kembali" Adis kembali menunduk.

Reno tersenyum mendengar ucapan Adis, kemudian berjalan mendekatinya, mengambil gelang yang disodorkan Adis.

Perlahan jalan mendekati Adista, semakin dekat, jaraknya hampir satu meter berhadapan dengan gadis cantik dihadapannya.

Semakin Reno mendekati posisi Adista, semerbak wangi "vanila" tercium merona dari seluruh tubuh gadis ini.

Reno lemas, tubuhnya bergetar, hampir kehilangan kesadaran diri ketika pekat bau "vanila" mengalir kedalam pernafasannya.

Bau minyak wangi yang khas dari tubuh Adis mengalir bertaburan disekitar penciuman Reno membuat setiap lelaki yang mencium bau ini akan tergoda dan terpesona.

Reno buru - buru kembali kedalam kesadarannya karena tidak mau jatuh dalam lamunan wangi yang terpancar dari tubuh Adis.

Reno kemudian menghampiri Adista untuk mengambil gelang coklat dari tangannya.

Ketika tangan Adis dan Reno bersentuhan saat itu pula kedua detak jantung mereka berdegup semakin cepat.

"Badum, badum, badum, badum, badum"

Adista, gadis polos dan murni itu belum pernah dekat dengan pria manapun, apalagi ketika kulit tangan Reno bersentuhan dengan kulit tangan Adista membuat sang gadis lemas.

Jantungnya berdebar, tubuhnya hangat merasakan kenyamanan.

Ada keinginan untuk berserah diri kepada Reno seketika itu juga. Namun begitu, Sri Adista menahan gejolak yang ada pada dirinya.

"Terima kasih Adista, gelang ini akan aku pakai dan jaga" Ucap Reno dengan lembut.

Mendengar ucapan Reno, Adis tersenyum lalu membalikan badannya kemudian pergi berjalan meninggalkan sang pemuda.

Dalam perjalanan meninggalkan Reno, tetesan air mata sang gadis tampak kembali mengalir secara perlahan dari mata Adista.

 Apabila Para pembaca yang sangat budiman menyukai cerita ini, mohon sekiranya dapat membantu memberikan nilai "bintang" serta menyebar "share" tulisan ini atau membeli tulisan asli penulis di "playstore"/ "Google Books"/ "Play Book" dengan keyword "Tanah Astral" untuk mendukung Penulis agar terus semangat menulis dan melanjutkan tulisan - tulisannya kedepan.      

Tanah Astral Awal Mula SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang