Bab 15: Kekhawatiran Sri Adista

562 35 1
                                    


"Baginda Raja, bisakah hamba memberikan jawaban besok? Karena hamba harus memikirkannya terlebih dahulu" Reno kemudian lepas dari lamunannya dan menjawab.

"Hahahaha...tentu saja boleh, lagipula masih ada waktu kurang lebih 2 bulan hingga kompetisi dimulai" Jawab sang Raja sambil tertawa.

Pertemuan diruang kerajaan akhirnya selesai, setiap orang yang ada diruangan Raja kembali ketempat masing - masing.

Reno sendiri keluar Bersama Sri Adista tanpa keempat gadis yang sebelumnya menemani Adis sudah tidak ada sejak adis masuk kedalam ruangan raja.

#Ruangan Patih Hamangkubhumi

Senja berakhir berganti dengan malam, rembulan tampak bersinar terang diatas langit yang dipenuhi bintang. Suara burung hantu dan gagak disekitar hutan sayup - sayup terdengar saling bersautan.

Terdapat dua sosok pria sedang berbicara didalam ruangan patih hamangkubhumi malam itu. Salah satu dari kedua pria yang saat ini sedang berbicara nampak bersembunyi dibalik kegelapan malam.

"Jika Reno memutuskan untuk ikut dalam kompetisi, maka kamu akan aku kirim juga sebagai salah satu perwakilan dari kerajaan" Patih Hamangkubhumi berbicara dengan pemuda misterius yang berlutut dan menunduk mengenakan jubah serba hitam dihadapannya.

"Siap tuan Patih" jawab orang misterius itu.

"Pastikan kau bunuh dia secara diam – diam"

"Dan pastikan juga semua tampak bersih" Patih Hamangkubhumi berbicara dengan nada kesal.

"Terima lah ini" Patih Adira kemudian menyerahkan sebuah kantung hitam kepada pria misterius dihadapannya.

"Kau bunuh dia dengan racun ini, pastikan kau masukan kedalam secangkir kopi karena racun ini tidak akan memiliki bau dan rasa ketika bercampur dengan kopi" Ucap Patih Adira.

"Perintah Patih siap hamba laksanakan" Sekelebat bayangan hitam kemudian keluar dari jendela meninggalkan ruangan Patih Hamangkubhumi

#Sesampainya Tuan Putri Adista didepan kamar Reno.

"Tuan Muda Reno..................." Adis memanggil Reno dengan penuh kelembutan. Muka sang gadis menunduk, tidak berani menatap Reno.

"Adista panggilah aku tanpa embel – embel "tuan muda" karena agak aneh dengarnya, lagi pula tidak adil untuk ku karena kamu juga melarang aku memanggil dirimu dengan gelar tuan putri" Reno agak risih mendengar istilah tuan muda yang keluar dari mulut Adis dan meminta sang gadis untuk memanggilnya tanpa gelar tuan muda didepan namanya.

Adis kembali menunduk malu karena ucapan Reno sontak membuatnya gembira bukan main.

Adis gembira karena permintaan Reno itu membuat posisi sang gadis tampak semakin dekat dengan Reno.

"Ren..............................." Adis mulai belajar untuk terbiasa memanggil Reno tanpa embel – embel tuan muda.

Reno kemudian menatap gadis cantik dihadapannya yang masih menunduk malu menatap kebawah.

Tangan sang gadis tampak mengepal, gugup, Adis tampak gugup, seperti ingin mengutarakan sesuatu kepada Reno.

"Ren.......apakah kau akan ikut dalam kompetisi Bhayangkara?"

Reno terdiam mendengar pertanyaan Adis.

Sang pria kemudian menunduk dan berpikir lalu menjawab pertanyaan Adis "Jika aku memutuskan untuk ikut dalam kompetisi Bhayangkara lalu apa tanggapanmu?"

Raut wajah Adis tiba – tiba berubah menjadi sedih, ada aura kekhawatiran terpancar dari muka gadis cantik dihadapan Reno.

Adis sendiri berharap pemuda dihadapannya menolak ajakan sang ayah untuk ikut dalam kompetisi tersebut.

"Ren................apapun keputusanmu, aku pasti mendukungnya, hanya saja...." Suara Adis mulai gugup dan resah. Nada bicaranya mulai terbata – bata seperti menahan tangis.

"Hanya saja apa Adis?" Ren mulai bingung dengan nada bicara Adis, mata bulat gadis cantik dihadapannya itu tampak mulai berkaca – kaca menahan air mata yang hendak keluar.

Adis kemudian menarik nafas panjang lalu mulai berusaha menguatkan diri untuk berbicara.

"Kerajaan Paragon memang tidak pernah absen untuk mengirimkan perwakilannya dalam event 10 tahunan dibenua Bhayangkara"

"Aku sendiri selalu mengikuti perkembangan acara 10 tahunan itu melalui layar kaca diruangan kerajaan bersama ayah, bunda dan para petinggi kerajaan."

"Namun begitu, aku tidak pernah suka dengan acara itu, kompetisi yang sadis, penuh dengan tumpah darah dan kekerasan, Aku tidak pernah menyaksikan acara itu dengan serius karena memang pada dasarnya aku tidak begitu suka dengan adegan bunuh membunuh yang dipertontonkan secara langsung keseluruh tanah astral"

"Setiap event 10 tahunan itu diselenggarakan, perwakilan kerajaan kami selalu terbunuh dibabak kualifikasi, baru dievent kemarin, kerajaan Paragon berhasil menembus babak semi final namun kembali terbunuh secara brutal"

"Setiap kali perwakilan kami terbunuh, aku sedih dan gemetar" Adis semakin menundukan kepalanya, seperti berusaha menutupi matanya dari Reno.

Adis terdiam, menarik nafas sebelum kemudian melanjutkan pembicaraannya kembali

"Dan....dan.........kali ini.......kamu? kamu akan mewakili kerajaan Paragon? Kenapa harus kamu Ren?"

Air mata sang gadis pecah tak terbendung.

Mengalir deras dikedua pipinya yang putih, Adis semakin menunduk, terisak – isak menangis. Sang gadis kemudian membalikkan badannya, membelakangi Reno sambil terus menangis sendu.

Adis sendiri bingung dengan tangisan yang keluar dari matanya, kenapa ia begitu sedih dan berat melepas pemuda yang baru saja ia kenal ketika ayahnya menawarkan Reno untuk ikut dalam kompetisi Bhayangkara?

"Aku takut Ren......Aku hanya takut....... kau akan mengalami hal teragis yang sama seperti para perwakilan sebelumnya"

"Ya aku takut kau akan berakhir terbunuh" Adis kembali berbicara sambil berusaha menahan tangisnya.

Melihat situasi ini Reno mematung bingung.

Baru kali ini sang pemuda melihat seorang gadis cantik menangis dihadapannya.

Gadis dengan kulit putih, anggun dan manja, Putri kerajaan menangis dihadapannya.

"Adis......." Ren hendak mengatakan sesuatu namun kemudian dipotong oleh Adis.

"Aku hanya berharap seandainya ada pilihan lain, ya pilihan lain dimana, kamu bisa menjadi bagian kerajaan tetapi tidak perlu mewakili kerajaan dalam kompetisi ini."

Adis tersedu – sedu menangis sedangkan Reno hanya bisa diam. Ingin rasanya Reno menyentuh gadis dihadapannya namun ia takut untuk melakukannya.

"Adis................................tenang saja, masih ada pilihan lain...." Reno kemudian menjawab

Adis kemudian membalikan badan dan bertanya "Maksudmu?" sambil mengelap air mata yang deras mengalir dikedua pipinya yang putih dan halus itu.

"Aku menjadi bagian dari kerajaan ini lalu ikut dalam kompetisi Bhayangkara kemudian menjuarainya" ucap Reno sambil berguyon berusaha menenangkan Adis.

"Kamu.........ughhhh" mendengar jawaban Reno, Adis melotot kesal. Walapun kesal dan marah, wajah adis tetap tampak cantik dan menggoda.

Sambil memukul manja dan mendorong dada pemuda dihadapannya, Adis kemudian membalikan badannya lalu berlari sambil menangis meninggalkan Reno.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apabila Para pembaca yang sangat budiman menyukai cerita ini, mohon sekiranya dapat membantu memberikan nilai "bintang" serta menyebar "share" tulisan ini atau membeli tulisan asli penulis di "playstore"/ "Google Books"/ "Play Book" dengan keyword "Tanah Astral" untuk mendukung Penulis agar terus semangat menulis dan melanjutkan tulisan - tulisannya kedepan.

Tanah Astral Awal Mula SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang