Bab 31: Mawar IV

37 4 0
                                    

Melabuh ke telingaku lagu Kehilangan yang dibawakan oleh Firman yang berperantarakan radio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melabuh ke telingaku lagu Kehilangan yang dibawakan oleh Firman yang berperantarakan radio. Gelapnya karung hitam tak mengizinkanku untuk melihat bentuknya, tetapi kutahu radio itu begitu kuno dari suaranya yang sumbang. Aku tidak pernah membayangkan akan mendengarkan lagu ini di sini. Di antara melankoli lagu itu, terselip kegaduhan, seperti adu jotos antara dua insan, seperti sedang terjadi bertarung di sebelah. Aku tidak tahu, dan tidak ingin mencari tahu.

Beberapa saat setelah sunyi menghampiri, akhirnya aku teretas dari kegelapan ini; karung hitam yang menyelubungiku dilepas. Meskipun demikian, aku tak bebas. Aku menemukan diriku tak berdaya dengan mulutku terkunci beserta tangan dan kakiku terlilit tali. Aku tidak bisa mengangkap wajah penculikku karena gelapnya ruangan bawah tanah ini.

Cahaya lilin menerangiku yang duduk membatu. Dibuka olehnya pemandangan mencekam. Boneka-boneka berukuran manusia yang terwajahkan wanita cantik menatapku menyeramkan. Foto-foto seorang model berceceran di setiap mata memadang bersama majalah dan plastik hitam, di antaranya berdiri dengan selamat toples pelangiku. Bau pakaian yang menumpuk belum dicuci menyengat sampai ke hidung, mengalahkan aroma kembang sepatu yang mekar di bawah meja. Tertampaklah yang teraneh dari segalanya di sini, yaitu keberadaan kandang anjing yang di dalamnya terhuni bukan anjing, melainkan seorang gadis cantik, yang rupanya sama dengan wajah di boneka dan foto.

"Selamat datang di rumahku," sambut pria itu membuka mulutku. "Perkenalkan, namaku Zakaria Abidin Muhammad. Dan mulai sekarang, kau adalah milikku."

"Tolong! Seseorang tolong aku!" teriakku panik.

"Hanya buang-buang tenaga saja. Tidak ada orang yang dapat mendengarmu," kata Zakaria. "Berapa kali aku harus mengatakan ini?"

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku.

"Yang kuinginkan hanya kecantikanmu, Mawar," kata Zakaria membelai wajahku.

"Kau tahu namaku?" tanyaku.

"Aku juga tahu nama suamimu, bahkan mengenalnya. Aku sangat berterima kasih. Karena Rian, aku dapat melihat lagi, dan bisa melihat keindahan wajahmu. Rian adalah pahlawanku," kata Zakaria mengelus pipiku. "Aku membalas kebaikan Rian dengan mengunjungi kuburannya setiap kesempatan, dan kini, merawatmu dengan sepenuh hati."

"Lepaskan aku! Tolong lepaskan! Aku tidak mau berada di sini," mohonku. "Lepaskan atau aku akan berteriak kencang!"

"Ayo, teriak yang kenceng. Tidak akan ada satu telinga pun yang akan mendengarmu di bawah sini, di ruang bawah tanah ini. Tidak ada yang akan datang."

"Lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan memberitahu polisi. Aku berjanji tidak akan memberitahu siapa pun atas kejadian ini," mohonku lagi.

"Aku akan menikmati tubuhmu di sini. Mencoba-coba hal baru dan menikmati tubuh cantikmu," kata Zakaria membungkuk mengendus-endus rambutku penuh nafsu seperti dia adalah singa dan rambutku sebagai daging domba panggangnya. "Kita akan banyak menghabiskan waktu bersama," bisik Zakaria dekat sekali dengan telingaku.

Tak Beraga: Kisahku dan Dia dan Sejuta Kata Cinta yang Dibungkam Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang