Bab 15: Pikiran II

51 3 0
                                    

Pak Pram mengeksplisitkan bahwa tiada manusia yang akan hidup selamanya; semua orang akan menemui ajalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pak Pram mengeksplisitkan bahwa tiada manusia yang akan hidup selamanya; semua orang akan menemui ajalnya. Istrimu, anak-anakmu, temanmu, semua orang, tanpa kecuali, termasuk diriku sendiri. Mati berada di mana-mana. Dia tidak terduga, tak terhindarkan, dan tidak ada satu pun dari kita yang mengetahuinya. Dan oleh karena itu, menakuti kematian adalah hal yang normal. Namun, mengantagoniskan kematian tidak akan menyelesaikan masalah. Satu-satunya jalan untuk mengalahkan kematian adalah dengan menerimanya sebagai bagian dari perjalanan hidup kita.

Sekali, aku menerima kematianku sendiri pembatas antara hal yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat menjadi jelas. Menyadari bahwa waktu kita terbatas membuat kita menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Kita akan lebih fokus tentang apa yang kita beri daripada apa yang kita terima. Itulah mengapa aku menjadi guru, pekerjaan yang memberikan pengetahuan dan mengajarkan mereka yang belum mengetahui. Akan tetapi, mengajar tidaklah cukup untuk mewariskan sesuatu yang lebih besar seperti pengalaman dan jati diri.

Aku pun menciptakan sesuatu yang tidak mati dan mampu menyalurkan apa yang kuketahui kepada orang lain dalam waktu yang tidak terbatas. Hal itu akan terus hidup, meskipun aku mati. Itu adalah sebuah buku yang kujuduli Tak Berjiwa.

Tak Berjiwa tidak begitu berjaya, tetapi itu cukup untuk menolong jiwa-jiwa malang yang terjebak dalam kehidupan keruh dan membutuhkan bantuan. Itu terbukti dengan seorang pelajar yang menjumpaiku di rumah, di pertengahan Januari. Tegas diucapkan oleh pemuda itu, "Bukumu telah menguatkanku. Terima kasih telah membuatku lebih memahami hidup dan membuatku berpikir dua kali untuk mengakhiri hidup."

Kata-katanya menjadi lenteraku di gelapnya dunia penulisan.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Penggemarku?" tanyaku.

"Kau tidak mengingatnya?" tanya Pemandu. "Namanya Andre Krisma Nugraha. Kau telah menyelamatkannya melalui bukumu, Tak Berjiwa."

"Mengapa kita mengunjungi Andre?" tanyaku berhenti untuk menunggu jawaban pasti. "Apakah ada yang salah dengannya?"

"Aku hanya ingin menunjukkan bahwa tidak hanya istrimu serta para korban 'penerima organmu' yang menderita karena kepergianmu."

Tak Beraga: Kisahku dan Dia dan Sejuta Kata Cinta yang Dibungkam Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang