Howdy semoga kalian masih belum bosen sama cerita ini hehehe
*
Lily berlari meninggalkan tempat laknat tersebut. Ia ingin pulang saat ini juga tapi ia tidak bisa karena sekarang masa krusial untuk stress. Pertunjukan akan dilakukan lima hari lagi dan besok adalah rehearsal terakhir. Ia tidak boleh kehilangan fokus.
Ia menutup kamar dengan pelan. Lily bersyukur teman-temannya belum kembali dari pesta di halaman belakang. Ia menenggelamkan wajahnya dan menangis kencang. Digigitnya bantal tersebut agar suara tangisannya tak terdengar oleh siapapun.
Semakin keras tangisannya semakin sulit Lily bernapas. Telinganya dapat mendengar suara tawa dari luar. Sepertinya teman-temannya mulai kembali untuk beristirahat. Lily menutupi tubuhnya dengan selimut agar yang lain tak dapat melihat tubuhnya yang bergetar.
"Diamlah, Lily sudah tidur."
"Oh."
Lily dapat mendengar setiap bisikan ketika teman-temannya bercanda. Kepalanya semakin pusing dan perutnya mengalami kram. Sepertinya sebentar lagi dia akan mengalami menstruasi. Lily meringis ketika ia mulai merasa sakit di sekujur tubuhnya.
Berjam-jam sebelum ia memasuki alam mimpi ketika teman-temannya membangunkannya agar bersiap untuk latihan terakhir. Kepalanya terasa sangat pusing, Lily ingin meminta tolong salah satu temannya tapi ditahannya karena mereka semua terlihat sibuk. Lily membersihkan tubuhnya dan memakai pakaian rapi.
Belle telah menyiapkan kendaran untuk mereka semua. keenam puluh orang penari dan kru berangkat bersama menuju Palais Garnier. Sebelumnya mereka sudah latihan di tempat ini sebuan ini. Semuanya segera berganti pakaian termasuk Lily. Kepalanya sangat pusing tapi ia menghiraukannya.
"Lily kau tak apa?" Temannya mencegat Lily, ia memeriksanya yang terlihat pucat.
"Ada apa denganku?"
"Kau terlihat pucat."
"Aku baik-baik saja. Mungkin efek pencahayaan."
"Oke." Temannya memperhatikan Lily sekali lagi. Ia merasa bahwa ada yang tak beres tapi tak berani untuk bertanya lebih lanjut.
Semua berbaris menyesuaikan waktu mereka mulai masuk panggung. Lily bisa melihat Jolene dan Marius yang duduk bersama beberapa orang yang tak ia kenal. Lily semakin gugup dibuatnya. Giliran Lily yang masuk sebagai puteri Odette. Kegugupannya hilang begitu saja ketika ia berubah dan hanyut dalam karakter.
Kaki dan tangannya berayun anggun selayaknya seekor angsa. Pasangan tarinya mengangkat tubuhnya dan saat itulah fokus Lily hilang. Ia melihat pria itu, berdiri tak ada kursi roda. Ia tak terlihat oleh siapapun bahkan tunangannya tapi Lily tahu pria itu di sana mengamatinya. Lily berputar dan menghitung setiap langkahnya untuk menghilangkan bayangan pria berambut silver itu.
"Lily! salah!" Lily kembali menghitung. Ia kelewatan satu hitungan. Pasti Killian sedang menertawakan kebodohannya.
"Lily ada apa denganmu!? Salah!" Lily mulai merasa gugup, ketenangannya hilang ketika ia mendengar teguran keras dari Belle di bawah panggung sana.
Kakinya tak sekukuh sebelumnya. Lily menarik napas panjang sebelum akan melakukan loncatan tinggi. Musik semakin intens ketika Lily mulai menggerakkan kakinya perlahan untuk mulai melompat sebelum ditangkap oleh pasangan tarinya yang berperan sebagai Pangeran Siegfried. Tak seperti latihan-latihan sebelumnya, Lily melakukan kesalahan fatal. Ia salah dalam menghitung langkah yang mengakibatkan Pangeran Siegfried telat mengakapnya.
Lily terjatuh membuat semua orang terdiam. Belle dan rekan medis segera mendatangi Lily yang masih duduk tak berdaya di lantai panggung. Napasnya memburu. Ia gagal di hari penting seperti ini membuatnya malu dan marah pada dirinya sendiri. Ia marah pada dirinya yang tak mampu menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY: The Professional (Complete)
Romance(Spin-off dari Tranquility) She is an Angel. He is the Ghost. She is the Light in his dark cruel world. His redemption. His Savior. His Lover. HIS LILY.