Chapter 14

22.1K 2.4K 129
                                    

Siapin popcorn ya...

*

Semua orang pergi menuju alamat yang diberikan Lily. Lily tak ikut, ia memilih tidur memeluk kedua keponakannya yang tertidur pulas. Ia memeluk Arya erat dan gadis kecil itu membalas pelukan Lily dalam tidurnya. Killian yang berada di kasur  sebelah bangun dan pindah di belakang Lily dan memeluknya dari belakang. Lily tersenyum dan menepuk tangan mungil itu untuk membuatnya kembali tidur.

Lily tahu bahwa mereka semua akan pulang dengan tangan kosong. Mereka tak akan bisa membawa Killian pulang. Dan Lily lebih bisa menerima jika Killian sudah mati. Killian yang sesungguhnya telah terkubur di tanah Amerika.

Savy dan Ethan turun dari mobil. Isaiah masih duduk diam di dalam bersama Demon.

"Kenapa kau diam saja? Kau menyembunyikannya selama bertahun-tahun Demon."

"Dia memintaku untuk tak berbicara dan aku menghargainya." 

"Setidaknya katakan padaku. Kita berdua adalah saudara, apakah kau pikir aku adalah Ethan yang tak bisa menjaga mulut? Aku juga tak akan mengganggunya. Setidaknya aku tahu dia masih hidup sudah sangatlah cukup."

"Aku tak akan meminta maaf Isaiah. Ini adalah permohonannya dan aku menghargai itu."

"Dengan membohongi kami semua? Dengan membohongi istrimu sendiri? Apakah kau tak ingat bagaimana terpukulnya Savy dan Lily ketika melihat jasad siapapun yang dikuburkan itu? Mereka berdua menganggap itu Killian for fuck sake!"

Isaiah keluar dari mobil menyusul Savy dan Ethan. Ethan dan Savy mengetuk pintu dengan kasar. Keduanya berteriak meminta Killian untuk keluar.

Seorang pelayan muncul dengan wajah yang kesal. Siapa yang dengan sangat bar-bar mengganggu tidur mereka tengah malam begini. 

"Dimana Killian? Bawa dia kesini sekarang juga!" Titah Ethan. Savy dan Isaiah mendorong pelayan tersebut dan menerobos masuk ke dalam rumah kastil kecil tersbeut. 

"KILLIAN!" 

"Nona apa anda sudah gila!" Savy menghempaskan tangan pelayan tersebut yang mencoba menghentikannya berjalan lebih jauh lagi. "Penjaga! Tolong! Penjaga!" 

Isaiah dan Ethan dengan cepat mengeluarkan pistol mereka ketika derap langkah datang berlari ke arah mereka. Demon akhirnya muncul dan menggeleng tak percaya atas tindakan reckless dari istrinya. Ia menurunkan pistol milik Ethan dan Isaiah dan memegang bahu Savy yang berdiri tak gentar sama sekali.

Demon bersiul panjang dan beberapa detik kemudian Killian muncul dari ujung anak tangga. "turunkan senjata kalian." para penjaga menurunkan pistol merrka dan pergi dari tempat tersebut meninggalkan mereka sendiri.

Savy menutup mulutnya tak percaya. Begitupun Ethan dan Isaiah yang membulatkan mata.

"Killian?" tanya Savy dengan suara berbisik.

Killian melirik ke arah Demon. Pria itu menutup matanya dengan memberikannya gurat ekspresi meminta maaf. Killian mengangguk sekilas dan turun dari anak tangga.

"Savy...." Savy mendekat ke arah Killian.

PLAK!

Semua orang terkejut tak terkecuali Killian yang mendapatkan tamparan keras dari Savy. Ia tak bergerak, hanya menunduk. Killian merasa malu karena ia tahu alasan mengapa Savy menamparnya. 

Tiba-tiba Killian merasakan pelukan yang erat. Savy memeluknya. Wanita itu menagis di pundaknya. Killian melihat Demon dengan bingung. Beberapa menit kemudian Ethan ikut-ikutan memeluk Killian tak kalah eratnya. 

Isaiah berdiri di belakang Savy memerika wajah Killian. Tangannya yang bergetar meraih rambut silver Killian dan menyibakkannya ke atas. Isaiah semakin terkesiap melihat luka di mata kiri itu, dengan perasaan campur aduk Isaiah ikut bergabung memeluk Killian dari samping.

Killian mengangkat tangannya pelan dan membalas pelukan hangat dari Savy. Ia membiarkan Ethan yang menangis di pundak kanannya. Pelukan mereka bertahan beberapa menit, tak ada yang ingin saling melepaskan dan khirnya Demon harus turun tangan menarik istrinya untuk tidak memeluk pria lain lebih lama lagi meskipun itu Killian sekali pun.

Savy menghapus air matanya. "Ayo kita pulang." pintanya kepada Killian dengan lembut. Ia meraih tangan Killian dan langsung menatap mata biru milik Killian. Terdapat keraguan dimata Killian ketika Savy berbicara sedemikian rupa.

"Kami semua merindukanmu. Aku sangat-sangat-sangat-snagat-sangat merindukanmu." 

"Aku juga!" sahut Ethan tak mau kalah.

"Lebih tepatnya kami semua." imbuh Isaiah.

Savy tak menunggu jawaban Killian. Ia menggenggam dan  menyeret pria itu untuk ikut dirinya pulang. Killian tak menolak atau protes, ia hanya mengikuti Savy layaknya anak ayam.

"Killian? Ada apa ini?" 

Jolene muncul dan berlari ke arah Killian. Ia menghempaskan tangan Savy dan menyeret Killian ke arahnya.

"Apa-apaan ini! Kalian mau membawa Killian ke mana? Dia tak akan pergi!" 

Savy berkacak pinggang dan mengamati wanita cantik di depannya. "Kau siapa?" Jolene sedikit bingung dengan pertanyaan yang didapatkannya.

"Aku siapa? Kau yang siapa! Aku Jolene! Calon istrinya!"

Ethan melihat wanita di depannya yang memakai pakaian tidur yang sangat minim. Jika sekarang tidak dalam uasana tegang pasti mulut biadabnya akan bersiul menggoda.

"Oh selamat atas pernikahannya nanti. Tapi...." Savy melepaskan tangan Jolene yang memeluk Killian dan menarik Killian ke arahnya. "Aku Savannah, saudarinya, akan membawanya sebentar dan aku tak peduli pendapatmu atau laranganmu."

Kau Savy? Berarti kau Demon?" Demon mengangguk. Jolene sedikit kalang kabut dan memohon Killian untuk tidak pergi. "Killian kau tetap di sini dan tak boleh pergi kemana-mana!" Savy memutar matanya jengah. Demon menahan sneyumnya ketika melihat wajah kesal Savy. Ia sangat menyukai saat-saat dimana istrinya mulai menyiapkan cakarnya. 

"Bitch?  Killian bukanlah barang yang bisa kau perintah sesukamu. Katakan Killian kau akan ikut aku atau tetap disini?" Savy bersedekap menunggu jawaban dari Killian.

Senyum Savy mengembang ketika Killian meraih tangannya. "Aku akan kembali Jolene. Istirahatlah."

Ia menatap Jolene dengan tatapan mengejek. Isaiah dan Ethan kembali memperhatikan Jolene yang masih kekeh memohin Killian untuk tatap tinggal. Tapi pria itu pergi bersama Savy. Demon tertawa kecil dan mengikuti istrinya.

Di dalam mobil Killian duduk canggung di antara Savy dan Isaiah.

"Kau yakin akan menikahi wanita seperti dia? Dia terlihat terlalu mengontrolmu. Aku tak suka."

"Jolene wanita yang baik."

"Oh." Savy sedikit merasa bersalah ketika berbicara buruk tentang calon istri Killian, "Katakan jika kau mencintainya agar aku akan berusaha menyukainya meskipun itu akan menyiksaku."

Ethan dan Demon tertawa di depan mendengar kalimat sarkas dari mulut Savy.

"Aku mencintainya."

"Well kita lihat sampai mana cintamu padanya ketika sampai di rumah nanti." gumam Demon dalam hati.

"Dimana Lily?"

"See? Bahkan belum sampai rumah pun kau sudah mencarinya. Dasar bodoh." Demon tertawa di depan sendirian membuat Ethan meliriknya curiga.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Tak ada, aku hanya ingin cepat sampai rumah."

*

Karena masih dalam suasana bahagia. Ini aku up cepat hehehe

See you tomorrow!


TRANQUILITY: The Professional (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang