Chapter 24

25.8K 2.6K 180
                                    

Ethan: "Susurupris, sebelum mulai ayo kita vote cerita ini supaya authornya makin semangat dan rajin update chapter baru!"
Isaiah: "Halah bacot."


*

Killian akhirnya menginjakan kakinya di tanah benua Amerika. Tempat yang ia tinggalkan beberapa tahun lalu. Dan disinilah dia, setelah menunggu empat hari dengan resah akhirnya ia mendapatkan tiket.

Memang terdengar aneh ketika seorang yang kaya raya harus menggunakan pesawat komersil. Tapi ia tak bisa mendapatkan akses pada pesawat pribadinya. Jolee memblokir semua aksesnya.

Tanpa menunda waktu lebih lama lagi, ia menarik kopernya dan pergi menuju rumah Demon dengan menggunakan taksi. Yang membuat Killian kesal adalah ketika sopir taksi mengemudikan mobilnya dengan sangat lambat.

"Tidak bisakah lebih cepat lagi?"

"Maaf tapi jalanan licin akibat salju. Jadi saya harus berhati-hati."

Killian mengehmbuskan nafasnya. Kakinya bergerak resah karena ia tak sabar untuk bertemu dengan yang lain.

Setelah membayar, Killian langsung masuk dan menemukan rumah yang ia ridukan. Ia melepas kacamata dan jaketnya. Ia berjalan ke arah ruang belajar tapi kosong. Naik ke atas lorong kamar dan tak menemukan siapapun.

"HANTU!!!"

Killian terkejut ketika mendengar seorang pelayang berteriak di belakanganya. Ia mencoba mendekat tapi wanita tua itu lebih dulu lari terbirit-birit.

"Dimana semua orang?" pikirnya.

Ia pergi menuju sayap barat tempat para pelayan dan penjaga kastil. Killian bisa mendengar suara histeris dari wanita  yang berteriak tadi di dapur, wanita malang itu mencoba bercerita bahwa ia bertemu dengan hantu mendiang Tuan Killian. Pria itu tertawa kecil dan memutuskan untuk diam di balik tembok mendengarkan percakapan mereka.

"Apakah aku harus melapor ke Tuan besar?"

"Apa kau gila? Yanh ada justru kau dikunci di ruang bawah tanah agar kau jadi berani bodoh."

"Bagaimana kalau Nyonya? Aku yakin sekali bahwa tadi adalah bayangan mendiang Tuan Killian."

"Jangan sebut namanya, mendengar namanya saja sudah menbuatku merinding. Lebih baik kau melanjutkan tugasmu sebelum mereka semua pulang dari taman."

Setelah mendengar kata taman, Killian beranjak dari tempatnya berdiri. Ia melihat sebuah vas bunga Lily dan mengambilnya.

Killian yang hanya mengenakan kemeja putih tak meraskaan dinginnya salju. Ia berlari ke arah taman. Tempat itu adalah tempat terindah baginya. Sebuah ladang bunga dan danau yang luas menjadikannya seperti tempat di dunia dongeng.

Dari kejauhan ia bisa mendengarkan suara tertawa keras milik Arya. Dan sepertinya anak kecil itu melihat kehadiran Killian. Ia melambaikan tangan kecilnya ke arah Killian dan dibalasnya dengan kaku.

"Uncle!" Killian merentangkan tangannya ketika Arya berlari kencang kearahnya. Ia mengangkat gadis kecil itu dan menggendongnya.

"Kenapa kau tak bilang jika kau datang kesini juga?"

TRANQUILITY: The Professional (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang