Mari kita jungkir balikan dunia :)
Btw jangan lupa vote ya sayang-sayangqquuhh*
Lilly kewalahan dengan sikap perhatian yang diberikan oleh Killian secara tiba-tiba. Ia selalu mencoba melarikan diri untuk menghindari Killian. Bukan karena Lilly membenci pria itu tapi sikap perhatian Killian membuat Lilly jengah.
Perhatian kecil seperti merapikan rambutnya ke belakang telinga, membantunya memasang apron, atau membenarkan syal yang dikenakannya dan yang semakin membuat Lilly lelah adalah setiap hari Killian tak pernah absen memberinya satu bucket bunga Lily. Lilly tak tahu pria itu mendapatkannya darimana di musim salju seperti ini.
Semua orang sudah berada di meja makan sembari menunggu para pelayan menyediakan sarapan mereka. Arya dan Killian kecil sudah mulai makan dengan mangkuk sereal masing-masing. Demon dan Killian tak terlihat dan Lilly bersyukur setidaknya ia tak melihat Killian.
"kau akan pergi ke New York sendirian?" Lilly mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ethan.
"Perlu ku antar?"
"Tidak usah, aku hanya akan jalan-jalan selama dua hari."
Demon dan Killian datang berjalan beriringan, Lilly menghela napasnya ketika melihat bunga yang dipegang oleh pria berambut silver tersebut. Seperti yang setiap hari terjadi, Killian meletakan bunga tersebut di hadapan Lilly dan sarapan tanpa bersuara.
Savy terkekeh, ia menumpukan dagunya pada telapak tangannya melihat Lilly dan Killian yang terlihat canggung tapi itu membuat mereka sangat imut. Apalagi sosok Killian yang romantis dengan membawakan bunga untuk adiknya semakin membuat Savy kagum tapi sifat jual mahal Lilly membuat keduanya terlihat lucu. Senyum Savy sedikit memudar ketika Demon meremas pahanya.
"Apa?"
"Lihat aku." Savy hanya mengerutkan dahinya dan lanjut memperhatikan Lilly dan Killian. Demon yang merasa diacuhkan kehilangan nafsu makannya.
"Ini hanya seandainya ya, jika aku ada diposisi Lilly aku pasti sudah sangat jatuh cinta pada KIllian." Demon tersedak ketika mendengar kalimat istrinya barusan. "Bagaimana tidak? Setiap hari diberikan bunga, wanita mana yang tak meleleh?" Lilly membatalkan suapannya dan berdehem. Diliriknya Killian yang makan dengan tenang seperti tak terganggu akan kata-kata Savy barusan.
Demon yang merasa cemburu tiba-tiba karena Savy tak memberinya perhatian meninggalkan meja makan tanpa menyentuh makanannya sedikit pun. Ia memanggil kedua anaknya dan si kembar ikut turun menyusul Demon.
"sepertinya ada orang cemburu?"
"Siapa? Demon? Bukan sesuatu yang mengejutkan bahkan pada Snowy dan Bandit pun sering cemburu ."
"Aku sudah selesai." Lilly menutup pisau dan garpunya meninggalkan meja makan. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian balet. Di sebuah ruangan yang memang disediakan Demon untuknya latihan, Lilly mulai dengan pemanasan. Musik dinyalakan untuk menemani sesi peregangannya.
Lilly begitu hanyut dalam setiap gerakannya hingga tak sadar Killian masuk dan duduk di lantai. Killian menyandarkan punggungnya dan melihat setiap gerakan Lilly yang begitu indah. Kepalanya bergerak mengikuti kemana arah Lilly pergi.
Suasana tenang hanya suara musik membuat Killian seperti berada di tempat lain. Serasa hanya ada dirinya yang menikmati pertunjukan yang diberikan Lilly hanya untuknya seorang.
Musik berhenti dan napas Lilly sedikit berat, ia tahu sedari tadi Killian memperhatikannya. Ia duduk di lantai untuk melepaskan tali sepatu baletnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY: The Professional (Complete)
Romance(Spin-off dari Tranquility) She is an Angel. He is the Ghost. She is the Light in his dark cruel world. His redemption. His Savior. His Lover. HIS LILY.