Haloo
*
Killian duduk di ruang tamu, menunduk mendengarkan semua pertanyaan yang ditanyakan oleh Savy, Ethan maupun Isaiah. Sesekali Demon membantunya menjawab sehingga ia tak perlu menjelaskan lagi. Killian cukup lelah, ia ingin istirahat tapi Savy tak ada henti-hentinya memarahinya. Diliriknya Demon untuk membuat istrinya berhenti. Pria itu mengerti dan berdehem.
"Love, sudah pukul tiga pagi. Killian dan yang lain butuh istirahat." Demon menggendong Savy yang protes.
"Tapi dia berhutang banyak cerita padaku!"
"Kau tidak bertanya, kau memarahinya my queen. Besok lagi sekarang kuantarkan ke kamar hm?" Savy menoleh ke arah Killian dan memberi tanda ancaman. "Jika besok aku tak melihatmu, kau tak akan bisa membayangkan apa yang akan aku lakukan Killian, camkan itu."
Demon tertawa melihat ekspresi mengancam istrinya. Savy selalu menggemaskan di matanya. Dikecupnya kening Savy agar wanita itu mengontrol sedikit emosinya. "Killian tak akan kemana-mana, percayalah."
Lily yang mendengar suara ribut di bawah melepaskan pelukan kedua ponakan kembarnya. Jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi, dilihatnya tubuhnya yang masih mengenakan gaun pesta semalam. Lily membenarkan selimut Killian dan Arya.
Setelah berganti pakaian yang nyaman, ia turun ke bawah. Langkahnya terhenti di tengah anak tangga ketika matanya menangkap pria berambut silver. Ethan dan Isaiah yang menyadari kehadiran Lily memanggilnya untuk bergabung. Kilian menoleh ke arah Lily dan tatapan mereka berdua terkunci.
Lily mengetatkan rahangnya. Kenapa pria asing itu berada di rumah ini? Dia seharusnya tak di sini.
"Lily kemarilah, Killian telah menceritakan pertemuan kalian. Kau pasti sangat merindu--."
"Killian siapa? Killian ada di atas sudah tidur."Lily memotong kalimat Ethan dengan nada ketus.
"Lily?"
"Atau Killian yang telah dikuburkan? Aku tak mengenal Killian lain selain mereka berdua." Lily meninggalkan Ethan dan Isaiah kembali ke lantai atas. Keduanya cukup terkejut dengan sikap Lily, untuk pertama kali mereka melihat Lily dengan sikap kasar seperti itu.
Killian berdiri dan Ethan menahannya. "Kau mau kemana?"
"Pulang?"
"Jangan bodoh, ini rumahmu...." Killian melihat kembali anak tangga tempat Lily berdiri sebelumnya "...Lagi pula sangat kusarankan untuk mempertimbangkan ancaman Savy."
"Akan ku tunjukkan kamarmu." Killian mengikuti Isaiah di belakang. Mereka berdua berjalan dalam diam. Langkah Killian terhenti ketika Isaiah juga berhenti di lorong penghubung ruangan.
Dengan cepat Isaiah mengeluarkan pisau dari ikat pinggangnya, mata tajam Killian menangkap pergerakan kecil itu. Sesaat kemudian Isaiah melilitkan tangannya pada lengan Killian, pria itu bisa menghindar dan mendorong tubuh Isaiah. Dengan Lihai Isaiah memegangi telapak tangan Killian, ia memlintir lengan kanan dan mendorong Killian ke arah tembok.
"Ingatlah dulu aku yang mengajarimu bela diri. Aku tahu persis bagaimana gerakanmu."
Killian tak menjawab, ia menyikut Isaiah dengan lengan satunya yang masih bebas. Isaiah terkekeh ketika Killian berhasil lepas darinya. "Kau cukup lamban sekarang, apa berpura-pura cacat benar-benar membuatmu tak gesit lagi?"
Killian mengetatkan rahangnya. Ia melemparkan satu pukulan tapi dapat ditangkis oleh Isaiah dengan mudah.
"Mana Killian yang dulu?" ejeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY: The Professional (Complete)
Romance(Spin-off dari Tranquility) She is an Angel. He is the Ghost. She is the Light in his dark cruel world. His redemption. His Savior. His Lover. HIS LILY.