Chapter 13

23K 2.4K 170
                                    

Yuhuu
Karena hari ini aku berulang tahun.
Aku mau berbagi kebahagiaan dengan mengupload chapter ini disaat tugas mingguanku menumpuk tinggi.

Jangan lupa vote dan kome yaa
*

Lily masih berdiri di tempat yang sama. Melihat kepergian Killian bersama Jolene. Ia menelepon seseorang dengan tangannya yang bergetar.

"Hallo Lily?"

"Ethan, tolong jemput aku...ku mohon...."

"Tunggu aku jangan bergerak." Lily duduk di atas jembatan sambil merihat refleksi wajahnya.

Ia tak menangis seperti ia bertemu Killian dulu. Ia juga tak marah. Lily kini berada ditahap puncak yaitu tahap kekecawaan. Ia kecewa pada Killian dan dirinya sendiri. Tak ada air mata hanya tubuh yang bergetar terduduk di bawah rembulan. 

Salju pertama di musim dingin mulai turun. Lily bisa merasakan dingin malam terlebih lagi ketika butiran salju mengenai kulitnya yang terbalut gaun tapi semua itu ia hiraukan karena hatinya terasa sanagt sakit. Snagking sakitnya ia sampai tak tahu harus melakukan apa. Rasanya lebih sakit dari saat ketika Killian menolak mengingatnya.

Lily mencoba meyakinkan diri jika Killian bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah pria yang 'pernah' menemaninya dulu. Ia tak berhak membuat Lily merasa patah hati. Bahkan rasanya lebih sakit ketika mengetahui Justin Bieber, cinta pertamanya, menikahi wanita lain. Lebih sakit daripada ketika fantasinya untuk menikah dengan Justin Bieber harus terkubur dalam-dalam.

Lily membandingkan refleksi bayangannya pada permukaan kolam. Ia membandingkan dirinya yang kurus, pucat, tak bernyawa jika dibandingkan dengan senyum lembut Jolene. Tentu saja illian akan memilih Jolene ketimbang dirinya. Ia hanyalah anak-anak jika dibandingkan Jolene yang sudah dewasa. Ia hanyalah debu jika dibandingkan dengan wanita sukses layaknya Jolene.

Sebuah jaket menutupi punggungnya yang terkena dinginnya malam.

Ethan duduk di samping Lily sambil memainkan kakinya pada permukaan air.

"Aku sangat ingin memaksamu pulang. Di sini dingin dan salju mulai turun tapi suasana malam ini sangatlah indah. jika kau ingin bersedih maka lakukanlah, aku akan diam." Ethan menumpukan wajahnya pada kedua telapak tangannya sembari mendengar Lily yang menghela napas dalam.

"Kau sebelumnya berjanji akan memberitahuku kan?"

"Ethan...bagaimana jika orang yang sangat kau sayangi memalingkan wajahnya seakan-akan tak mengenalimu?"

"Siapa?"

"Jawablah dulu." 

Ethan berpikir panjang, "aku tak tahu, mungkin aku akan memaksanya untuk melihatku."

"bagaimana jika ia berpura-pura tak mengenalimu?"

"aku akan memaksanya mengenaliku."

"bagaimana jika ia berkata jujur dan bilang jika ia menjauhimu karena ia tak ingin melukai siapapun?"

"maka orang itu sangatlah bodoh, justru dengan pura-pura menjauh akan saling menyakitkan bukan?" Lily mengangguk setuju, ia meraba kembali dadanya yang kembali terasa sakit.

"Bagaimana jika ia telah melakukan keputusan final dan memilih untuk tak akan pernah menemuimu lagi?"

"Maka aku tak akan pernah menemuinya lagi."

*

Tak ada percakapan diantara Lily dan Ethan. Pria itu menggendong anak gadisnya pulang, satu jam mereka duduk dalam keheningan membuat Lily kedinginan. Ia tahu jika Lily tak akan bangun jika ia tak memaksanya pulang. Ethan membawa Lily pulang ke rumah Savy dan Demon.

TRANQUILITY: The Professional (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang