Haii
Maafkan lama tak update, bentar lagi UTS seperti biasa tugas mulai numpuk :")*
Marius membawa Lily keluar kafe. Ia mengambil segenggam tumpukan salju dan meletakannya pada punggung tangan milik Lily untuk mengurangi rasa panas akibat tumpahan kopi panas.
Lily hanya diam dan membiarkan Marius melakukan apapun yang ingin ptia itu lakukan.
"Kau sudah makan?"
"Belum."
"Sempurna." Marius tersenyum bahagia karena ia memiliki alasan lain untuk tetap bersama Lily lebih lama lagi.
Ia menarik tangan Lily dan menggenggam jemari lentiknya. Lily pun tak menolak membuat Marius semakin merasa berada di atas awan.
Marius membawa Lily di restoran milik Killian. Tempat Lily pertama kali bertemu dengan pria brengsek itu untuk pertama kalinya.
"Kau tak keberatan jika kita makan disini bukan?"
"Kenapa harus di sini?"
"Karena ini tempat favoritku. Tapi jika kau ingin tempat lain aku bisa menalcarikannya."
"Di sini saja tak apa, aku tak ingin merepotkanmu."
Lily melingkatkan tangannya pada lengan Marius. Keduanya berjalan beriringan menuju rooftop. Lily sebelumnya makan di lantai bawah ternyata Rooftop tak kalah indahnya. Suasana putih akibat salju dan dekorasi bunga Lily semakin memperindah suasana.
Melihat semua bunga Lily itu membuat pipinya merona. Entah mengapa di lubuk hatinya merasakan bahwa setiap bunga yang ada di ruangan tersebut meneriakan namanya, hanya dirinya seorang diri.
"Aku yakin setiap wanita yang bernama Lily pasti akan jatuh cinta pada tempat ini."
Lily mengangguk setuju ayas pernyataan itu tapi mengetahui siapa pemilik restauran ini membuat kekaguman yang tadi Lily rasakan berubah menjadi perasaan kecewa dan jijik.
"Tapi aku tidak." Jawab Lily dingin.
"Kau tidak menyukai tempat ini?" Marius mempersilahkn Lily duduk, "Apakah karena kejadian enam bulan lalu?"
Lily tak menjawab membuat Marius semakin penasaran, "Aku cukup dekat dengan Jolene dan secara otomatis aku juga mengenal tunangannya, Killian."
"Kenapa kau tiba-tiba memberitahuku?"
"Tidak ada apa-apa, mungkin saja aku bisa membantumu."
Lily tertawa di dalam hati, tawaran yang diberikan Marius tak akan berguna lagi. Lily sudah memutuskan dnegan tekat bulat bahwa ia tak akan pernah berhubungan dengan mereka.
"Kau akan melanjutkan sekolahmu disini kan?"
Lily tak tahu, ia ingin melanjutkan sekolahnya di Paris atau melanjutkan sekolah balet dan berkarir menjadi balet profesional di Amerika.
Selama ia masih di Paris ia sangat tak mungkin bisa memungkiri bahwa kedepannya Lily akan bertemu lagi dengan Killian dan ia tak ingin membenci Killian dari sekarang yang ia rasakan. Cukup sekali saja ia dikecewakan, ia tak mau lagi.
"Kau belum memutuskannya?"
"Ku rasa belum."
"Jika kau melanjutkan di Paris aku bisa yakin bahwa kau akan memiliki jenjang karir yang sangat gemilang. Kau sudah memiliki langkah pertama yang kuat. Pentas yang lalu sangatlah sukses dan selain itu kau juga memiliki talenta yang sangat luar biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY: The Professional (Complete)
Romance(Spin-off dari Tranquility) She is an Angel. He is the Ghost. She is the Light in his dark cruel world. His redemption. His Savior. His Lover. HIS LILY.