-25-

3.5K 339 19
                                    

Happy 20k Reader's 💜


---

Yoongi menutup pintu kamar rawat adiknya dengan sangat pelan. Sangat berhati-hati, agar tak mengganggu ketenangan sang ibu yang tengah tertidur pulas di sofa yang mungkin kurang nyaman. Ibunya pasti lelah setelah melewati hari yang sangat panjang ini.

Hari sudah hampir pagi, tapi tidak lantas membuat Yoongi merasakan kantuk. Ia terjaga di kursi depan ruang rawat adiknya yang sepi. Mencoba menjernihkan pikirannya sebelum masuk menemui sang adik, yang sudah di pindahkan ke ruang rawat. Bukannya tak ingin, tapi Yoongi masih tidak sanggup melihat keadaan Jungkook yang jauh dari kata baik. Lebih tepatnya, hatinya yang tak siap.

Seperti saat sekarang ini, Yoongi dengan kakinya yang mulai bergetar hampir kehilangan kekuatannya untuk berjalan menghampiri Jungkook yang tengah tertidur pulas diatas ranjang pesakitannya. Berbagai alat medis terpasang apik di setiap jengkal tubuh anak itu mematahkan hati Yoongi. Ventilator yang membantu pernapasan anak itu, hingga bunyi monitor yang tak henti berbunyi menampilkan parameter yang menandakan adiknya masih hidup.

Hyunsoo telah menjelaskan semuanya pada sang ibu saat Jungkook di pindahkan. Yoongi tak sengaja mendengarnya, bukan maksud ingin menguping pembicaraan.

Keadaan adiknya benar-benar jauh dari kata baik. Jungkook untuk sementara waktu harus bernapas melalui ventilator karena akan sulit untuk bernapas tanpa alat itu. Bahkan anak itu sempat gagal napas saat di tangani oleh dokter. Hyunsoo bilang, ada beberapa tulang rusuk Jungkook yang retak sehingga mengganggu kinerja paru-paru Jungkook yang keadaannya memang sudah memburuk.

"Kookie-ya... Maafkan hyung yang gagal menjagamu, Hyung mohon bertahanlah Kookie,"

Yoongi menggenggam sebelah tangan Jungkook. Mencoba menahan agar air matanya tidak terjatuh didepan sang adik. Yoongi tak bisa menjadi lemah untuk melindungi Jungkook.

Bagai keajaiban, mata Jungkook perlahan terbuka Yoongi hampir memekik senang. Air mata yang tertahan jatuh bagitu saja tanpa seizinnya. Jungkook memandangi langit-langit, mengerjap kelewat pela, sebelum akhirnya melirik Yoongi yang juga menatapnya hangat. Seulas senyum terindah, menyambut kesadaran Jungkook saat itu. Ia ingin mengungkap rindu, tapi ia bahkan kesulitan untuk berbicara karena alat yang terpasang di mulutnya.

Meski hanya dengan tatapan, Yoongi paham. Ia mengangguk, mengelus puncak kepala sang adik penuh kasih sayang.

"sekarang tak perlu takut lagi, Kookie. Hyung ada disini," ujar Yoongi sembari mengusap air matanya yang berkali-kali jatuh. "Hyung... Sangat merindukanmu, hiksss..."

Seakan bisa merasakan apa yang sang kakak rasakan, setitik air mata kemudian terjatuh dari sudut mata Jungkook. Ingin sekali memeluk sang kakak, mengadu rindu, tapi ia bahkan tak bisa untuk sekedar membalas genggaman tangan Yoongi. Semua masih terasa seperti mimpi. Ia terbangun di kamar yang tenang, bukan di tempat kumuh yang berdebu.

Jungkook berusaha untuk menghilangankan ingatannya selama penculikan, tapi yang ada semua ingatan-ingatan saat pria gila itu menyiksanya malah menari-nari di ingatannya. Membuat air matanya turun semakin deras. Jungkook takut. Sangat takut.

Yoongi yang melihat itu, seketika langsung mempererat genggamannya dan mengecup punggung tangan sang adik. Mengusap air mata Jungkook yang kian menderas.

"Tak apa Jungkook, tak ada yang akan menyakitimu lagi sekarang. Ada Hyung yang akan melindungimu, jangan khawatir, heum??" ujar Yoongi mencoba terlihat kuat. Meski dalam hatinya masih mengutuk diri, namun untuk Jungkook ia tak mungkin melakukan kelalaian untuk kedua kalinya. Ia tak akan membiarkan seseorang pun menyakiti adiknya lagi.

WINTER | jjk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang