DHEANDHRA [Completed]✔️

4. Semangat

Now Playing | EXO - 3.6.5

Happy reading :*

Kasih tahu kalo ada typo :*

“Jangan  pedulikan mereka yang selalu membicarakan semua keburukanmu dan meremehkanmu. Semangat! Tunjukkan pada mereka kalau kamu tak sepayah itu.”

◐.̃◐

“Kalian duluan aja!” ucap Dhea kepada kedua sahabatnya.

Meilani dan Eriska menghentikan langkah mereka. Menatap Dhea heran. “Kenapa?” tanya Meilani.

“Ke toilet.”

“Ya udah kita anter lo ke toilet ya?” tawar Eriska.

Dhea menggeleng. “Duluan aja. Nggak lama.”

Meilani dan Eriska mengangguk pasrah saja. Mereka tidak bisa memaksa Dhea. Lagian perut mereka dari tadi terus saja berbunyi minta diisi. Jadi mereka harus berpisah di pertengahan koridor kelas. Dhea belok ke kanan menuju toilet cewek. Sedangkan kedua sahabatnya jalan lurus menuju kantin.

Dhea segera  masuk ke dalam toilet, untungnya tempat ini belum cukup ramai. Biasanya saat jam istirahat begini toilet cewek selalu penuh, entah apa yang mereka lakukan di dalam sana. Setelah semuanya beres Dhea yang  akan membuka pintu harus tertahan karena mendengar beberapa siswi  tengah asyik mengobrol.

“Kayaknya lo yakin banget deh kalo Andhra yang bakalan jadi Ketua OSIS.”

“Yakinlah. Lagian dia itu juara umum. Semua guru pasti bakalan pilih dia, Ira.”

Dhea harus pergi secepatnya dari tempat ini, pasti kedua sahabatnya sudah menunggunya–lama. Saat ia akan memutar knop pintu harus tertahan lagi karena dari salah satu siswi itu menyebut namanya.

“Lo nggak tahu kalo saingan Andhra itu, Dheandra?”

“Maksud lo tetangga sebelah itu?”

“Ya. Dia juga nggak kalah pinternya lho, Kinan.”

Sekarang Dhea tahu siapa  orang yang tengah asyik mengobrol di tempat ini. Kinan dan Ira.

“Dheandra yang terkenal judesnya itu? Mana ada guru yang mau pilih dia.” Dhea tahu itu suara Kinan.

“Dheandra sekali sentil juga langsung tersingkirkan,” sambung Kinan dengan nada meremehkan.

Mendengar ucapan cewek itu mendadak Dhea terdiam, tangannya sudah terkepal kuat. Ia paling benci pada orang yang selalu meremehkan tentang dirinya. Ia tahu, banyak orang yang tidak suka kepadanya karena sikapnya ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia berubah seperti ini karena keadaan. Keadaan yang waktu itu benar-benar membuat ia harus berubah. Kejadian yang–sampai saat ini semua orang tidak tahu.