38. Genggaman Tangan Dan Pelukannya

3.4K 118 2
                                    

Now playing : Bol4 feat Baekhyun - Leo (suka banget sama lagunya)

Tarik napas dulu sebelum baca!

Happy reading :*

Kasih tahu typo nya!

"Genggaman tangannya, rasa sakit itu sedikit menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Genggaman tangannya, rasa sakit itu sedikit menghilang. Plelukannya membuat hati ini tenang dan nyaman berada dalam pelukannya."

◐.̃◐

Dhea merasakan sebuah tangan besar mengenggam tangannya sangat erat. Ah, atau mungkin ini hanya perasaannya saja. Anehnya genggaman tangan itu semakin lama terasa nyata, bukan ilusi apa lagi mimpi.

Dhea membuka mata. Ia langsung bangkit dari duduknya dan tersenyum bahagia melihat apa yang di depannya sekarang. Akhirnya yang ia harapkan menjadi kenyataan.

"Papa udah sadar? Aku panggilin dokter ya?"

Papa menggeleng pelan. "Kamu nggak kangen Papa?" Papa merentangkan kedua tangannya.

Dhea langsung memeluk Papa yang masih terbaring lemah. "Aku kangen Papa–banget. Maaf, Pa."

Papa mengusap rambutnya yang tergerai. "Harusnya Papa yang minta maaf ke kamu, Papa selalu nyakitin kamu. Kamu mau kan maafin Papa?"

Dhea melepaskan pelukannya. "Sebelum Papa minta maaf, aku udah maafin Papa kok." Ia menoleh ke arah sofa, terkejut Mama tidak ada di sana.

"Mama kamu pergi ke kantin beli sarapan," kata Papa yang sepertinya tahu ekspresi terkejutnya.

"Kok Papa tahu kalau Mama pergi ke kantin?"

"Tadi Mama izin ke Papa."

"Jadi Mama tahu kalo Papa udah sadar?"

"Papa sadar tengah malam kamu udah tidur, Papa nggak mau ganggu kamu tidur. Terus Mama langsung panggil dokter," jelas Papa.

"Wah anak Mama udah bangun ternyata."

Dhea langsung menoleh, melihat Mama membawa dua kantong kresek berwarna putih. Mama menyimpan dua kresek itu di meja, lalu mengusap puncak kepalanya.

"Belum cuci muka ya sayang? Itu belek sama ilernya, ya ampun..." Mama terkekeh geli melihat penampilannya yang belum sempat cuci muka.

"Mama kok gitu sih? Ini aku mau cuci muka kok." Dhea berjalan menuju kamar mandi.

Dhea segera membasuh wajahnya tak lupa dengan sabun mukanya. Setelah merasa sudah bersih ia menatap cermin, senyumnya mengembang. Dirinya sangat bahagia, Papa sudah sadar dari pingsannya. Namun, senyumannya langsung pudar saat ia mengingat sesuatu.

"Pak Yasa memang sudah lama tahu tentang penyakitnya, tapi beliau menolak operasi. Beliau hanya mengkonsumsi obat pereda nyeri, kalau kepalanya tiba-tiba sakit."

DHEANDHRA [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang