8. Takdir

5.2K 198 3
                                    

Now playing | EXO - Baby Don't Cry

Happy reading :*

Typo, enjoy bertaburan :*

"Setiap orang sudah ada garis takdir masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap orang sudah ada garis takdir masing-masing. Jangan pernah menyalahkan takdir! Mungkin saja Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik untuk kamu ke depannya. Positif thinking saja."

◐.̃◐

"Kembaliin ponsel gue!" Dhea berusaha mengejar Dian yang sudah  masuk ke dalam kamarnya.

Dian sengaja mengunci pintu kamarnya agar Dhea tidak bisa masuk ke dalam. Ia masih sibuk membaca pesan dari seseorang.

Dhea terus menggedor kamar Dian dengan keras. "Buka pintunya!"

"Malem kita jalan-jalan gimana?!" teriak Dian dari dalam kamarnya.

"Gue bales 'iya', ya ya ya ?" teriak Dian lagi.

Dhea langsung panik mendengar Dian akan membalas pesan dari Rafa yang merupakan kakak kelasnya itu. Dhea memang selalu mengabaikan pesan dari cowok itu, tapi kalau pesan itu  penting baru ia akan balas pesan tersebut.

Dhea terus menggedor-gedor kamar Dian tanpa lelah. Semoga saja kakaknya itu mau membuka pintunya.

"Kak buka pintunya!" teriak Dhea.

"Bentar gue mau bales chat dari gebetan lo nih!" sahut Dian.

"Ngeselin lo!" Dhea menendang pintu kamar Kakaknya.

Dengan langkah gontai Dhea berjalan menuju kamarnya. Langkahnya terhenti saat ia mendengar samar-samar suara tangis seseorang. Dhea memejamkan matanya sejenak seraya mengepalkan kedua tangannya di samping. Setelah merasa tenang, bisa mengontrol emosinya ia lalu berlari menggedor pintu kamar kakaknya lagi.

"Kak, ini darurat!" teriak Dhea.

Tak lama kemudian setelah Dhea mengatakan itu, kamar Dian terbuka dan kakaknya itu langsung menarik tangannya ke lantai bawah.

Mereka tahu apa yang terjadi di lantai bawah. Sudah tak asing lagi bagi mereka. Dhea secepatnya melindungi Mama yang sudah terduduk di lantai, sedangkan Dian menahan tangan Papa yang akan menampar pipi Mama.

"Mama." Dhea mencoba menenangkan Mama yang terus menangis.

Papa menepis tangan Dian. "Kamu berani melawan Papa hah?!" bentak Papa.

"Pa cukup, Dian mohon jangan begini! Cukup Pa! Malu didenger tetangga Pa," lirih Dian.

"KAMU!"

Plak!

Sebuah tamparan cukup keras di pipi kiri Dian membuat kakaknya itu terdiam, menundukkan kepala sembari memegang pipi kirinya yang pastinya itu sangat sakit dan perih. Sakit pipinya dan juga perih hatinya.

DHEANDHRA [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang