Mereka memutuskan untuk makan siang dulu karena Malik dan Gina mengeluh kelaparan, jadi permainan di pending untuk sementara waktu.
Di saat mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, Lisa dan Adara yang sedang berada di atas pohon memilih tidur sambil menikmati angin pantai. Mereka berdua sudah selesai makan, makanya memilih bermalas-malasan.
"Dar..."
Mendengar namanya disebut, Adara yang tadi terpejam jadi membuka matanya, menoleh. Lisa masih bersandar pada batang pohon sambil memandang air laut.
"Apaan?"
"lo bohong kan tadi?"
Mendengar hal itu membuat Adara jadi diam. Lisa yang mendapati hal itu jadi menoleh padanya.
"sebenarnya kita main ini tuh tujuannya buat makin deket satu sama lain" ujarnya menjeda. "tapi, siapa yang tahu sih sama perasaan masing-masing. Maksud gue, ya kita semua emang kelihatan baik-baik aja, jawab jujur atau bohong siapa yang peduli" Lisa melanjutkan, kini Adara juga balas menatapnya.
"bohong kadang jadi pilihan terbaik kan?"
"gue nggak mau cuma karna permainan ini, hubungan kita malah jadi renggang" sahut Adara akhirnya.
Lisa menghela nafas, setuju dengan opini itu. Satu-satunya yang belum dapat hukuman hanya Lisa, jadi ia takut kalau harus berbohong hari ini.
"WOI, LANJUT LANJUT!!!" Malik bersua, sembari memanjat pohon dengan mambawa serta kameranya.
Mendengar seruan Malik, membuat mereka bersiap di posisi masing-masing. Lisa jadi orang terakhir yang berkumpul di bawah sana.
"sisa lima lagi" ucap Rosi menghitung gulungan kertas. "jadi satu bintang sama empat pertanyaan. Siap-siap ya! mulai dari Jeje" lanjutnya.
"satu"
"dua"
Prok prok
"empat"
"lima"
Prok prok
"tujuh"
"de-lapan" Julian terbata, hampir saja mengumpat.
"sembilan"
Prok prok
"salah woi!"
"Hah?" seru Dewa kaget.
"Lisa, akhirnya kena juga. haha" Galang berseru semangat.
Lisa yang baru sadar jadi meringis sambil mengacak rambutnya kesal. Gara-gara obrolannya dengan Adara tadi membuatnya jadi kurang fokus.
Galang mengernyit setelah membuka gulungan kertas, "pertanyaannya kan harus jawaban ya atau nggak. Ros, ini lo yang bikin?"
Rosi jadi mendekat, menoleh pada kertas dan kebingungan juga.
"bukan gue" sahutnya.
"ogeb ae lo berdua, terus siapa yang bikin hah?" Malik berseru kesal, heran pada kelakuan keduanya.
"seriusan buken gue" ucap Rosi berkilah.
"apalagi gue" kini Galang tak mau kalah, membela diri.
"tunggu" seru Dewa membuat atensi mereka berpusat padanya. "sisa kertasnya ada lima?" tanyanya membuat Rosi mengangguk.
Dewa mulai menghitung, kemudian jadi geleng-geleng kepala.
"total kertasnya ada sebelas, soalnya di permainan pertama jumlah kertas yang diambil ada enam. Julian dapat dua, Jeje juga, gue satu, sama Adara satu" jelasnya membuat mereka jadi diam.
YOU ARE READING
Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]
Teen FictionBerawal dari satu kelompok yang sama saat MOS, kesepuluh siswa itu dekat dan bersahabat meskipun di kelas dan jurusan yang berbeda. Setelah ulangan berakhir, dan pembagian rapot telah usai. Mereka memutuskan untuk liburan ke beberapa tempat salah sa...