Lisa sudah akan melangkah keluar kelas saat bel berbunyi nyaring pertanda jam istirahat pertama dimulai, namun Revin yang berdiri di samping mejanya membuat gadis itu bergeming sambil menatapnya heran. Dicky yang duduk di depan mejanya juga ikut berbalik, penasaran.
"hari ini aja Lis, duduk bareng kita di kelas."
Kalimat itu sontak membuat Lisa mengernyit, begitu pula Dicky yang kelihatan tak paham.
"tolong."
Mendengar permohonan dari mulut penghuni kelasnya memang benar-benar hal langka, apalagi dari seorang Revin yang terkenal kasar dan langganan masuk BK karena sering terlibat perkelahian dengan siswa lain yang berurusan dengannya. Lisa tak langsung menjawab, tenggorokannya terasa kering sampai-sampai ia susah bersuara. Di tatapnya satu persatu pada mereka yang mulai mengeluarkan kotak bekal masing-masing, kemudian atensi nya berakhir pada Dicky yang ikut menatapnya bingung.
Lisa paham teman-temannya mungkin masih marah karena kejadian kemarin, tapi apa perlu sampai begini? Sengaja membuatnya tak bisa berkumpul lagi bersama mereka.
Ia berdeham ringan. "yakali gue ngeliatin kalian makan doang di sini. Gue kan nggak bawa bekal." Sahutnya santai mencoba untuk memecah kecanggungan.
"nih, gue sengaja bawa double buat lo makan hari ini." ujar Kiara sambil mendorong satu kotak bekalnya ke meja Lisa, sedang Reggy memberikan satu untuk Dicky yang masih melongo di kursinya.
Lisa terperangah, tak menyangka juga mereka akan seniat ini. Bahkan Kiara sengaja membuatkan bekal untuknya. Ah, Lisa jadi terharu. Selama setahun satu kelas dengan mereka sejak kelas sebelas, Lisa memang tak pernah sekali pun makan bersama mereka di kelas seperti ini.
Kelasnya memang terkenal jarang berkeliaran, mereka hanya akan terlihat saat masuk dan pulang sekolah. Makan dan bermain bersama, rasanya kelas sudah seperti rumah kedua mereka. Tak pernah ada yang memaksa dan merasa terpaksa, oleh sebab itu siapapun yang mau keluar atau bersosialisasi dengan yang lain tak pernah mereka permasalahkan. Hanya saja yang memilih untuk keluar setiap istirahat pertama hanya Lisa dan Dicky karena mereka memiliki lingkaran lain di luar kelas ini.
Jadi, untuk pertama kalinya baik Dicky maupun Lisa memutuskan untuk menghargai kebersamaan kelasnya, meskipun ia juga tahu, mungkin teman-temannya yang lain akan menunggu dan mulai berprasangka.
"makan gue banyak loh ya. Satu kotak bekal kecil kayak gini mana cukup." Ujarnya mulai melahap makanan itu bersemangat, sedang teman-temannya yang lain berseru nyolot.
Kiara mulai beranjak, mendekat pada penghuni di setiap sudut kelas dan mulai memeriksa makanan yang mereka bawa. Dengan membawa kotak bekalnya sendiri keliling kelas, gadis itu mulai mengambil sendok demi sendok lauk teman-temannya yang lain, atau sekedar bertukar lauk dengannya. Membuat kotak bekalnya kini malah terlihat campur aduk. Tidak hanya Kiara, Adit yang sengaja membawa kantong kresek putih bening mulai berjalan membawanya berkeliling meminta air dari botol minum mereka satu persatu sampai plastik yang ia bawa penuh lalu meminumnya pakai sedotan.
Lisa tertawa sambil mengunyah, membuat gadis itu jadi tersedak dan menghentikan langkah Adit yang kebetulan berada di samping mejanya. "nih minum." ujarnya sambil menyodorkan plastik minumnya untuk Lisa.
Gadis itu masih batuk, ia menggelengkan kepalanya kuat.
'Ya kali minum bekas lo, Dit?!'
Plak
"anjir lo, sana pergi." ujar Dicky memukul punggung tangan Adit kemudian menyerahkan satu botol air mineral milik Tian pada Lisa.
"air gue, bambank!" seru Tian tak terima.
YOU ARE READING
Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]
Teen FictionBerawal dari satu kelompok yang sama saat MOS, kesepuluh siswa itu dekat dan bersahabat meskipun di kelas dan jurusan yang berbeda. Setelah ulangan berakhir, dan pembagian rapot telah usai. Mereka memutuskan untuk liburan ke beberapa tempat salah sa...