Setelah mengganti seragamnya dengan pakaian olah raga, Lisa masih sempat-sempatnya mampir ke kantin untuk membeli minum. Niatnya gadis itu mau langsung kembali ke lapangan, eh tapi di tengah jalan tepatnya di koridor gedung IPA yang biasa ia lalui jika mau ke kantin ada Galang sama Adara berdiri di tengah-tengah.
Jaraknya memang masih terpaut lima meteran dari tempatnya berdiri, rencananya Lisa mau berteriak menyapa mereka saat sebuah tamparan mendarat tepat di wajah Galang membuat teriakan Lisa seketika tertahan di tenggorokan tergantikan dengan wajah melongo sambil menutup mulut tak percaya.
Adara beranjak setelahnya, meninggalkan Galang yang masih mematung di sana. Saat Lisa ingin menghampiri pemuda itu, seseorang menahan langkahnya dan membawa gadis itu menjauh dari sana. Dewa yang entah datang dari mana mengajak gadis itu melalui jalan memutar, menghindari berpapasan dengan Galang.
"jangan sekarang." Ujar pemuda itu tanpa menoleh.
Lisa menatap Dewa yang masih menggandeng tangannya sepanjang perjalanan menuju lapangan, ia diam tak merespon ucapan pemuda itu. Meskipun banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepalanya saat ini. Apa yang terjadi pada Galang dan Adara? Sejak kapan Dewa berada di sana? Apa dia juga melihat apa yang Lisa lihat?
"Wa..." ujarnya ingin bertanya saat pemuda itu melepas genggaman tangannya. Keduanya sudah tiba di lapangan yang tentunya cukup menarik perhatian teman-teman sekelas Lisa yang sudah berbaris termasuk Dicky yang menatap heran dari barisan terdepan.
"gue mau ke kelas." seru Dewa setelahnya kemudian beranjak dari sana.
Lisa tak menginteruksi, niatnya untuk bertanya lebih lanjut urung ketika Dewa memilih pergi.
"LISA!"
Seruan itu menyadarkan Lisa untuk kemudian berlari menuju teman-temannya yang sudah berkumpul di sana. Pak Riduan melotot karena gadis itu datang terlambat apalagi ia diantar oleh siswa kelas lain, Lisa yang tak enak jadi minta maaf dan meringis sedang teman-temannya sudah heboh menggodanya.
Dicky memerhatikan gadis itu yang terlihat biasa saja sambil mencari barisan, kemudian menatap Dewa yang masih berjalan di koridor menuju kelasnya. Sesaat sebelum memasuki kelas, Dicky melihatnya menghentikan langkah sambil menoleh ke lapangan.
"DICKY JANGAN MALAS!!! AYO PEMANASAN!!!"
"SIAP PAK!"
Lisa ikut menoleh kearah pemuda yang disebut, menatap lama pada sahabatnya yang kini sibuk melakukan peregangan. Gadis itu berjalan ke barisan paling depan, membuat barisan baru tepat di samping Dicky. Ia melirik sebentar pada pak Riduan yang sibuk dengan siswa lain, sementara tangannya menyikut Dicky yang terkesiap.
"gue tadi lihat Adara nampar Galang di koridor." Ujar Lisa berbisik takut ada yang mencuri dengar.
"serius?"
Lisa mengangguk, "lo tahu mereka kenapa?"
Dicky menggeleng. Seingatnya tadi malam mereka berdua kelihatan baik-baik saja. Yang seharusnya di pertanyakan malah Lisa yang tiba-tiba pulang karena mengeluh sakit, karena saat berangkat ke sana dengannya gadis itu terlihat sehat.
Dicky menoleh, menatap gadis itu yang terlihat seperti biasa. "Lis –" "JANGAN NGOBROL, FOKUS!!!"
Kalimat pemuda itu terpotong saat suara nyaring pak Riduan menginteruksi dari belakang sana, spontan Lisa jadi memundurkan langkah takut ketahuan. Dicky menoleh ke belakang mengukti pergerakan Lisa sambil terkekeh dan menggelengkan kepala.
Biar nanti ia akan bicara, tidak untuk sekarang.
YOU ARE READING
Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]
Teen FictionBerawal dari satu kelompok yang sama saat MOS, kesepuluh siswa itu dekat dan bersahabat meskipun di kelas dan jurusan yang berbeda. Setelah ulangan berakhir, dan pembagian rapot telah usai. Mereka memutuskan untuk liburan ke beberapa tempat salah sa...