"sebentar lagi Lisa bakal balik ke sekolah."
Kalimat itu berhasil memecah keheningan yang tadi sempat melingkupi keduanya. Beberapa saat Galang masih terdiam, apa yang akan terjadi pada mereka sekembalinya gadis itu ke sekolah begitu mengganggunya.
Setelah diskusi panjang antara mereka malam itu, Galang memutuskan untuk tetap menjaga jarak. Ia khawatir Lisa masih tidak bisa menerima kehadirannya atau bahkan tak bisa memaafkannya sama sekali.
Galang sadar seberapa jauh tindakannya melewati batas, sehingga untuk menatap dan menyebut nama sahabatnya saja rasanya ia tak pantas.
"I'm glad to hear that."
Meskipun ucapannya terdengar datar dan tak bersemangat. Adara tahu, Galang tulus terlihat dari sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Adara juga tahu, ekspresi itu menunjukkan rasa bersalah yang amat besar pada diri Galang.
"Lo kenapa?" tanya pemuda itu saat mendapati Adara yang sedang termenung.
"Dewa ngajak gue ketemu malam ini."
Galang tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, ia segera menghampiri Adara yang duduk di kursi taman. Saat ini mereka berdua berada di rumah gadis itu. Hingga Galang yang tadi sibuk bermain bersama kucing sudah berdiri di hadapannya.
"Cuma berdua?"
Adara mengangguk. "Ada hal penting yang harus dia omongin sama gue."
"Apa?"
"Gue juga belum tahu."
"Dar. Nggak usah!"
"Gue nggak apa-apa." Ujar Adara menanggapi kekhawatiran yang ada pada diri Galang. "Gue nggak akan sakit hati karena penolakan, Lang."
"Dar..."
"Sejak awal gue bahkan nggak berharap apapun Lang. Gue cuma mau ngasih tahu apa yang selama ini bikin gue beban, menyimpan perasaan sama temen sendiri itu nggak enak. Dan lo pasti paham itu kan?"
Benar. Galang mengerti apa yang gadis itu rasakan. Hanya saja, ada perasaan tak rela saat mereka akan bertemu berdua saja. Entahlah, mungkin ia terlalu egois. Padahal dirinya juga berstatus sama seperti Dewa, mereka hanya terikat dengan kata pertemanan. Itu saja, tidak lebih.
"Gimana kalau akhirnya kalian berdua–"
"Canggung?" potong Adara menyelesaikan kalimatnya. Ia tersenyum. "Lo pikir apa yang lebih canggung dari gue ngomong sama Dewa tadi setelah dia tahu perasaan gue sebenarnya? Awalnya mungkin gue gugup, takut kalau dia bakal menjauh. Tapi saat dia malah datangin gue di perpus, gue yakin kalau dia masih nganggap gue sebagai teman." Lanjutnya.
"Dan lo nggak kecewa?"
"Dari pada kecewa, gue lebih ngerasa lega sekarang." Ujar Adara membuat Galang mengernyit. "Apa yang jadi kekhawatiran gue sama Lisa, nggak terjadi, dan apa yang menjadi beban gue karena memendam perasaan ini udah bisa gue atasi."
Galang tak bisa untuk menutupi senyumnya, pemuda itu begitu bangga pada kebesaran hati seorang Adara. Gadis yang selalu berusaha ia jaga agar tidak terluka, seorang Adara yang selalu menjadi kebahagiaannya.
"Maafin gue ya Dar."
"Buat apa lagi sih, Lang? Gue bosen denger lo minta maaf sama gue mulu."
"Gue udah bikin Lisa sakit."
Adara menghela nafasnya sebentar, menatap Galang yang kembali menyalahkan diri sendiri.
Jujur, jika mengingat segala perbuatan pemuda di hadapnnya ini. Adara sangat marah dan kecewa. Galang melakukan semua itu hanya demi dirinya. Bahkan Adara sempat sangat membenci Galang waktu itu, dimana orang yang sangat ingin Adara jaga perasaannya malah di celakai oleh pemuda itu.
YOU ARE READING
Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]
Teen FictionBerawal dari satu kelompok yang sama saat MOS, kesepuluh siswa itu dekat dan bersahabat meskipun di kelas dan jurusan yang berbeda. Setelah ulangan berakhir, dan pembagian rapot telah usai. Mereka memutuskan untuk liburan ke beberapa tempat salah sa...