Liburan semester lalu...
Saat sibuk selonjoran sambil membaca novel di ruang keluarga, tiba-tiba pintu rumahnya di ketuk dengan ganas. Bukan hanya dari satu buku tangan, tapi mungkin berpuluh tangan yang menggedor pintu rumahnya lengkap dengan teriakan yang memekakkan telinga.
Lisa berdiri, mendengus sebal sambil berjalan ke arah pintu dan membukanya. Tanpa aba-aba apalagi permisi, mereka semua masuk seakan rumah itu adalah rumah mereka sendiri.
"Lama!" seru Malik berjalan lebih dulu melalui Lisa yang sudah melongo di tempatnya berdiri.
Di tatapnya satu persatu manusia tak tahu diri itu, kemudian ikut beranjak mendekat pada mereka yang sudah berkumpul di ruang tamu. Gadis itu berdecak. "ngapain sih kalian tuh ke rumah gue?"
"minum dong, gue aus!" ujar Malik santai, pemuda itu sudah rebahan di sofa.
"gue jus jeruk deh." Sahut Galang menimpali.
"sekalian piring ya Lis, gue bawa kue putu." Gina sudah sibuk mengeluarkan kotak dari kantong kresek yang dia bawa.
"air anget ya Lis, gue lagi batuk." Tambah Rosi.
"Gue –" "DIAM!" teriak Lisa nyaring. Kepalanya benar-benar pusing karena kedatangan tamu tak tahu diri seperti mereka. "kalian ke sini nggak bilang-bilang, terus nyuruh-nyuruh gue? Udah berasa raja hah?"
Julian yang tadi ingin bicara jadi kalem, padahal dia cuma mau pergi ke toilet. "tapi tamu kan adalah raja, Lis." Celetuknya tak sadar. Soalnya Lisa yang sering bilang gitu kalau lagi namu di rumah mereka.
"di rumah gue tamu adalah budak." Ujarnya tak mau kalah.
Tak ada yang menghiraukan. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, akhirnya Jeje berjalan ke arah dapur bersama Dewa dan Julian. Tak lama mereka kembali bersama bi Sari yang sudah menyediakan beberapa kudapan lengkap dengan minuman yang di bawa oleh Dewa, di sampingnya Jeje membawa beberapa camilan yang baru Lisa beli tadi malam.
Lisa tak bersua lagi, memilih duduk di single sofa sambil memerhatikan mereka yang sedang bermalas-malasan di rumahnya.
"liburan kuy, bosen kali di rumah mulu." Gina berceletuk, membuat mereka jadi memusatkan atensi pada gadis mungil itu.
"pantai asik nih." Sahut Jeje memberi saran.
"mendaki dong elah, pantai mulu." Sahut Rosi tak setuju.
"vote gunung" ujar Dicky menengahi sambil angkat tangan, diikuti oleh Rosi, Gina dan Galang serta Malik yang masih asik mencomot kentang goreng.
"pantai." Ujar Jeje mengangkat tangan tak mau kalah.
"pantai lah, gue mager kalau harus jalan" Ujar Lisa menyahut, diangguki oleh Julian dan Adara.
"dua-duanya aja ribet amat." Dewa berceletuk, membuat mereka sempat diam berpikir kemudian bersorak menyetujui.
Sorenya mereka berkumpul di rumah Malik, dengan membawa tas masing-masing. Rencananya mereka akan menginap tiga sampai lima malam, biar nggak capek-capek banget. Opsinya mendaki dulu karena memang tempatnya sebelum pantai, makanya pas di perjalanan menuju ke sana mereka mampir supermarket dulu buat beli cemilan yang banyak.
Hasil malakin Malik yang hari itu kebetulan baik. Semua belanjaan dia yang bayar. Hebat. Kira-kira kerasukan setan mana ya?
"Lis, lo suka coklat putih atau yang biasa?" Tanya Gina, tangannya masih sibuk memasukkan beberapa jenis coklat ke dalam trolley.
"nggak suka coklat, sukanya kamu. Eyaaaa!"
Lisa ngakak sendiri, sedang Gina cuma bisa melotot merasa ngeri. Kadang gadis mungil itu nggak paham sama jokes Lisa, ada-ada saja celetukannya.

YOU ARE READING
Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]
Teen FictionBerawal dari satu kelompok yang sama saat MOS, kesepuluh siswa itu dekat dan bersahabat meskipun di kelas dan jurusan yang berbeda. Setelah ulangan berakhir, dan pembagian rapot telah usai. Mereka memutuskan untuk liburan ke beberapa tempat salah sa...