Dua Puluh Tiga

849 140 14
                                    

Bel istirahat menggema nyaring membuat koridor kembali dipadati para siswa yang ingin menghabiskan waktu mereka di kantin, hanya berkeliling di setiap sudut sekolah, bermain di koridor, lapangan atau bahkan belakang sekolah yang selalu dijadikan sebagai tempat paling strategis untuk merokok.

Tak terkecuali Dicky yang sedetik setelah bel berbunyi panjang ia langsung melesat keluar kelas, berlari ke ruang XII IPA 3 tepatnya kelas seorang Julian Evandar berada. Saat tiba di sana, ia langsung menghampiri Rosi dan Dewa yang kebetulan sudah berdiri di depan kelas itu sambil berbicara dengan salah satu siswa yang diketahui Dicky sebagai ketua kelas.

"Nomornya nggak aktif waktu gue telpon. Kita juga lagi bingung karena nggak biasanya Julian cabut dari kelas."

"Dia bilang apa waktu izin?" tanya Dicky menimpali.

"Katanya sih ke toilet, tapi ya nggak balik-balik sampai sekarang. Kira-kira kalian tahu dia kenapa?"

"Kita bakalan kabarin lo kalau tahu Julian ada di mana, thanks ya infonya." Ujar Dewa singkat kemudian beranjak diikuti oleh Rosi dan Dicky.

"Gue bilang juga apa." Ujar Dicky ketus. "Dia tuh pasti nyembunyiin sesuatu dari kita."

Rosi hanya diam sambil mengingat saat dimana Lisa datang ke rumah sakit. Gadis itu terlihat seperti biasa, seakan tak pernah terjadi apa-apa. Meskipun ingin sekali bertanya bagaimana kondisinya pasca trauma, Rosi tak bisa karena Lisa kelihatan tak mau menyinggung masalah itu.

Rosi pikir, setelah kunjungan gadis itu ke rumah sakit semua akan baik-baik saja.

"Woi!!!"

Seruan itu membuat ketiganya berbalik, mendapati Malik yang berlari ke arah mereka. "Lo tahu nggak Jeje kemana? Tadi temen kelasnya nanya gue."

"Emang dia kenapa?" tanya Rosi.

"Katanya sih si Citra pingsan, terus Jeje yang bawa ke UKS eh tapi nggak balik-balik sampai sekarang, dihubungin juga nggak bisa. Tuh anak kenapa dah? Perasaan baik-baik aja waktu chatan di grup."

"Julian juga kabur." Sahut Dewa sambil berdecak.

"Lha? Kok bisa? Kemana?"

"Nggak tahu. Tapi gue yakin banget mereka berdua pasti nyembunyiin sesuatu." Ujar Dicky mulai kesal lantaran Julian selalu berkilah saat dimintai penjelasan, juga Jeje yang sudah jarang ikut berkumpul.

Mereka masih berdiri di koridor saat Reggy menghampiri, pemuda itu menyuruh Dicky untuk mengikutinya bersama dengan yang lain. Kini mereka duduk melingkar di gazebo taman sekolah, dengan atensi yang berfokus pada Reggy.

"Gue nggak tahu banyak sih, tapi yang jelas sesuai permintaan orang tua Lisa kepada kepala sekolah bahkan ketua yayasan juga, kalau Lisa akan di awasi seluruh guru dan staf selama dia di sekolah. Dan juga..." Reggy menjeda sambil menatap mereka satu persatu. "Mereka mau kalian jaga jarak sama Lisa mulai dari sekarang."

"What the fuck!" umpat Malik kaget, sama halnya dengan Rosi, Dewa juga Dicky yang tak dapat berkata-kata setelah mendengar informasi itu.

"Sorry guys, gue nggak bisa bantu apa-apa selain ngasih tahu informasi ini. Kalian tahu sendiri seberpengaruh apa orang tua Lisa sama sekolah kita." Ujar Reggy kemudian beranjak dari sana.

Sementara itu di perpustakaan, Lisa membaringkan kepalanya di atas meja sambil memandang Revin yang sibuk membaca buku di sampingnya. Merasa di perhatikan, pemuda itu menoleh dan balas menatap Lisa heran.

"Lo lapar?"

Lisa menggeleng.

"Terus?"

"Gue kangen mereka."

Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]Where stories live. Discover now