Dua Belas

954 145 35
                                    

*as reminder kalau ini masih flashback, oiya, part ini juga akan sedikit menguras emosi, tapi sekali lagi, jangan langsung beropini dan menghakimi, karena percaya lah, segala sesuatu perbuatan pasti di dasari oleh sebuah alasan. So enjoy guys...

-----

"Lo pernah kepikiran buat keluar dari geng ini nggak?"

Gue menghela nafas. Masih duduk bareng Adara yang dari tadi cuma diam sambil mainin pasir pakai jari-jari kakinya. Gue pikir kertas tambahan yang sengaja gue bikin buat Lisa adalah klimaksnya, tapi ternyata gue salah. Lebih dari itu, pertanyaan yang dibuat Rosi malah bikin Lisa sama Adara perang dingin.

Gue nggak tahu apa yang melatar belakangi itu, tapi pas Adara pergi gue langsung ngejar dia sampai akhirnya kita berdua duduk di batang pohon di tepi pantai kayak gini.

Gue ketawa dalam hati. Kayaknya tadi pas buka gulungan kertas, akting kaget gue sukses bikin mereka semua percaya. Gue sengaja bikin Lisa memilih antara Dicky dan Dewa. Cuma pengen tahu responnya dan respon Adara juga.

Gue udah yakin sih Lisa pasti pilih Dicky terlepas apapun alasannya, tapi gue cuma nggak nyangka aja ada sedikit ekspresi kecewa dari Dewa yang gue lihat. Padahal niatnya, gue mau tahu respon Adara pas pertanyaan itu gue baca. Dia kaget? Pasti. Gue tahu itu. Mereka mungkin nggak ngeh karena seperti biasa, Adara adalah orang paling anteng di antara kita semua. Tapi gue bisa dengan mudah membaca isi hatinya hanya dari gerakan mata Adara, kelihatan banget dia gugup waktu Lisa mau ngasih jawaban, dan kelihatan juga ada kelegaan dari sorot matanya waktu Lisa memilih Dicky.

Klise banget. Mana ada sih persahabatan antara cewek sama cowok? Mustahil.

Kalian deket tanpa ada rasa tertarik sama sekali, bullshit banget kedengarannya di telinga gue. Tapi Lisa? Gue udah nggak tahu cara berpikir tuh anak kayak gimana. Masa dia bilang nggak pernah sekalipun naksir cowok, damn it, siapa yang percaya sih! Kelihatan banget dia bohong waktu gue denger omongannya sama Gina waktu itu di supermarket.

Bahkan dia bilang mending mati dari pada nikah sama salah satu di antara kita. Haha. Gue pengen ngakak terus jedotin kepala gue ke lantai, pengen mengumpat juga kalau gue nggak sadar tempat dan dengan bodohnya mereka bakal tahu kalau gue nguping.

What the hell is she talking about? Fuckin' bullshit.

Gue jamin tuh anak pasti juga suka salah satu dari kita, tanpa dia sadari dan memilih untuk menolak percaya. Kenapa gue bisa bilang gini? Karena gue juga pernah ngerasain. Bahkan sampai saat ini. Gue berusaha untuk menyangkal kalau gue suka sama Adara, tapi yang namanya perasaan biar lo pungkiri gimana pun juga tetap begitu adanya. Siapa sih yang bisa mengatur hati dan perasaan seseorang?

Lisa did.

Dan itu yang bikin gue marah.

Lisa selalu bilang sama kita buat selalu jaga hubungan baik, jangan sampai berantem nggak jelas atau apa lah yang intinya dia nggak mau kita semua nggak baik-baik aja. Tapi faktanya, mana ada sih hubungan pertemanan yang tidak berkonflik. Woy! Kita ada sepuluh kepala ya wajar kalau punya perbedaan sifat dan pemikiran. Tapi Lisa selalu bikin keadaan makin rumit dengan mengatas namakan 'persahabatan' biar kita kelihatannya akur-akur aja.

Padahal, dia mana tahu kalau gue, Adara atau mungkin yang lain juga selalu menahan diri untuk membuka suara hanya karena termakan doktrin dari Lisa yang selalu pengen persahabatan ini lurus dan terarah.

Selama kurang lebih dua tahun kita temenan, dan nggak pernah berkonflik lo pikir karena siapa? Lisa. Satu-satunya orang yang pengen segalanya kelihatan baik-baik aja dan mengorbankan perasaan yang lain.

Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]Where stories live. Discover now