Tiga Enam Sembilan #SpecialChapter

1.5K 174 91
                                    

Hi, guys... Ketemu lagi wkwkwk, kali ini gue bawa hmmmm apa ya namanya, kalau di film-film tuh director's cut, scene-scene yang gak dimasukin dalam film officialnya. Yeah, you guys can name it Author's Cut mungkin HAHAHAHA... Jadi, isinya penggalan kisah mereka doang sih. Ya baca aja lah ya, bingung gue kasih deskripsinya kayak gimana.

So, enjoy guys. Hope you like it!

---

"Yagitu lah Je, tapi yang jelas sekarang gue udah lega banget rasanya." Ujar Adara sambil tersenyum.

Mereka berdua sedang duduk di kursi samping pos satpam sambil menunggu. Gadis itu kemudian melambaikan tangannya pada Galang yang berjalan ke arah mereka. "Gue duluan ya."

"Duluan Je..." seru Galang beranjak bersama Adara ke area parkir, kemudian pergi dari kawasan sekolah.

Keduanya jadi sering berangkat dan pulang bersama setelah kejadian waktu itu, apalagi sekarang hubungan Galang dan Adara semakin dekat setelah gadis itu memutuskan untuk membuka hatinya dan mencoba melupakan perasaannya pada Dewa.

Tak hanya itu, hubungan persahabatan mereka yang kian baik pun menjadi alasan utama mereka bisa menikmati kebahagiaan yang keduanya rasakan sekarang. Ditambah dengan mengetahui fakta kalau Malik dan Gina ternyata saling menyukai satu sama lain entah sejak kapan.

"Lang, katanya ada café baru di sekitaran simpang empat. Mau kesana nggak?" tawar Adara yang langsung disetujui pemuda yang memboncengnya itu.

Akhirnya mereka mampir di tempat yang Adara maksud, gedung dengan desain serba oranye yang memanjakan mata. Setelah memesan, keduanya memilih untuk mengisi kursi di lantai dua, area outdoor café itu.

Sambil menunggu, Adara mengeluarkan buku catatannya. Galang yang memerhatikan itu kemudian bertanya. "Tugas ya Dar?"

Gadis itu tak menyahut, membuat Galang berusaha untuk melirik tulisan yang ada disana. Belum sempat membacanya, Adara lebih dulu merobek kertas itu kemudian melipat dan menyerahkannya kepada Galang.

Meskipun tak paham, pemuda itu tetap menyambutnya sambil tertawa. "Ini apa?"

"Nanti buka di rumah aja." Sahut Adara tersenyum.

Setelah menghabiskan waktunya bersama Adara, dan mengantar gadis itu pulang. Galang segera berlari ke dalam kamar, melempar asal tasnya dan duduk di atas kasur. Ia meraih kertas yang diberikan Adara tadi dan membukanya, membaca satu persatu kalimat yang tertulis di sana.

Daftar Keinginan Adara

Galang tersenyum membaca itu, keinginan sederhana yang akan gadis itu lakukan bersamanya. Sampai di kalimat terakhir pada daftar itu, Galang membeku seolah tak percaya dengan apa yang ia baca. Hingga pemuda itu memilih untuk mengulangi takut kalau ia salah.

"Gue pengen jadi satu-satunya orang yang selalu lo prioritaskan?" ujarnya ragu, tapi senyum dibibirnya tak dapat menutupi rasa bahagia Galang.

.

.

.

.

.

Rosi sedang memainkan pulpen yang ia apit antara bibir dan hidungnya, duduk di pinggir lapangan sambil memerhatikan Marvin yang sibuk mendribble bola. Meskipun sudah masuk libur semester, pemuda yang berstatus sebagai pacarnya itu masih sering kali ke sekolah untuk mengawasi juniornya yang tengah mempersiapkan turnamen.

Tiga Enam Sembilan (97liners) | [Completed]Where stories live. Discover now