Play mulmed, aku nulis sambil dengerin itu:)
***
Karya: Ana
Hari ini, bertepatan dengan hubungan kita yang berjalan sebulan. Ijinkan aku untuk menyampaikan isi hatiku, betapa bahagianya aku pada satu bulan itu. Ingin rasanya aku sesegera mungkin mengabarimu melalui chat, soal mensive pertama kita. Tentang bagaimana berserinya wajahku hari itu.
30 Desember.
Iya aku masih ingat. Pada tanggal itu hubungan kita berusia satu bulan, pada tanggal itu kamu juga berjanji padaku, sebuah janji yang tak akan pernah aku lupakan. Janji yang ternyata hanya omong kosongmu, dan kalau boleh jujur sebetulnya aku kecewa. Sangat kecewa malah. Kamu ... menyia-nyiakan kepercayaanku, kamu ... membuatku terlalu berharap, yang akhirnya membuatku terjatuh sakit karena harapanmu itu. Kamu ... seseorang yang sudah membuatku salah mengartikan sebuah janji.
Seharusnya saat itu aku tak perlu berharap terlalu tinggi padamu, kalau saja aku tahu akhirnya akan sesakit ini. Janji? Huh! Bahkan sekarang kamu membuatku terpaksa untuk membencimu, karena omong kosongmu itu!
30 Desember.
Kamu meninggalkanku tanpa pamit, tanpa ucapan perpisahan walau satu katapun. Ah ... seharusnya aku sadar, bahkan sebelum tanggal itu pun kamu sudah meninggalkanku. Tapi, ada sesuatu yang membuatku terus menunggumu. Satu hal. Janji yang kamu buat denganku, dan juga aku begitu bersemangat menunggu usia kita satu bulan. Dan aku terlalu buta untuk membedakan janji dan omong kosong saat itu.
Aku masih setia menunggu. Sekitar dua minggu lebih aku menunggu, dan saat itu aku tak menuntut banyak darimu. Kupikir kamu memang sibuk, sampai tak sempat untuk memberi kabar ataupun menanyakan kabar tentangku. Aku masih bisa menahan perasaan benciku terhadapmu, karena aku juga sedang sibuk dan nggak bisa sering-sering ke dunia itu.
Tapi, entah aku lupa pada tanggal berapa tepatnya, aku benar-benar menanyakan kabarmu kepada kontak yang saat itu kamu berikan padaku. Kontak temanmu. Kupikir temanmu itu akan mengejekku karena aku terlalu ... ah ... pokoknya itu! Tapi ternyata temanmu itu sungguh baik, dia membalas pertanyaan-pertanyaanku dengan baik, tanpa tulisan terganggu sedikitpun. Atau aku yang tidak tahu? Bisa saja di seberang sana dia menggerutu, "Ah, ini anak kok tanyain dia terus, sih!".
Dua hari mengobrol dengannya, aku jadi tahu alasan kenapa kamu pergi meninggalkanku tiba-tiba. Pokoknya alasan yang aku tidak suka, dan aku benar-benar tak ingin mengingatnya lagi. Kalau bisa aku ingin menghapus ingatan soal kenangan kita berdua, err, koreksi ... maksudnya aku dan kamu.
Dan entah kenapa, aku tidak tahu perasaan ini datang dari mana, tapi setiap kali aku dan temanmu itu membicarakan tentang dirimu, aku merasa ... entah. Perasaanku tak menentu. Antara kangen, marah, kecewa, sedih. Yang jelas, sepertinya ada yang salah pada diriku. Seharusnya saat aku membicarakanmu, aku tak tertawa. Entah tertawa apa ini, menurutku aneh juga tertawa pada saat-saat seperti itu.
Tawaku seakan menyimpan pilu. Tawa bercampur tangisan. Terharu? Untuk apa? Tidak, tidak ... itu bukan tangis haru! Lalu apa?
Yang jelas ... kamu harus tahu ... perasaanku untukmu masih melekat di hati. Walau bisa dibilang kita berdua, err, maksudku aku dan kamu sudah tak ada hubungan lagi. Tapi aku sendiri tidak tahu kenapa, kamu satu-satunya--dari sekian banyak laki-laki yang menjalin hubungan denganku--yang paling susah untuk dilupakan. Kamu kasih aku asupan apa, sih sampai aku susah move on denganmu begini?
Ini bukan tanggal 30. Tapi aku ingin menyampaikan, kalau aku rindu denganmu. Berbulan-bulan harus kutelan kenyataan bahwa kamu hanya fantasiku, tak lebih. Aku harus menelan bahwa kamu tak pernah nyata dalam hidupku, terlalu mustahil bahkan untuk membuatmu nyata berada di sisiku.
Kenapa sesusah itu untuk melepasmu? Apa karena kamu yang pertama buatku? Apa karena kamu yang selalu membuatku melayang? Apa karena kamu yang membuatku tersenyum saat menatap benda tipis itu? Apa karena kamu yang mengeluarkanku dari kemuraman dunia ini?
Apapun itu ... aku tak berharap banyak kamu untuk tetap mengingatku. Tapi aku berharap padamu, untuk tetap baik-baik saja.
Semarang, 20 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poetry[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...