Karya: Ana
Ah, ngomong-ngomong soal wajah, sebetulnya sejak awal kita berjumpa, aku sudah menebak bagaimana wajah aslimu. Haha, lagi-lagi masih tentang B. Lama-lama tulisanku pasti akan penuh olehmu, ah sudah lupakan saja.
Saat dia, temanmu itu memberikan fotomu kepadaku, ugh! Betapa aku merasa tergelitik, serasa ingin tertawa hanya pasti tawa itu akan menimbulkan suara aneh. Pasalnya bisa dipastikan tawa menggelitik itu akan keluar dengan tangisan kerinduanku. Huh, B! Kapan kamu mau balik lagi ke aku?
Di foto itu, terlihat kamu sedang tersenyum dengan berlatarkan pantai membentang indah. Di sebelahmu terdapat temanmu itu. Aku tak merasa cemburu kalau dia yang dekat denganmu, tapi aku akan cemburu kalau sampai dia menjadi milikmu. Ah sudah, lah!
Ah iya, temanmu saat itu bilang, "Hah romantis gimana? Orang dia macam kanebo kaku begitu." Nah maksudnya dia, wajah kamu itu datar banget, sikap kamu juga dingin. Tapi kenapa bisa bikin aku melayang, ya?
Oh, B ... kapan, yuk kita ketemuan bareng. Jangan hanya berbincang lewat garis miring saja, aku pengen kamu dulu ninggalin aku, hehe ...
Semarang, 4 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poetry[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...