Karya: Ana
Pagi menyingsing, menampakkan semburat jingga terang yang menawan. Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan. Aku masih setia di kamar, enggan beranjak dari ranjang. Masih merenung tentang kejadian semalam.
Apa kabar kamu pagi ini? Sudah kah bangun, atau bahkan sudah sarapan? Aku di sini ... masih setia terduduk di ranjang, menunggu keajaiban datang. Entah, aku merasa pagi ini waktu berjalan lambat sekali. Kapan keajaiban itu datang kepadaku? Apa kamu ingin membawakannya kepadaku? Oh baik sekali ... tapi kenyataan tak seindah bayanganku. Kamu bahkan seolah tak mengenalku. Kenyataan pahit sebenarnya, haha.
Ke mana saja aku sampai baru mengenalmu tadi malam? Wajar saja, sih jika kamu tak mengenalku. Aku maklum ... aku ... ah entah. Aku berharap kita dapat saling berkenalan, menjalin hubungan sebagai seorang teman. Huh! Bahkan aku terlalu serakah, merasa tak ingin jika hubungan kita hanya sebatas teman.
Huh! Lagi dan lagi, aku harus mendengus kesal, frustasi, bingung. Untuk berteman saja rasanya mustahil bagi kita. Kenapa aku sudah berfantasi untuk mengenalmu lebih dekat? Terlalu kepo, kah aku?
Semarang, 23 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poesia[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...