Karya: Ana
Ketika aku mendengar panggilan Ayah malam ini, perasaanku berubah menjadi tak enak. Entah kenapa aku merasa ... hah, sesuatu yang aku tidak inginkan akan terjadi. Bahkan ketika sudah berhadapan dengannya pun aku masih merasa gelisah, mataku liar menatap halaman depan rumah. Karena malam ini, Ayah memanggilku untuk bertemu di teras depan rumah.
Beberapa menit kami habiskan untuk mengobrol, dan ketika sampai intinya, tebakanku tak jauh meleset. Sungguh, rasanya malu, marah, jengkel, sedih ... dan lainnya. Aku kuat, aku harus bisa mengontrol emosiku menghadapi Ayah, sosok laki-laki paruh baya yang aku kenal memiliki kepribadian tak terbantahkan.
"Tinggalkan dia!"
Satu perintah yang sukses membuatku diam membeku, tak dapat berkutik selain bernapas. Kupikir tak akan ada yang tahu antara hubunganku dengan B. Tapi apa? Kenapa Ayah bisa tahu? Selama ini aku tak pernah menceritakan apapun kepada siapapun juga, tentang dunia lainku, dunia di mana aku dan B berjumpa.
"Ayah lihat di handphone kamu tadi, ada yang telepon cowok. Ayah angkat dan dia ngaku sebagai pacar kamu."
Sungguh, benar-benar ingin rasanya aku menangis sejadi-jadinya. Kenapa juga Ayah harus tahu? Apa ini akhir hubunganku dengan B?
Bibirku kelu untuk membalas perkataan Ayah. Benar-benar kehabisan kata-kata. Oh ... tolong siapapun, selamatkan aku dari situasi menegangkan ini. Sudah kuduga Ayah pasti akan menginterogasiku, menanyakan kenapa aku bisa berpacaran? Sedangkan keluarga kami melarang yang namanya pacaran.
Selesai interogasi menegangkan itu, aku menangis. Menumpahkan emosi yang sudah kupendam beberapa menit lalu. Ayah pergi meninggalkanku dengan emosi yang masih terlihat jelas, seperti ingin memarahiku lagi, namun merasa tak tega.
Dalam hati kupikir, kenapa aku dulu mengenalmu, B? Aku masih sayang kamu, tapi Ayah membuatku terpaksa untuk meninggalkanmu. Salam perpisahan dariku, B ...
Semarang, 10 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Puisi[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...