Karya: Ana
Kata orang, cinta pertama itu susah sekali untuk dilupakan. Dan susah untuk digapai. Ya memang benar menurutku, karena cinta pertamaku sungguh miris sekali kisahnya. Ingin kuceritakan tapi aku sendiri merasa tak sanggup.
Kenapa susah untuk dilupakan? Biasanya yang seperti itu pasti cinta pertamanya tak berjalan mulus. Salah satu dari mereka berpaling dan berjalan menjauh, meninggalkan salah satunya. Dan akhirnya keduanya tak bisa bersatu.
Miris? Cinta memang kodratnya seperti itu, jika salah satu dari mereka ada yang tidak setia.
Ya sepertinya kisahku tak jauh beda dengan apa yang aku tuliskan di atas. Bersama B kembali, hehe.
Ah, entah sepertinya B memang ditakdirkan tak bisa bersamaku. Jika iya kami berdua ditakdirkan bersama, pasti perpisahan itu tak akan pernah terjadi. Kata mantan yang kita sandang kali ini tak akan pernah ada.
Kadang aku menyayangkan hubungan ini yang kandas tanpa kejelasan apapun. Karena seperti tulisan-tulisanku sebelumnya, B pergi meninggalkanku tanpa ucapan perpisahan. Tak perlu kujelaskan kembali sebetulnya.
Perpisahan tak pernah ada yang menginginkannya. Tapi seperti kata pepatah, ah atau apa itu aku lupa, "Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Ya coba kita renungkan kembali.
Ah, kan ... jadi teringat B kembali. Dari awal pertemuan kita dan akhir pertemuan kita. Dan secara tak sadar, justru sebagian kisahku kembali kutulis ulang. Huh ... seperti harapan-harapanku sebelumnya, semoga B tetap mengingatku, dan tetap menganggapku pernah ada.
Semarang, 11 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poetry[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...